Pada awal puasa, bangun dinihari merupakan tantangan tersendiri. Bayangin lagi enak tidur lalu harus bangun jam 3 pagi untuk sahur. Sungguh buat saya ketika awal puasa cukup berat mengatur  jam bangun tidur. Saya biasa pasang alarm agar dapat bangun tepat waktu. Tapi apabila sedang kelelahan kadang saya kebablasan juga.
Puasa sejatinya disambut suka cita oleh umat Islam. Begitu juga di lingkungan tempat tinggal saya. Sejak tanggal mulai berpuasa diputuskan, Masjid dekat tempat tinggal begitu ramai mengingatkan warganya untuk bangun dan sahur esok harinya. Para ibu juga sibuk menyiapkan masakan untuk sahur keluarga, adapun anak kontrakan macam saya dan teman-teman harus masak sendiri, atau lari menuju salah satu warung terdekat.
Anak muda di lingkungan saya, termasuk anak-anak muda yang kompak. Apabila ada acara rukun tetangga semacam kerja bakti, mereka bersedia hadir dan turun membantu. Lalu pada hari Kemerdekaan Indonesia tahun lalu, anak-anak muda ini akan berinisiatif mengadakan kegiatan supaya acara tujuh belasan berlangsung meriah dengan cara mengadakan aneka lomba.
Usia anak-anak muda mungkin duduk di bangku SMA dan kuliah, yang memang sedang senang aktif dalam sebuah berkegiatan. Untungnya anak-anak muda di lingkungan ini, tidak pernah terdengar sesuatu yang negatif. Kondisi ini mungkin terbantu dengan banyaknya masjid di lingkungan saya, boleh jadi ada kontribusi penceramah yang cukup mencerahkan.
Na,h pada bulan puasa ini, anak-anak muda ini sudah pasti membantu para warga agar menjalankan puasa dengan lancar. Caranya dengan membantu membangunkan warga buat sahur. Mereka akan keliling berombongan sembari memukul bunyi-bunyian dari barang-barang yang mereka bawa, misalnya galon air mineral, gendang atau rebana dan berteriak sahur! Sahur! Tak jarang pula, mereka mendendangkan sebuah lagu, yang cukup membuat semangat untuk bangun.
Pada awal puasa saya sering dibuat kaget dengan ulah mereka. Karena kondisi di lingkungan saya yang cukup padat. Anak-anak curhat di depan kontrakan saja, sudah pasti terdengar. Tawar menawar para ibu-ibu saat belanja sayur saja terdengar, jadi terbayangkan bagaimana berisiknya suara anak-anak muda ini ketika lewat.
Pada suatu pagi, saya tidur lelap karena capek berat. Aktivitas saya hari itu sungguh padat, tenaga cukup terkuras terlebih saya sedang berpuasa. Alhasil begitu sampai tempat tinggal yang ada dalam kepala adalah istirahat. Saya tak ingat lagi sempat menyetel alarm. Saya langsung tertidur pulas.
Sepertinya saya baru tidur sebentar saja ketika tiba-tiba saya terhenyak dari tempat tidur, karena mendengar tabuhan bunyi-bunyian yang keras sekali dan teriakan orang-orang. Saya pikir ada kebakaran atau perampokan. Saya lari menuju pintu dan bergegas membuka kuncinya.
Saya melongokkan kepala keluar pintu tepat saat anak-anak muda yang memukul tetabuhan yang telah lewat. Karena baru sepenuhnya sadar, saya baru mendengar jelas kata-kata yang mereka teriakan. Ya ampun.. ternyata ini anak-anak muda yang membangunkan sahur.
Saya masuk rumah lagi dan terduduk di pinggir tempat tidur. Saya ambil gawai untuk melihat jam berapa saat itu. Ternyata, gawai mati kehabisan daya. Saking lelahnya saya sampai tidak sempat mengisi daya gawai. Otomatis gawai mati total, dan tidak bisa hidup untuk sekedar mengingatkan untuk bangun.
Saat terkejut dengan tabuhan anak-anak tersebut, rasanya ingin mengumpati mereka sampai puas. Namun hal tersebut urung saya lakukan, karena cukup sadar diri atas apa yang mereka lakukan. Boleh jadi apabila mereka tidak lewat, saya tidak dapat bangun untuk sahur pada hari itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H