Blitar, Jawa Timur -Hidup memang akan selalu penuh dengan masalah dan akan terus ada tanpa memandang usia. Akhir dari masalah kehidupan adalah kematian, lantas kenapa tidak bunuh diri?
- Kasus Bunuh Diri Di Korea mencapai 28,6% Per 100.000 orang
- Jepang 15% Didominasi Oleh Pria
- Tingkat Bunuh Diri Indonesia ada di 2,4% Lebih Tinggi Dibandingkan Filipina
Beberapa waktu lalu, warga Malang sempat dihebohkan dengan kasus bunuh diri seorang pria yang nekat melompat dari jembatan Soekarno-Hatta. Lantas kenapa bunuh diri menjadi sebuah pilihan untuk lari dari masalah dunia?
Opini-Latar Belakang
Dalam tulisan ini penulis ingin mengutarakan opini dari sudut pandang yang penulis miliki. Kasus bunuh diri umumnya dilatar belakangi oleh berbagai faktor yang mungkin tidak sedikit. Berbagai masalah seperti ekonomi, tekanan pekerjaan, tekanan sosial, penyakit yang tidak kunjung sembuh, atau mungkin berbagai masalah yang datang disaat bersamaan bisa menjadi pendorong seseorang melakukan bunuh diri.
Seseorang yang menyerah dan merasa tidak ada jalan keluar terhadap masalahnya akan melihat meninggalkan dunia akan menjadi jalan pintas yang bisa diambil. Namun, apakah bunuh diri bisa menjadi penyelamat dari peliknya dunia?
Cara Lain
Ada beberapa faktor yang bisa dicoba jika anda mulai berfikir bahwa bunuh diri mungkin jalan terbaik dari masalah anda sekarang.
- Keluarga (Lingkungan)
Keluarga atau lingkungan tempatmu tinggal bisa menjadi salah satu penyelamat terbaik jika kamu mulai berfikir bunuh diri untuk lari dari masalah yang kamu miliki. Keluarga dan teman-teman yang memberikan energi positif padamu bisa menjadi motivasi lebih untuk mengarungi kerasnya dunia. Dari mereka, mungkin kamu dapat belajar bahwa setiap individu memiliki masalahnya sendiri.
Jika mereka bisa melewati itu semua dan tetap bisa mengarungi kerasnya dunia, maka tidak ada alasan bagimu untuk menghentikan langkahmu menjelajahi dunia lebih jauh. Jangan lupa untuk mencari kebahagianmu sendiri dalam setiap perjalanan, agar kerasnya dunia tidak menjadikanmu putus asa.
- Psikiater
Walaupun cara ini masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, namun peran psikiater yang mampu memahami emosi dan mentalmu memang diperlukan. Karena bunuh diri terkadang tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya saja. Bisa saja kamu memperlihatkan sifat riang dan bahagiamu karena sedang memiliki banyak masalah.
Maka diperlukan seseorang untuk menumpahkan segala kegelisahan dalam hati untuk menenangkan keadaan mental dan hatimu. Jangan malu dan jangan bimbang demi kebaikan dirimu sendiri.
- Tuhan (Agama)
Penulis meyakini, disetiap agama pasti mengajarkan kebaikan dan bunuh diri bukan salah satu kebaikan yang diajarkan oleh agama. Dalam agama yang penulis ikuti, disebutkan bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi batas kekuatan hambanya.
Terkadang, masalah yang kita miliki saat ini adalah jawaban dari doa yang kita panjatkan. Kita meminta untuk kuat, Tuham berikan masalah untuk kita selesaikan. Kita meminta untuk kaya, Tuhan berikan pekerjaan yang berat dan sulit untuk menaikan level kemampuan kita.Â
Terkadang doa kita dikabulkan oleh Tuhan dengan cara yang lain, maka coba lalui setiap masalah dengan sekuat tenaga. Â Disamping itu, jika kita ingat-ingat kembali sebenarnya sejak kecil kita mungkin sudah bertemu dengan masalah dan kita bisa melewati semua itu hingga saat ini.
Maka, berbanggalah kita dengan apa yang sudah kita lalui, hargai dirimu sendiri. Yakinkan dirimu, bahwa kamu berharga lebih dari apa yang sedang kamu pikirkan saat ini.
Penutup
Pasti masih banyak kekurangan atau kesalahan dari opini penulis yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu karena faktor latar belakang pendidikan, namun hal itu tidak menghalangi penulis untuk menuliskan opini yang rasional berdasarkan data yang ada.
Namun, kritik dan saran senantiasa dinantikan oleh penulis demi meningkatkan kualitas penulisan selanjutnya
Tetap jaga diri dan orang-orang sekitar kita, hargai mereka dan coba dengarkan keluh kesahnya tanpa perlu men-judge. Terkadang mereka bercerita bukan untuk mendapatkan saran, mereka hanya perlu telinga untuk mendengar keluh kesah yang mereka rasakan.
Sekian Terimakasih.
Reporter: Fawwaz Yosh
Editor: Husna Amalia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H