Mohon tunggu...
FAYAKUNARTO
FAYAKUNARTO Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

NIM : 55522120033 - Mahasiswa Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen : Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemeriksaan Pajak-Kritik dan Evaluasi Compliance Risk Management (CRM) Nash, Cartesian, Aristotle - Prof. Apollo

4 April 2024   22:31 Diperbarui: 4 April 2024   22:56 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pernyataan Descartes mengenai geometri khususnya bahwa "ilmu yang sepenuhnya baru" yang ia usulkan akan memberikan klasifikasi yang lengkap untuk pemecahan masalah, di mana masing-masing dari tiga kelasnya ditentukan oleh kurva yang diperlukan untuk penyelesaian. Hal ini menunjukkan adanya tumpang tindih yang penting antara tiga kelas masalah geometri Descartes dan tiga kelas Pappus, yang, ingat, dipisahkan berdasarkan jenis kurva yang diperlukan untuk penyelesaian: Masalah bidang dapat diselesaikan dengan penggaris dan kompas, masalah padat dengan kerucut, dan garis -seperti masalah dengan kurva yang lebih rumit yang memiliki "asal usul yang tidak konstan dan dapat diubah". Namun, ada juga perbedaan yang signifikan antara klasifikasi mereka sejauh Descartes dengan tegas menyatakan bahwa masalah-masalah yang memerlukan kurva "imajiner" untuk penyelesaiannya tidak memiliki solusi geometris yang sah. Memahami hubungan antara konstruksi kurva dan persamaan aljabarnya, dan klasifikasi kurva aljabar yang didasarkan pada derajat persamaan yang digunakan untuk merepresentasikan kurva tersebut.

Jika dikaitkan dengan CRM maka Descartes' Mathematics dapat menjadi teknik pemecahan masalah. CRM pada intinya berusaha untuk mempengaruhi perilaku pembayar pajak. Secara konseptual, logikanya didasarkan pada teori dan prinsip ilmu sosial. Dalam bentuk klasiknya, praktisi CRM berusaha untuk memberikan pengaruh dengan memadukan kegiatan layanan dan penegakan hukum dengan cara yang konsisten dengan metafora. Hal-hal tersebut umpama adanya tumpang tindih yang penting antara tiga kelas masalah geometri Descartes dan tiga kelas Pappus.

 

Aristotle's Ethics -- Aristotle

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Menurut Stanford University (2022), Aristoteles memahami teori etika sebagai bidang yang berbeda dari ilmu-ilmu teoretis. Metodologinya harus sesuai dengan pokok bahasannya---tindakan yang baik---dan harus menghormati fakta bahwa dalam bidang ini banyak generalisasi yang hanya berlaku pada sebagian besarnya saja. Kita mempelajari etika untuk memperbaiki kehidupan kita, dan oleh karena itu perhatian utamanya adalah sifat kesejahteraan manusia. Aristoteles mengikuti Socrates dan Plato dalam menganggap kebajikan sebagai inti kehidupan yang dijalani dengan baik. Seperti Plato, ia menganggap kebajikan etis (keadilan, keberanian, kesederhanaan, dan sebagainya) sebagai keterampilan rasional, emosional, dan sosial yang kompleks. Namun ia menolak gagasan Plato bahwa untuk menjadi orang yang benar-benar berbudi luhur, seseorang harus memperoleh, melalui pelatihan di bidang sains, matematika, dan filsafat, pemahaman tentang apa itu kebaikan. Apa yang kita perlukan, agar dapat hidup dengan baik, adalah apresiasi yang tepat terhadap bagaimana hal-hal seperti persahabatan, kesenangan, kebajikan, kehormatan dan kekayaan dapat menyatu secara keseluruhan. Untuk menerapkan pemahaman umum tersebut pada kasus-kasus tertentu, melalui pendidikan dan kebiasaan yang tepat, kita harus memperoleh kemampuan untuk melihat, pada setiap kesempatan, tindakan mana yang paling baik didukung oleh alasan. Oleh karena itu kebijaksanaan praktis, sebagaimana ia pahami, tidak dapat diperoleh hanya dengan mempelajari aturan-aturan umum. Kita juga harus memperoleh, melalui latihan, keterampilan deliberatif, emosional, dan sosial yang memungkinkan kita mempraktikkan pemahaman umum kita tentang kesejahteraan dengan cara yang sesuai untuk setiap kesempatan.

Jika dikaitkan dengan CRM yang merupakan proses pengelolaan risiko kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan secara sistematis, terukur, objektif dan berulang. Dalam melakukan proses tersebut diperlukan sikap dalam ber-etika, keberanian, rasa hormat, cinta, ketekunan, dan kearifan. Proses CRM yang meliputi Identifikasi Risiko - Menilai dan Memprioritaskan Risiko - Menganalisis Perilaku Kepatuhan Menentukan Strategi Perawatan - Merencanakan dan Menerapkan Strategi - Memantau dan Mengevaluasi -- Kinerja, yang ditujukan untuk mencapai dua kesadaran dengan algoritma yang bebeda. Dalam mencapai visi misi dari dua kesadaran yang berbeda diperlukan sikap-sikap yang telah disebutkan diatas. Agar dapat hidup dengan baik (implementasi CRM), adalah apresiasi yang tepat terhadap bagaimana hal-hal seperti persahabatan, kesenangan, kebajikan, kehormatan dan kekayaan dapat menyatu secara keseluruhan.

 

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun