Mohon tunggu...
Fayez Rasyid Nashiruddin
Fayez Rasyid Nashiruddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki minat dalam musik, sosial, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikir-Pemikir Masa Kejayaan Islam dan Dampaknya pada Politik dan Budaya Saat ini

15 Juni 2024   15:02 Diperbarui: 15 Juni 2024   16:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa kejayaan Islam, yang berlangsung dari abad ke-8 hingga abad ke-14, adalah periode emas di mana dunia Islam mencapai puncak kemajuan dalam ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan budaya. Pemikiran para ilmuwan dan filsuf Muslim dari masa ini tidak hanya berpengaruh pada zamannya tetapi juga memberikan dampak besar hingga sekarang. Disini saya akan membahas beberapa tokoh penting dari masa kejayaan Islam dan bagaimana ide-ide mereka mempengaruhi politik dan budaya modern. Dan akan saya jelaskan menurut beberapa pemikir-pemikir pada masa kejayaan Islam dan bagaimana pemikirannya shingga memberikan dampaknya pada politik dan budaya saat ini.

Yang pertama ada Al-Farabi dengan pemikirannya yaitu Negara Ideal

Al-Farabi yang lahir pada tahun 872-950 Masehi adalah seorang filsuf yang mengembangkan konsep negara ideal. Dalam bukunya "Al-Madina Al-Fadila" yang berarti "Kota yang Sempurna" ia menggambarkan negara yang dipimpin oleh seorang filsuf-raja yang bijaksana dan adil. Pemikirannya menekankan pentingnya kebijaksanaan dan moralitas dalam kepemimpinan, yang masih relevan dalam diskusi tentang pemerintahan yang baik saat ini. Menurutnya, pemimpin yang ideal adalah seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam dan moral yang tinggi. Pemikiran ini sangat penting karena menggambarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki integritas dan kemampuan untuk membuat keputusan yang benar demi kebaikan bersama. Di zaman sekarang, ide ini tercermin dalam harapan publik terhadap pemimpin yang jujur dan kompeten.

Lalu yang kedua ada Al-Ghazali dengan pemikirannya yaitu Etika dalam Politik

Al-Ghazali yang merupakan salah satu tokoh pemikir pada masa kejayaan Islam yang lahir pada tahun 1058-1111 Masehi yang merupakan salah seorang teolog dan filsuf yang berusaha menyelaraskan ajaran Islam dengan filsafat. Dalam karyanya "Ihya' Ulum al-Din" yang berarti "Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama". Dalam bukunya ia menekankan pentingnya moralitas dan spiritualitas dalam kehidupan politik. Ia mengkritik korupsi di kalangan pemimpin dan menyerukan integritas dan etika dalam pemerintahan, yang masih menjadi isu penting dalam politik saat ini. Ia juga menekankan bahwa pemimpin harus memiliki moral yang baik dan berkomitmen untuk kesejahteraan rakyat. Pemikiran ini sangat relevan di zaman sekarang, di mana korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan masih menjadi masalah besar. Dengan menanamkan nilai-nilai etika dalam politik kita dapat membangun pemerintahan yang lebih adil dan bertanggung jawab.

Lalu ada Ibn Rushd atau yang dikenal di Barat sebagai Averroes dengan pemikirannya yaitu Kebebasan Berpikir

Averroes atau Ibn Rushd yang lahir pada 1126 - 1198 Masehi adalah seorang filsuf yang mendukung penggunaan akal dalam memahami ajaran agama. Ia percaya bahwa agama dan filsafat tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi. Pemikirannya tentang kebebasan intelektual dan rasionalisme masih relevan dalam diskusi tentang pluralisme, toleransi, dan kebebasan akademik. Averroes mengajarkan bahwa kita harus menggunakan akal dan logika dalam memahami dunia dan ajaran agama. Pemikirannya mendukung ide bahwa tidak ada konflik antara ilmu pengetahuan dan agama, yang sangat relevan dalam konteks modern di mana ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Kebebasan berpikir dan penelitian adalah kunci untuk kemajuan dan inovasi.

Pengaruh Pemikiran Islam pada Politik dan Budaya Modern

Pengaruh para pemikir masa kejayaan Islam tetap relevan hingga saat ini dan mempengaruhi berbagai aspek politik dan budaya. Misalnya, konsep negara ideal dan kepemimpinan yang bijaksana dari Al-Farabi menginspirasi diskusi tentang pemerintahan yang baik. Teori siklus dinasti dan solidaritas kelompok dari Ibn Khaldun membantu kita memahami dinamika politik modern, seperti nasionalisme dan identitas kolektif. Selain itu, integrasi agama dan etika dalam kehidupan publik yang dikemukakan oleh Al-Ghazali menjadi dasar penting dalam diskusi tentang etika politik dan pemerintahan yang bersih. Pemikiran Averroes tentang rasionalisme dan kebebasan berpikir menginspirasi gerakan reformasi dalam pendidikan dan kebebasan akademik di berbagai negara Muslim.

Lalu yang terakhir ada Ibn Khaldun dengan pemikirannya yaitu Teori Siklus Dinasti

Ibn Khaldun yang lahir pada tahun 1332-1406 Masehi dikenal dengan karyanya yang Bernama "Muqaddimah," dalam bukunya ia memperkenalkan teori siklus dinasti. Ia menjelaskan bagaimana dinasti dan kerajaan mengalami siklus kelahiran, pertumbuhan, puncak kejayaan, dan keruntuhan. Konsep solidaritas kelompok (asabiyyah) yang ia perkenalkan membantu memahami dinamika sosial dan politik, yang masih relevan dalam analisis politik modern. Teorinya tentang asabiyyah sangat berguna untuk memahami bagaimana kelompok-kelompok sosial dan politik bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Di dunia modern, konsep ini bisa diterapkan dalam konteks nasionalisme dan identitas kolektif, di mana solidaritas kelompok dapat mempengaruhi stabilitas dan kekuatan politik suatu negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun