Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Karpet Baru dan Pendingin Ruangan Baru di Mushola

22 Mei 2018   21:06 Diperbarui: 22 Mei 2018   21:10 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pri | Ilustrasi Karpet Baru

"Waah sekarang musholla kita makin nyaman, karpet barunya empuk dan sudah ada pendingin ruangan. Sistem suaranya juga sudah nggak "cempreng" lagi".

Sekilas saya mendengar obrolan bapak-bapak di sekitar kontrakan, beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadan tahun ini.

Dan ternyata benar adanya, musholla kami kini jauh lebih nyaman. Karpet baru yang kadar empuknya membuat jidat nyaman saat sedang sujud, di tambah dua buah pendingin ruangan yang membuat sejuk.

Selain sistem suara yang lebih nyaman di telinga, Imam musholla juga sudah disediakan mic dengan model terbaru. Sebuah kawat berbentuk setengah lingkaran yang melintas di dibelakang kepala sang imam, lalu di sisi kiri pipi sang imam menempel sebuah microphone. Mirip seperti mic yang digunakan Anges Monica kalau sedang nyanyi di atas panggung.

Musholla kami tidak besar dan dengan bangunan sederhana. Hanya ada 5 shaf di dalam ruangan musholla, tiap shafnya bisa menampung 10-13 orang tergantung lingkar pinggang jamaah.

Saat Ramadan tiba, jamaah perempuan terpaksa dibuatkan tenda di bagian luar kiri musholla, karena bagian dalam diperuntukkan untuk jamaah pria.

Dengan fasilitas baru, khususnya pendingin ruangan yang ada di musholla kami, saya sudah memprediksi akan semakin banyak jamaah yang shalat di sini. Termasuk saya, biasanya saya memilih shalat di masjid yang letaknya agak sedikit jauh, alasannya sederhana karena di masjid tersebut sirkulasinya udaranya cukup bagus.

Sementara di musholla saya, dengan sirkulasi yang mengandalkan 2 buah kipas angin akan sangat mudah membuyarkan konsentrasi, khususnya untuk iman saya yang  gampang goyah cuma gara-gara keringat menetes pelan dari punggung menuju pinggang.

Tapi itu Ramadan tahun lalu, kini musholla kami makin nyaman dan benar saja jamaahnya bertambah banyak. Hari pertama Ramadan jamaah sangat antusias untuk masuk kedalam ruangan, rupanya cara persuasif dengan membuat nyaman musholla berhasil membuat sadar agar kita mengisi shaf di dalam dan terdepan.

Namun jujur saja, dua pendingin ruangan yang ditempat di belakang, tepatnya di sisi kanan dan kiri pintu masuk tidak maksimal memberi hawa sejuk yang maksimal bagi jamaah. Khususnya untuk jamaah di 2 shaf terdepan, untuk jamaah di shaf ke 3, 4 dan 5 (terakhir) masih bisa merasakan sejuknya pendingin ruangan.

Tarawih hari pertama beberapa Jamaah di bagian depan mulai merasakan kegerahan termasuk saya, dan akhirnya kipas angin yang masih setia berada di dinding musholla dinyalakan kembali. Perpaduan pendingin ruangan dan kipas angin sanggup membuat musholla menjadi nyaman.  

Hari ke-2 dan ke-3 Ramadan saya tidak shalat tarawih di musholla karena ada urusan yang harus diselesaikan. Masuk hari ke-4, sesaat setelah membatalkan puasa dengan segelas teh manis hangat dan gorengan, saya menuju ke musholla.

Bapak-bapak dan beberapa pemuda sudah banyak yang berdiri diluar musholla bersiap untuk shalat maghrib. Dengan ramah, seorang bapak menyambut saya dan menyarankan untuk masuk dan mengisi shaf di depan. Hmmm jarang-jarang saya disambut seperti ini.

Kejadian ini terus berlanjut di hari ke-5 dan ke6, khususnya saat shalat maghrib, shakat Isya lanjut Tarawih dan shalat Subuh di saat jumlah jamaah sangat banyak.

Selalu ada kumpulan bapak-bapak dan pemuda yang berdiri didepan musholla, lalu dengan ramah menyambut dan menyarankan saya untuk masuk kedalam untuk mengisi shaf terdepan.

Senang sih, saya dianggap seperti ulama yang selalu di siapkan tempat di shaf khusus. Terlebih musholla kami sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan karpet baru.

Walaupun terasa ganjil, bukankah sekarang musholla lebih nyaman jika berada di dalam? Kenapa mereka tidak masuk terlebih dahulu?

Ternyata kebimbangan saya terjawab, para bapak-bapak dan sebagian besar pemuda yang dengan ramah menyuruh saya masuk kedalam sudah mapping atau memetakan tempat paling nyaman di musholla untuk shalat.

Dan itu adalah Shaf ke-4 dan ke-5 sebelah kanan atau kiri. Tepat di bawah pendingin ruangan yang baru di pasang di musholla kami.

Kalau dulu waktu sekolah ada idiom, posisi duduk saat ujian menentukan prestasi dan nilai akhir. Ramadan kali ini saya punya idiom baru, posisi menentukan kekhusuyuan ibadah Ramadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun