Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga oleh setiap orang, terutama kesehatan pada sistem pernafasan. Banyak orang yang menyepelekan kesehatan sistem pernafasan hanya karena ingin tampil bergaya atau ketenangan semata.
Akhir-akhir ini mulai maraknya vapor atau rokok elektrik sebagai ganti rokok tembakau, dan dinilai lebih ramah lingkungan serta lebih hemat. Namun, disisi lain vapor juga tidak kalah bahayanya dengan rokok tembakau yang menyebabkan penyakit pernafasan, contoh halnya gagal pernafasan dikarenakan cairan yang terkandung pada vapor. Hal ini pun dijelaskan oleh WHO (World Health Organization). Bahaya vape menurut WHO berasal dari kandungan nikotin dan zat beracun lainnya yang bisa berdampak bagi pengguna maupun non-pengguna vape. Beberapa dampak tersebut termasuk perkembangan otak pada anak dan remaja, meningkatkan risiko penyakit jantung, dan gangguan paru-paru.
“Jadi tidak benar kalau rokok elektronik lebih aman karena mereka sama-sama ada kandungan ini, meskipun tidak mengandung tar ternyata rokok elektronik itu ada bahan karsinogen,” ujar Agus dalam konferensi pers Dukungan Revisi PP 109/2012 dari Organisasi Profesi Kesehatan yang digelar Komnas Pengendalian Tembakau, Jumat (12/8/2022).
Yuk simak informasi lengkap mengenai bahaya vaping bagi kesehatan pada ulasan di bawah ini.
Bahan kimia berbahaya pada vape
Penggunaan vape atau rokok elektrik memerlukan cairan yang dipanaskan. Cairannya menawarkan berbagai rasa yang membuat vaping menarik. Namun cairan ini juga mengandung sejumlah bahan kimia yang dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh, yaitu:
1. Nikotin
Sama seperti rokok, vape juga mengandung nikotin tergantung penggunanya. Jika kebiasaan ini dihentikan, penggunanya bisa merasa cemas, mudah tersinggung, bahkan depresi. Selain itu, penggunaan nikotin dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen dan meningkatkan risiko kanker paru-paru.
2. Propilen Glikol
Sebenarnya, propilen glikol bukanlah zat beracun. Padahal, zat ini biasa ditemukan pada makanan tertentu seperti popcorn, salad, es krim, dll. Namun uap yang dihasilkan zat ini dapat mengiritasi mata dan saluran pernafasan sehingga tidak baik digunakan oleh penderita asma.
3. Rasa
Vape memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan rokok, yaitu rasa manis saat dihisap. Selain itu, nafas yang dihembuskan dari vape juga harum, berbeda dengan asap rokok yang cenderung berbau tidak sedap. Namun dibalik daya tarik tersebut adalah mengandung lebih dari 75% zat penyedap diacetyl yang dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Bahaya Vape bagi Kesehatan
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, kandungan beberapa zat berbahaya dalam vape dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan pada tubuh. Berikut adalah beberapa efek vape bagi kesehatan yang perlu diwaspadai.
1. Menyebabkan Kecanduan dan Keracunan Nikotin
Kandungan nikotin dalam vape dapat membuat penggunanya menjadi kecanduan. Hal ini dikarenakan nikotin dapat merangsang produksi hormon dopamin yang mengakibatkan efek ketergantungan. Menghilangkan kecanduan nikotin memang cukup sulit. Tubuh seringkali memberikan reaksi tertentu ketika seseorang mencoba menghentikan kebiasaan tersebut, seperti rasa cemas, pusing, dan mual.
Selain menimbulkan kecanduan, mengonsumsi nikotin dalam jumlah besar juga dapat meningkatkan risiko keracunan. Dalam kasus yang parah, keracunan nikotin menyebabkan kejang, gagal napas, dan bahkan kematian.
2. Penyebab penyakit jantung
Nikotin pada rokok elektrik diketahui menyebabkan masalah pada arteri. Ketika nikotin diserap dan memasuki aliran darah, kelenjar adrenal terstimulasi dan melepaskan hormon epinefrin, sehingga menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Kondisi ini dapat memengaruhi cara kerja jantung dan dalam jangka panjang meningkatkan risiko penyakit jantung.
3. Menyebabkan penyakit paru-paru
Kerusakan organ paru-paru juga menjadi salah satu bahaya vaping bagi kesehatan yang patut diwaspadai. Menurut American Lung Association, kandungan akrolein pada vape umumnya digunakan untuk membunuh gulma dan dapat menyebabkan asma, cedera paru akut, dan COPD.
Selain itu, vitamin E asetat pada vaping juga diketahui menyebabkan kerusakan paru-paru atau disebut juga EVALI (e-cigarette atau e-cigarette use linked lung injury). Kondisi ini ditandai dengan nyeri dada, kesulitan bernapas, dan dapat berujung pada gagal napas.
4. Dampak terhadap perkembangan otak
Bahaya vaping bagi kesehatan berikutnya adalah dapat mempengaruhi perkembangan otak remaja dan dewasa muda secara permanen, terutama mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hal ini terjadi karena vaping mengandung nikotin yang dapat memperlambat perkembangan otak dengan memengaruhi konsentrasi, memori, suasana hati, dan pengendalian diri.
5. Masalah pada bayi
Salah satu bahaya vaping bagi wanita khususnya ibu hamil adalah dapat mengganggu tumbuh kembang janin dan risiko cacat lahir. Hal ini bisa terjadi pada wanita atau ibu hamil yang melakukan vape secara aktif maupun pasif (paparan asap vape).
Selain itu, ASI yang terpapar nikotin juga dapat menyebabkan kolik pada bayi (menangis tanpa diketahui penyebabnya). Oleh karena itu, sebaiknya ibu menyusui di ruangan yang bebas dari tembakau atau perokok pasif.
6. Peningkatan risiko kanker
Bahaya vaping terhadap kesehatan juga jelas dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena kanker. Risiko ini disebabkan oleh zat tertentu yang terdapat dalam asap rokok dan cairan vaping, termasuk nikotin.
Pencegahan vaping harus dilakukan agar dapat membantu individu untuk menghindari bahaya yang terkait dengan penggunaan vapor atau rokok elektrik. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah vaping:
Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan yang tepat tentang risiko dan bahaya yang terkait dengan vaping sangat penting. Ini dapat mencakup kampanye kesadaran di sekolah, komunitas, dan di rumah.
Diskusi Terbuka: Berbicaralah dengan anak-anak dan remaja Anda tentang bahaya vaping. Buatlah lingkungan di mana mereka merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan dan berbicara tentang tekanan yang mungkin mereka alami untuk mencoba e-sigaret.
Contoh yang Baik: Orang dewasa dapat memberikan contoh yang baik dengan tidak merokok atau menggunakan e-sigaret. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka.
Batasan Akses: Batasi akses anak-anak dan remaja ke e-sigaret dan vape liquids. Pastikan mereka tidak memiliki akses bebas ke produk-produk ini.
Penegakan Hukum: Pastikan bahwa peraturan yang melarang penjualan e-sigaret kepada anak di bawah usia legal ditegakkan dengan ketat.
Penyuluhan Kesehatan: Sekolah dan komunitas dapat menyediakan program pendidikan tentang risiko vaping dan dampaknya pada kesehatan.
Program Berhenti Merokok dan Vaping: Jika seseorang sudah mulai vaping, penting untuk memberikan dukungan untuk berhenti. Program-program berhenti merokok dan vaping dapat membantu individu melepaskan kebiasaan ini.
Konsultasi Medis: Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal telah kecanduan vaping, konsultasikan dengan profesional medis atau konselor untuk mendapatkan dukungan dan rencana berhenti.
Pencegahan vaping merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan orang tua, pendidik, komunitas, dan pemerintah. Edukasi dan dukungan berperan penting dalam membantu individu, terutama anak-anak dan remaja, serta pengguna yang sudah terlanjur memakai untuk membuat keputusan yang bijak tentang kesehatan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H