Mohon tunggu...
Fawwaz Syarifaturrohmah
Fawwaz Syarifaturrohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Resistensi Antibiotik, Mampukah Dikendalikan?

1 Juni 2022   17:59 Diperbarui: 1 Juni 2022   18:07 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membahas "resistensi antibiotik" atau "resistensi antimikroba", mari kita lihat bersama pengertian dari antibiotik. Antibiotik merupakan jalan pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi penyakit infeksi. Infeksi yang dimaksud disini disebabkan oleh bakteri, bukan virus, parasit maupun jamur.

Resistensi antibiotik berarti kebal antibiotik. Istilah "kebal" disini bukan berarti tubuh seseorang kebal terhadap suatu antibiotik, melainkan bakteri tertentu yang kebal terhadap antibiotik yang dirancang untuk membunuh mereka.

Resistensi antimikroba pada manusia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain penggunaan antibiotik yang tidak tepat, pemilihan antibiotik yang salah, dan dosis yang tidak tepat.

Sekitar 64 persen negara Asia Tenggara mengizinkan pembelian antibiotik tanpa resep. 50 juta resep antibiotik dianggap tidak perlu oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat pada tahun 2015, dari 150 juta resep tahunan. Bakteri yang kebal antibiotik menyebar ke seluruh dunia, bahkan hingga ke Indonesia.

Tidak lagi hanya dianggap sebagai masalah tunggal, resistensi antibiotik kini terjalin dengan bidang lain seperti kesehatan masyarakat, kesehatan hewan (termasuk akuakultur), rantai pasokan makanan, pertanian, dan bahkan masalah lingkungan.

Resistensi antibiotik menjadi masalah besar di Indonesia dan negara telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik masyarakat tentang hal itu. Distribusi dan penggunaan antibiotik harus dipantau dan diberi sanksi jika tidak memenuhi standar yang dapat diterima.

Untuk mengatasi masalah penyakit resistensi antibiotik, perlu adanya langkah tepat dalam mengonsumsi antibiotik. Berikut merupakan strategi pencegahan penyakit resistensi antibiotik.

1. Diagnosis obat yang tepat

Penggunaan obat yang tepat harus melalui resep dokter khususnya obat antibiotik. Tujuannya agar pemilihan obat dapat sesuai dengan indikasi yang sebenarnya.

2. Indikasi penyakit yang tepat

Obat memiliki tujuan terapi yang spesifik, misalnya antibiotik ditujukan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu, pemberian obat ini harus sesuai dengan gejala yang dialami pasien.

3. Penetapan dosis yang tepat

Untuk dapat memberikan efek terapi yang maksimal, diperlukan penentuan dosis, frekuensi lama pemberian obat, jangka pemberian obat, dan jalan pemberian obat yang tepat.

4. Ketepatan pemberian informasi kepada pasien

Informasi mengenai konsumsi obat yang diberikan oleh seorang apoteker kepada pasien harus tepat dan jelas karena akan sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dan keberhasilan pengobatan. Informasi yang diberikan dapat berupa aturan pakai, lama pemakaian, efek samping yang ditimbulkan obat, dan interaksi obat terhadap makanan yang dikonsumsi. 

5. Mewaspadai efek samping yang ditimbulkan obat

Efek samping suatu obat harus tetap diperhatikan. Efek samping suatu obat tidak selalu memberikan dampak negatif. Beberapa obat justru dapat memberikan efek samping yang menguntungkan. Contohnya pemberian obat flu yang memberikan efek samping berupa kantuk. Kemudian pasien tersebut akan segera tidur. Dengan tidur tersebut, diharapkan dapat memberi waktu bagi tubuh untuk beristirahat sehingga metabolisme tubuh untuk menyembuhkan suatu infeksi akan bekerja dengan maksimal.

Tidak hanya penggunaan obat antibiotik pada tubuh manusia saja yang diperhatikan, resistensi antibiotik pada hewan juga harus diperhatikan. Pasal 51 ayat 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menegaskan pelarangan penggunaan beberapa obat hewan pada ternak yang produknya ditujukan untuk konsumsi manusia.

Penting untuk diketahui bahwa masalah resistensi antibiotik ini harus ditangani oleh berbagai pemangku kepentingan. Penyalahgunaan antibiotik dapat dicegah dengan memperkuat rantai pasokan dari produsen ke pengguna antibiotik. Pengendalian kasus resistensi antibiotik akan tercapai jika semua kegiatan tersebut dilakukan dengan benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun