Pada malam-malam bulan Ramadan, setidaknya memiliki tiga bagian penting. Salah satu dari malam terpenting pada bulan Ramadan ialah, pada 10 hari malam terakhir bulan Ramadan. Selain hadir lailatul qadar, sebuah malam istimewa yang dipercaya oleh kaum Muslim, sebagai malam Agung. Pada malam tersebut, Tuhan memberikan kasih sayang dengan begitu berlimpah.
Keberlimpahan kasih sayang yang diberikan Tuhan ini, begitu menarik untuk dicermati. Bagaimana tidak, malam Agung tersebut Tuhan sembunyikan diantara bulan Ramadan. Dalam beberapa rujukan dan referensi, Tuhan menyimpan malam Agung tersebut pada tanggal ganjil pada bulan Ramadan. Kepercayaan tersebut cukup melekat dalam diri saya, sehingga tak jarang saya cermati tanggal ganjil pada bulan Ramadan.
Pada malam-malam terakhir bulan Ramadan, di beberapa masjid dan mushola biasanya ramai. Banyak para pemburu malam Agung tersebut, baik pria dan wanita, dari yang tua hingga yang muda. Pemburuan malam Agung tersebut, boleh jadi tidak hanya dilakukan di masjid atau mushola saja, tapi juga dapat dilakukan mereka di rumah atau dimanapun berada.
Bagi mereka para pecinta malam nan Agung, boleh jadi setiap proses dari satu malam menuju malam yang lain, dihinggapi dengan rasa kebahagiaan dan rasa harap-harap cemas yang begitu mendalam. Kebahagiaan yang hadir dan harapan yang terbangun, tidak lain untuk meraih restu Tuhan pada sebuah malam yang Agung.
Pemburuan malam nan Agung tersebut, boleh jadi memerlukan ketaatan dan kontinuitas yang stabil. Siapa yang tak tergoda, atas suguhan Tuhan nan Agung, yang mana pada malam tersebut dijanjikan kebaikan dan keutamaan Atas Seribu Bulan. Siapa pula yang tak ingin, mendapatkan kebaikan dan kasih sayang-Nya, di bawah naungan bulan Ramadan nan berkah.
Pada bulan Ramadan nan berkah ini, Tuhan memberikan perhatian tersendiri pada malam nan Agung tersebut, tidak hanya Tuhan bahkan semesta memberikan perhatian tersendiri pada malam nan Agung ini. Boleh jadi, malam ini memberikan cerminan bahwa, kasih sayang Tuhan layaknya samudra tak bertepi, bahkan lebih luas dibandingkan apa yang terbayangkan.
Kasih sayang yang diberikan tersebut, tak lain dan tak bukan sebagai bukti bahwa, manusia memiliki keterikatan menghamba, atau  boleh dikatakan sebagai, tanda kelemahan manusia yang mana harus bergantung kepada selain manusia itu. Boleh jadi, hal tersebut sebagai salah satu dorongan dasar yang ada pada diri manusia.
Dorongan dasar tersebut, membuktikan bahwa manusia sebagai makhluk yang kecil, sehingga harus berharap kepada Tuhan. Eksistensi nan Maha, yang memberikan segala keindahan dan kasih sayang kepada manusia.Â
Namun pada bulan Ramadan ini, Tuhan memberikan kesempatan kepada manusia, untuk meraih sebuah kemuliaan nan istimewa, yang tiada didapatkan oleh umat sebelumnya.
Apa yang disajikan oleh Tuhan, kepada umat Nabi Muhammad SAWW, boleh jadi sebuah keistemewaan yang tiada didapat oleh umat sebelumnya. Sajian Ilahi yang dihadirkan pada sebuah malam Ramadan, merupakan hidangan bagi jiwa-jiwa manusia yang rindu akan Tuhan.
Kerinduan kepada Tuhan, tidak lain dan tidak bukan merupakan usaha manusia untuk mendekati-Nya. Kedekatan manusia kepada-Nya tidak lain, adalah sebuah kerinduan untuk melihat keindahan nan abadi, yaitu wajah-Nya.