Mohon tunggu...
faydhatul baroroh
faydhatul baroroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

University student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pasar murah,Solusi Efektif Untuk Pemulihan Stabilitas Ekonomi

22 Maret 2024   06:05 Diperbarui: 22 Maret 2024   21:01 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketahanan pangan setiap negara mulai menghadapi goncangan setelah fenomena COVID-19 yang berdampak pada seluruh aspek pemerintah, mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dampak yang dialami tergolong signifikan terutama di bidang ekonomi masyarakat. Para pemimpin dunia mulai melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya dengan menerapkan “Great Lockdown” (IMF) yang menyebabkan berbagai krisis dan resesi global mulai dari penutupan perekonomian, pembatasan perdagangan impor dan ekspor antar negara, perlambatan berbagai industri, menghadapi meningkatnya risiko pengangguran akibat hilangnya mata pencaharian selama pandemi.

Masalah ekonomi seringkali menjadi penghambat percepatan pembangunan suatu kawasan, salah satunya Indonesia. Sejak pascapandemi pemerintah melakukan berbagai upaya dan strategi untuk pemulihan ekonomi nasional. Akan tetapi lonjakan harga bahan makanan pokok yang terus meningkat sangat berdampak pada masyarakat kelas menengah. Puncaknya di akhir tahun 2023 jelang pemilu 2024, terlihat dari visualisasi data yang ditampilkan Bapanas dimana dari 90 persen wilayah Indonesia dicitrakan dengan warna merah yang menunjukkan adanya harga beras lebih dari 20 persen diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) atau Harga Acuan Pembelian (HAP). Perlu dicatat, HET beras premium ditetapkan Bapanas sebesar Rp 10.900/kg. Artinya, sebagian besar provinsi di Indonesia menjual beras medium dengan harga diatas HET (Hakim, 2024). Hal ini terjadi diasumsikan oleh beberapa faktor, antara lain, perubahan iklim yang tak dapat dikendalikan mengakibatkan badai El Nino hingga awal 2024 yang berdampak pada masa panen. Penyebab utama kenaikan harga beras juga dapat dilihat dari melemahnya kapasitas produksi beras nasional. Selain itu, bencana banjir yang diakibatkan juga memicu gagal panen petani lokal. Namun hal tersebut tidak menghapuskan fakta bahwa kapasitas produksi beras negara kita sedang mengalami kendala.

Nasi sebagai makanan pokok utama bagi penduduk Asia,khususnya Indonesia menjadi bahan pokok yang harus ada di meja makan. Akan tetapi, harga beras yang melonjak drastis ini meresahkan masyarakat kelas menengah kebawah untuk mengkonsumsinya. Oleh karena itu, gebyar pasar murah, operasi pasar dan bantuan bansos menjadi alternatif pemerintah untuk menstabilkan ekonomi nasional. Bantuan pangan ini berupa distribusi beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) yang berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) (Purwowidhu, 2024).  Bazar pasar murah yng dilakukan pemerintah terbilang efektif sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi, menjaga keterjangkauan daya beli masyarakat, dan menyediakan pasokan di pasaran. Namun, apabila pasar murah diadakan secara terus menerus, maka hal ini berpotensi mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah dan menghambat upaya untuk membangun ketahanan ekonomi jangka panjang. Bantuan yang diadakan melalui pasar murah dengan system penjualan barang dengan harga yang relatif rendah memicu beberapa pihak untuk melakukan pemborongan atau membeli barang dengan jumlah berlebih. Sehingga distribusi bantuan pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat yang membutuhkan menjadi kurang merata.

Selain pasar murah, upaya yang dapat dilakukan pemerintah ialah menambah pasokan beras lokal agar mengurangi produksi impor beras sehingga mengimbangi kenaikan harga dengan penawaran yang lebih besar. Meningkatkan produksi dan produktivitas ekonomi dapat membantu mengurangi tekanan inflasi. Dengan meningkatkan pasokan barang dan jasa, permintaan dapat terpenuhi tanpa menimbulkan tekanan harga yang signifikan (Rangkuti, 2023).

References

Hakim, A. R. (2024, February 12). Jelang Pemilu dan Ramadan, Harga Beras Makin Mahal Tembus Rp 36 Ribu per Kg. Retrieved from www.liputan6.com: https://www.liputan6.com/bisnis/read/5526102/jelang-pemilu-dan-ramadan-harga-beras-makin-mahal-tembus-rp-36-ribu-per-kg?page=2

Purwowidhu, C. (2024, March 1). Badan Pangan Nasional: Jaga Stok Pangan, Stabilkan Harga. Retrieved from mediakeuangan.kemenkeu.go.id/: https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/badan-pangan-nasional-jaga-stok-pangan-stabilkan-harga

Rangkuti, M. (2023, July 4). Cara Mencegah dan Mengatasi Inflasi. Retrieved from feb.umsu.ac.id: https://feb.umsu.ac.id/cara-mencegah-dan-mengatasi-inflasi/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun