Pada hari ini pengumuman penentuan tanggal 1 Ramadan 1439 H dilakukan, para tokoh agama, cendekiawan, hingga perwakilan dari pelbagai organisasi masyarakat berkumpul dan memberikan sebuah putusan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Muslim Indonesia, termasuk saya di dalamnya.
Menarik bagi saya mencermati sidang penentuan tahun ini, karena pada tahun lalu sidang dilakukan sehari sebelum puasa, namun tahun ini ancang-ancang penentuan awal Ramadan ternyata lebih cepat. Adapun hasil sidang disampaikan langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin. Secara resmi hasil sidang memberikan putusan yang disampaikan oleh Menteri Agama, bahwa 1 Ramadan 1439 H, jatuh pada hari kamis, tanggal 17 Mei 2018.
Oke! Karena sudah resmi pengumuman tanggal 1 Ramadan, maka dalam menyambut bulan ini, harus ada persiapan-persiapan tertentu. Bukan hanya persiapan makanan, ada persiapan yang lebih penting dibanding makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Adapun persiapan ringan dalam menyambut bulan Ramadan tahun ini bagi saya pribadi, setidaknya ada tiga hal.
1. Berkabar Tentang Kebaikan Dan Kasih Sayang.
Hampir jarang saya melihat kejadian buruk terjadi pada bulan Ramadan, baik kejadian buruk yang disebabkan oleh perilaku juga tangan manusia, atau juga ulah manusia yang berdampak pada lepasnya keseimbangan alam. Adapun hal tersebut terjadi, mungkin luput dari perhatian saya.
Naaaaah, ramadan di mata umat Muslim boleh jadi memiliki nilai-nilai yang istimewa, karena banyak peristiwa pada zaman Nabi Muhammad SAWW, yang mengisyaratkan pelbagai peristiwa yang hingga saat  ini masih tersimpan dalam benak umat Muslim, seperti bulan turunnya Al-Qur'an, kemenangan Muslim pada perang Badr, peristiwa penaklukan kota Mekah, hingga Lailatul Qadar atau malam yang Agung.
Adapun salah satu cara Nabi Muhammad SAWW dalam menyambut kedatangan Bulan Ramadan adalah, dengan lebih banyak senyum. Makna senyum di sini bisa ditafsirkan dengan pelbagai hal loh, boleh jadi senyum yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAWW ialah, isyarat bahwa bulan Ramadan sebagai media untuk saling memberikan kabar gembira kepada sesama manusia. Kabar gembira boleh juga diartikan sebagai, memberikan keselamatan kepada sesama manusia disekitar kita, atas apa yang kita lakukan.
Selain dari pada itu, senyum yang disampaikan Kanjeng Nabi Muhammad SAWW ialah, kegirangan yang luar biasa atas turunnya berkah Tuhan yang berlimpah. Keberkahan Tuhan yang bagi saya begitu terasa misalnya dalam hal menjalankan ibadah sahur, biasa saya makan sahur tidak terlalu banyak, mungkin hanya satu mangkok kecil berisi nasi dan sayur, porsi tersebut apabila pada hari-hari biasa terasa kurang bagi saya, namun pada bulan Ramadan porsi tersebut terasa lebih dari cukup untuk menjalankan ibadah puasa hingga malam tiba.
Tak hanya pada porsi makan saja keberkahan itu datang, dalam memanfaatkan waktu pun rasanya pada saat bulan Ramadan banyak hal yang dapat saya selesaikan dalam waktu yang singkat. Entah karena dorongan lapar, atau karena daya efektivitas dalam bekerja karena tidak ada makan siang, namun yang saya rasakan pada bulan ramadan waktu terasa begitu padat hingga dapat menjalankan pelbagai aktivitas, termasuk dalam beribadah.
Yang paling menarik, kondisi lingkungan pada saat bulan Ramadan menuntut kita untuk berperilaku baik kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Sehingga rasanya, kenyamanan dan bahagia dalam hidup itu lebih terasa dekat. Atau minimal, kita memiliki rasa kepekaan untuk tidak melakukan apa-apa yang buruk di mata manusia hingga Tuhan.
2. Persiapan Niat