Tema ini bikin saya merembes mili, karena outfit terbaik sepanjang masa bagi saya ialah, outfit yang selalu disediakan oleh almarhumah nenek (semoga Tuhan Memuliakan) saya. Rasanya sepanjang hidup saya, nenek saya adalah orang yang paling peduli kepada apa yang dikenakan oleh para cucu. Mamah, begitulah panggilan saya kepada nenek.
Bukan saya bermaksud untuk merusak struktur keluarga, namun memang panggilan tersebut yang dibiasakan oleh keluarga kepada kami. Baiklah, kembali kepada outfit bulan Ramadan. Mamah adalah nenek memiliki pemikiran unik, ketika masih kecil para cucu sering dibelikan baju secara seragam. Tak jarang, para cucu mamah selalu disangka anak panti asuhan.
Ketika ada yang bertanya kepada mamah, biasanya ekspresi mamah hanya tersenyum geli. Mamah tidak pernah menyangka bahwa para cucu yang imut-imut kala itu, disangka sebagai rombongan panti asuhan kala sedang pergi ke suatu tempat. Yang mamah pikirkan rasanya hanya mendandani cucu, agar terlihat ceria dan lucu kala dipandang.
Setidaknya itu hal yang saya ingat dari sosok Mamah.
Dalam perjalanan waktu, hingga Mamah menghembus nafas terakhir. Mamah rasanya masih tetap memberikan baju kepada kami para cucu kesayangan, namun Mamah cukup sadar dan memberikan baju yang sangat pantas kami gunakan, minimal sesuai digunakan dengan umur para cucunya.
Kebiasaan keluarga kami pada saat lebaran datang, seluruh keluarga berkumpul di rumah Mamah. Selain saling memohon maaf atas kesalahan antar keluarga, biasanya kami makan sebuah sajian bersama yang telah ditentukan jauh-jauh hari. Entah itu soto, bakso, sate, mie kocok, atau nasi bakar. Namun kegiatan yang sering dilakukan oleh Mamah, selain memberikan komando untuk saling memaafkan, Mamah biasanya sudah dari jauh-jauh hadir mengumpul baju yang pada akhirnya diberikan kepada masing-masing yang beruntung.
Adapun pada tahun lalu, keberuntungan hadir kepada para cucu Mamah yang bujang. Rasanya sih tak hanya cucu saja, tapi juga diberikan kepada menantu, dan suami dari cucu perempuan Mamah. Rasanya dulu Mamah sudah membuat sebuah kocokan macam arisan, dengan nama-nama cucu bujang, dan nama siapa yang keluar itulah yang mendapatkan hadiah dari Mamah berupa baju.
Jarang saya gunakan baju itu, karena rasanya ketika kenakan pakaian tersebut, ingatan saya kepada Mamah begitu deras berkelebatan. Awalnya tak ingin saya gunakan outfit tersebut kala berada di Jakarta, namun entah dorongan apa pada saat studi saya selesai, keinginan saya membawa outfit tersebut menuju tanah rantau.
Menurut saya untuk outfit terbaik pada Ramadan ini, adalah apa yang diberikan Mamah satu tahun lalu. Ya, itulah yang saya gunakan sekarang ini, saat menuliskan kisah ini.