Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Cepat Tanggap untuk Kemanusiaan, Filantropi bagi Somalia

25 Maret 2017   10:54 Diperbarui: 25 Maret 2017   19:00 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Negara yang dapat memanusiakan manusia di dalam dan di luar negaranya, ialah negara yang dapat dikatakan maju pada saat ini. Kemajuan bukan tentang benda mati, namun tentang apa yang hidup”

Penggalan kalimat tersebut disampaikan oleh Ahyudin, pendiri sekaligus Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT). Walau perawakannya cukup berumur, namun ia berbicara cukup teratur. Tak kurang dari itu, ia ketenangan-nya menyampaikan materi, menandakan bahwa ia cukup handal juga berpengalaman.

Apa yang ada dalam benak kita tentang negara maju? Mungkin, kebanyakan dari kita berbicara tentang kemajuan, lebih sering miliki parameter akan benda mati, seperti teknologi, kekuatan militer, ekonomi, gedung pencakar langit dst.

Menarik memang melihat dari sudut pandang itu, namun ada hal yang lebih penting dari pada itu, dimana perspektif tersebut hanya kebanyakan. Marilah sejenak kita simpan perspektif itu, lalu bergeser sejenak untuk melihat sudut pandang yang lain tentang kemajuan sebuah negara.

Mari kita arahkan pandangan akan kemajuan sebuah negara dari perspektif kemanusiaan, ya, tentang kemanusiaan.

Isu kemanusiaan merupakan isu yang sangat dengan kehidupan kita, dimana pun isu ini akan tetap ada. Namun permasalahan nya, isu ini tidak dibahas dengan strategis dan serius, kalau pun ada isu ini hanya menjadi pelengkap pembahasan dalam acara-acara seremonial.

Sejujurnya penggalan kalimat di atas cukup membuat saya berfikir keras. Adakah negara yang berfikir tentang manusia? Lalu negara mana yang mampu memanusiakan manusia baik di dalam, maupun di luar negara nya? Cukup sulit saya menjawab pertanyaan ini.

Bersyukur saya mendapatkan kesempatan menemukan jawaban tersebut, jawaban tersebut saya dapatkan dalam acara “Ngobrol Kemanusiaan” yang diadakan Aksi Cepat Tanggap (ACT)mengusung tema Greatness Stars from Humanity. Dalam acara ini turut mengundang pada netizen, bloger, komunitas dan mitra ACT dari berbagai kota.

Lembaga kemanusiaan nasional ini, kini telah mengembangkan sayapnya pada kancah internasional. ACT pun telah mendapatkan pengakuan dari berbagai lembaga nasional dan internasional, yang cukup membanggakan ACT dimiliki oleh Indonesia.

Sepak terjang ACT kini tak hanya ruang lingkup nasional, namun juga pada tataran internasional, yang menyasar pada negara rawan konflik dan bencana seperti Suriah, Bangladesh, Nepal, Palestina hingga Somalia, dan masih banyak tempat lainnya.

Hal tersebut pun tak bisa dianggap main-main, karena para relawan harus bekerja keras menembus medan-medan berat, yang bukan tidak mungkin nyawa yang menjadi taruhan nya.

Dok. Pri | Turut hadir pula Mas Imam Akbari selaku Vice President ACT
Dok. Pri | Turut hadir pula Mas Imam Akbari selaku Vice President ACT
Ahyudin memaparkan ACT pertama kali hadir pada tahun 2005, kehadiran ACT bukan tanpa sebab, berbekal tekad ingin membantu korban pasca Tsunami secara berkelanjutan, maka lahir lah ACT pada tanggal 21 April 2005.

Tekad ingin membantu tersebut ternyata menggetarkan banyak hati, sehingga lembaga ini berkembang dengan pesat setiap tahun. Tak kurang dari inovasi dan pelatihan penanganan bencana terus dilakukan oleh ACT secara berkesinambungan.

ACT berkantor di Menara 165 Lantai 11, ditempat inilah berbagai konsep penanganan bencana dibuat. Tak kurang dari itu, konsep-konsep penanganan bencana tersebut terus diperbaharui, guna menghadirkan profesionalisme pada para relawan yang bergabung dalam menangani korban bencana di berbagai wilayah.

Hal yang cukup serius dilakukan oleh ACT dalam penanganan bencana, tak hanya penanganan pada masa bencana (rekonstruksi) saja, tapi juga pada pasca bencana (rehabilitasi).

Dalam acara tersebut turut hadir Imam Akbari, selaku Senior Vice President. Hadir pula Iqbal Setyarso dan Hariyani Hermain. Adapun Hafid T Mas’ud memandu acara dengan cukup baik dan meriah.

SABDA ALAM ITU BERNAMA BENCANA

Dalam kamus bahasa Indonesia, bencana bermakna sesuatu yang menyebabkan kesusahan, kerugian, penderitaan, kecelakaan, bahaya, dan gangguan. Namun tanpa melihat kamus pun, dalam benak kita semua, kata bencana merupakan yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun.

Akan tetapi, ada satu ungkapan yang sampaikan seorang Dalang terkenal Indonesia, ia mengatakan bahwa “bencana ialah sabda alam”.

Dalam bencana, barang tentu hadir kesedihan, kehilangan, kerusakan, korban jiwa, dst. Akan tetapi, bencana tersebut memang benar sabda alam yang mulia. Dimana segala hal memiliki hikmah tertentu, yang akan memberikan pembelajaran bagi manusia.

Tak hanya pembelajaran, namun menjadi misi untuk saling berbagi satu dengan yang lain, misi saling membantu satu dengan yang lain, misi untuk bersama-sama bangkit dari keterpurukan. Ya, sabda alam tersebut benar adanya, bencana bukan lagi sebuah hal yang dianggap muram dan gelap, namun bisa menjadi cahaya pembelajaran bagi siapapun.

Para dermawan belajar berbagi sebagian harta nya untuk para korban, para relawan belajar untuk amanah dan berusaha memenuhi kebutuhan para korban. Kemudian para korban belajar untuk menata kembali masa depan, bahwa pilihan untuk bangkit menjalani hidup masih tetap ada.

Dok. Pri | Para pegiat dunia maya pun turut di undang pada acara tersebut
Dok. Pri | Para pegiat dunia maya pun turut di undang pada acara tersebut
Lewat bencana, semua akan belajar peduli satu dengan yang lain, belajar memiliki rasa yang lebih peka dari pada biasanya, dan belajar untuk memanusiakan manusia.

Senada dengan yang dikatakan Ahyudin, “Bencana dapat menjadi lahan jihad masa kini, lahan kepedulian dimana bencana menjadi media untuk belajar satu dengan yang lainnya”.

Bencana alam memang tidak dapat diprediksi, namun manusia memiliki potensi untuk menyelesaikan permasalahan yang paling sederhana, hingga paling kompleks sekalipun. Tak kurang dari itu, manusia hanya bisa berusaha dengan sebaik-baiknya, dan Tuhan yang akan melihat apa yang telah dilakukan oleh hamba-hamba-Nya.

Walau memang bencana memberikan banyak kerugian, namun tak bisa dihindari, dari berbagai bencana yang ada, manusia membentuk filantropi yang lebih, dan kepedulian yang perlu disalurkan. Oleh karenanya ACT hadir, untuk mengelola hal tersebut dengan tiga pilar, yaitu kedermawanan, kerelawanan, dan kemanusiaan.

Dari tiga pilar tersebut, sabda alam dapat dikelola dengan sebaik mungkin, agar manusia dapat bekerjasama menghadapi segala kondisi, untuk menuju negara yang dapat memanusiakan manusia.

SOMALIA VERSUS MALNUTRISI

Benua Afrika salah satu benua yang memiliki pekerjaan rumah akan malnutrisi, salah satu bagian dari banyak negara di Benua ini yang mengalami hal tersebut ialah, Somalia. Bahkan WHO dan UNICEF yang dinaungi oleh PBB, memiliki perhatian khusus akan negara ini karena permasalahan kesehatan.

Dikutip dari detik.com “Somalia tengah mengalami kekeringan parah yang menyebabkan gagal dan matinya hewan ternak. Ancaman yang paling serius ialah, kurang lebih 6,2 juta orang kini terancam jiwa”.

Negara yang berbatasan dengan Kenya, Djibouti dan Ethiopia ini, kini harus menghadapi krisis pangan dan kelaparan. Kurang dari 36 jam setiap harinya, dapat memakan 26 korban jiwa karena malnutrisi (kelaparan) akut, dan bukan hal yang mustahil korban akan bertambah setiap waktunya.

Abdirahman Mohamed Hussein, Asisten Menteri Dalam Negeri Jubaland Urusan Komite Kekeringan mengatakan bahwa “Ada beberapa wilayah Somalia dikabarkan sedang berada dalam permulaan krisis kelaparan, kekeringan melanda pelbagai daerah sehingga hampir mustahil menemukan tanaman pangan, apalagi ternak hidup yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis lapar”.

Melihat kenyataan tersebut, tentu ACT tidak bisa tinggal diam, oleh karenanya ACT mencanangkan program Sedekah Pangan di Wilayah Somalia, dimana dalam program tersebut ACT menyediakan susu untuk memenuhi gizi para penderita malnutrisi. Tak hanya itu, ACT juga akan memberikan bantuan berupa makanan, obat-obatan, pakaian, hingga tenda darurat untuk kebutuhan para korban.

ACT tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan dari semua pihak agar semua misi kemanusiaan yang dilakukan ACT bisa berjalan dengan baik. Tak hanya itu, lewat tangan para dermawan dan kerelawanan yang terus berkembang, misi kemanusiaan akan lebih terasa ringan apabila menjadi tanggung jawab bersama.

Selengkapnya tentang Aksi Cepat Tanggap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun