Dok.Pri | Swiss-Belhotel Pondok Indah yang hadir dengan konsep homey Jepang
Tumpukan buku hanya bisa saya pandangi satu persatu, konsentrasi sudah buyar entah kemana. Berbagai pikiran akan tugas kuliah membuat saya cukup kewalahan mengerjakannya, akan tetapi bagaimana pun itu tugas tetap harus diselesaikan satu persatu. Walau hari itu hari sabtu, namun perpustakaan kampus tetap bersedia buka untuk para mahasiswa seperti saya.
Ya, biasanya hari sabtu adalah waktu yang saya gunakan untuk beristirahat dan bersantai. Atau mungkin, hal itu juga yang biasa dari kebanyakan dari kita. Namun tidak untuk beberapa bulan ini untuk saya, ah, entahlah tugas terus mengalir tanpa henti bahkan terus bertambah setiap waktunya.
Waktu pagi menuju siang, istirahat hadir. Aku bergegas mencari seporsi makan siang untuk mengisi energi, dimanapun itu yang penting perut ini terisi. Sebuah tempat sederhana menjadi pilihan, senyum berkembang ketika makan. Entah mengapa, namun kesempatan hari sabtu (23/04/16) untuk kegiatan Kompasiana Visit Swiss-Belhotel Pondok Indah menjadi obat tersendiri untuk pekan itu, atau bisa jadi ini menjadi pelarian singkat dari tugas dan rutinitas.
Siapapun itu akan sangat jenuh dengan berbagai tugas dan rutinitas sehari-hari, oleh karenanya, waktu akhir pekan adalah waktu yang sangat penting untuk sekedar melepas penat tersebut. Setiap orang tentu memiliki kegiatan tersendiri dalam mengisi akhir pekan, seperti saya yang biasa mengisi akhir pekan dengan bersepeda, traveling sampai tidur seharian di kamar.
Namun ternyata, ada kegiatan yang cukup menarik juga dalam mengisi akhir pekan. Yaitu menginap di hotel, dan menikmati berbagai fasilitas yang dimiliki hotel. Untuk saya pribadi, hal tersebut tidak terpikirkan sebelumnya. Faktanya kegiatan tersebut telah banyak dilakukan oleh artis-artis populer baik luar dan dalam negeri.
Kesempatan tersebut ternyata saya bisa dapatkan pertama kalinya, di Swiss-Belhotel Pondok Indah. Tidak hanya menginap dan menikmati fasilitas Swiss-Belhotel, tapi juga berkeliling hotel dengan berbagai keunikan yang hadir di setiap sudut hotel.
Dalam hal berkeliling hotel para Kompasianer dan saya ditemani oleh, Michel Atihuta selaku Public Relations Manager Swiss-Belhotel Pondok Indah. Walau singkat, tapi rasanya ada kami diberikan gambaran umum tentang Swiss-Belhotel. Selebihnya kami diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi Swiss-Belhotel Pondok Indah.
Gambaran umum yang diberikan oleh Michel Atihuta, yang saya dapatkan kurang lebih ini. Swiss-Belhotel Pondok Indah baru soft-lauching pada tanggal 18 Maret 2016, gedung hotel ini memiliki 9 lantai secara keseluruhan, dan memiliki 158 kamar dengan berbagai jenis kamar.
Adapun pembagian kamar yang ada di adalah Swiss-Belhotel, pertama Deluxe Rooms 26 kamar, kedua,Superior Deluxe Rooms 48 kamar, ketiga, Grand Deluxe Rooms 30 kamar, keempat, One Bedrooms Suites (Apartement) sebanyak 16 kamar dan terakhir Two Bedrooms Suites (Apartement) dengan 39 kamar.
Adapun konsep yang digunakan Swiss-Belhotel Pondok Indah condong kepada konsep homey Japan. Mengapa mengambil konsep tersebut? Menurut Michel karena target utama Swiss-Belhotel Pondok Indah adalah kepada wisatawan Jepang agar tetap merasa di negara asalnya. Konsep tersebut terlihat dari arsitektur yang berkesan khas origami, tidak kurang juga design minimalis khas Jepang hadir di Swiss-Belhotel Pondok Indah.
Selain dari pada itu, Michel juga memaparkan bahwa Swiss-Belhotel Pondok Indah memiliki 6 meeting rooms yang bisa difungsikan dalam berbagai acara. Adapun bagi yang ingin menggunakan fasilitas seperti sound system, proyektor, papan tulis dan sebagainya, pihak hotel akan menyediakan hal-hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Ada pun daya tampung dari meeting room Swiss-Belhotel Pondok Indah, mulai dari 10 hingga 200 peserta.
Hal yang menarik di hotel ini bagi saya adalah, Swiss-Belhotel Pondok Indah menyediakan Prayer Rooms yang bisa digunakan oleh para peserta meeting juga para costumer yang menginap. Pun Prayer Rooms yang ada di Swiss-Belhotel Pondok Indah, saya katakan cukup layak dan bersih, tidak hanya itu beberapa perlengkapan seperti sajadah dan mukena yang disediakan sangat harum. Tempat wudhu pun bisa saya katakan sesuai dengan standar, tentunya ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi para costumer muslim.
Setelah dari meeting rooms yang berada di lantai 9, para Kompasianer diajak menuju lantai dasar. Menurut Michel Atihuta, bahwa tempat paling asyik juga menarik di Swiss-Belhotel Pondok Indah adalah Swiss-Cafe & Restaurant.
Awalnya saya masih kebingungan apa yang membuat asyik tempat tersebut, baru setelah sampai di Swiss-Cafe & Restaurant saya paham yang dimaksudkan oleh Public Relations Manager Swiss-Belhotel Pondok Indah yang memakai baju corak batik dengan warna dasar kuning.
Swiss-Cafe & Restaurant memiliki design yang khas memang, harus saya akui bahwa ketika sampai di tempat tersebut ada rasa “wow” yang tidak terungkap. Selain dari design yang cukup apik di tempat tersebut, saya rasa ada sesuatu yang lain yang membuat tempat tersebut memiliki kenyamanan dan rasa asyik yang membuat candu.
Rasa betah saya muncul ketika berada di Swiss-Cafe & Restaurant, bahkan rasa betah itu masih terasa hingga saya menuliskan artikel ini. Sayang, waktu mengharuskan saya beranjak menuju mini sport center dan swimming pool yang berada tidak jauh dari tempat tersebut.
Kegiatan berkeliling hotel pun selesai di swimming pool, Michel mengantarkan para Kompasianer menuju receptionist, dan mereka yang bertugas memberikan kami dua buah kunci kamar agar kami beristirahat. Kunci pun bertuliskan nomor 515, yang menandakan bahwa saya akan menginap di kamar tersebut malam itu.
Waktu malam saya habiskan dengan para peserta dengan obrolan pel-bagai hal, mulai dari pariwisata hingga urusan rumah tangga. Gelak-tawa hadir di salah satu kamar yang kami gunakan, ketenangan hotel rasanya telah kami hancurkan malam itu. Namun kami tidak peduli, karena tepat pukul 22.00 kami telah terlelap dengan begitu tenang.
Kenyamanan kamar 515 menjadi teman saya malam itu, dengan sebuah televisi satelit 45 inc yang mempunyai lebih 50 channel pilihan. Tidak hanya itu, empuknya dua bantal di kasur memberikan keasyikan sendiri. Hingga dalam kamar tersebut rasanya pagi begitu cepat datang, bahkan terlalu cepat datang.
Tepat pukul 07.00 wib, Mas Tauhid dan saya turun menuju Swiss-Cafe & Restaurant yang “wow” itu untuk sarapan. Tidak berselang lama, baru saja mendapatkan tempat duduk, seorang pelayan memberikan tawaran untuk di buatkan kopi atau teh. Kami berdua pun memilih secangkir kopi untuk teman sarapan, tidak berselang lama kopi pun hadir diantarkan olehnya.
Ya, kenikmatan sarapan dengan berbagai macam pilihan di Swiss-Cafe & Restaurant akan memberikan sensasi tersendiri, salah satunya kenikmatan itu adalah sushi yang masih segar irisan ikan dan alpukat. Bahkan pagi itu saya menghabiskan sekitar 6 irisan sushi, entah karena enak atau senang, yang pasti sushi pagi itu begitu nikmat.
Kami pun bergegas pulang sekitar pukul 12.00 siang, saya sempat pandangi Swiss-Cafe & Restaurant sebelum pulang, bahkan kami sempatkan terlebih dahulu berfoto berempat di halaman depan Swiss-Cafe & Restaurant yang berdekatan dengan swimming pool. Baru setelah itu kami berempat pulang menuju tempat tinggal masing-masing, tentunya dengan kenangan dan kerinduan yang masih ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H