[caption caption="Dok. Pri | Mbah Polenk dan saya ketika bertemu di sekitara kawasan Taman Nasional Baluran"][/caption]
Kalau berbicara tentang sepeda, tentu akan banyak hal yang hadir dalam benak setiap orang pemiliki sepeda. Bisa dipastikan pula setiap dari kita akan memiliki cerita tersendiri tentang sepeda yang dimiliki, terlepas dari sejarah yang ada tentang alat transportasi beroda dua atau tiga ini, saya hanya ingin bercerita tentang impian apabila mendapatkan sepeda Wimcycle.
Setiap orang pasti mempunyai berbagai impian dalam hidupnya. Namun dengan sangat khusus, saya mempunyai impian cukup gila, apabila mempunyai sepeda yang tangguh dalam berbagai medan, lalu apakah impian tersebut? Impian itu adalah menikmati keindahan pulau Jawa, Madura, Bali dan Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan sepeda!
Ya, saya sangat berkeinginan menaklukkan jalanan pulau-pulau tersebut dengan sepeda, tentunya untuk menumpuh jarak lebih dari 1.000 kilometer, dibutuhkan sepeda yang sangat mumpuni dalam berbagai cuaca, lintasan dan medan. Tidak hanya itu saja, sepeda tersebut juga harus mampu mendukung penggunanya dalam menempuh jarak yang cukup jauh.
Dalam pencarian sepeda yang cocok untuk menempuh jarak tempuh extrem bisa dikatakan saya cukup kesulitan, namun setelah melihat berbagai jenis sepeda yang ada di pasaran, saya pelajari satu demi satu jenis-jenis dari sepeda yang ada, baik dari kelebihan dan kekurang di lintasan, kekuatan frame dalam kurang waktu berapa lama, dan sebagainya.
Akhirnya saya menemukan jenis yang paling cocok adalah untuk merealisasikan impian saya tersebut, adalah sepeda jenis road bike. Akan tetapi, saya belum bisa memutuskan sepeda pabrikan mana yang akan saya ambil hingga saat ini, karena dari apa yang saya temukan setiap pabrikan memiliki keunggulan masing-masing dalam produknya.
Namun bisa jadi, pilihan saya keliru dalam jenis sepeda tersebut, karena pencarian yang saya lakukan dalam hal ini masih belum final. Tapi pada saatnya, saya akan memverifikasi permasalahan ini kepada para ahli sepeda, atau siapapun yang cukup refensentatif dalam bidang sepeda jarak-jauh. Terlepas dari apapun itu, saya pastikan bahwa ketangguhan sepeda Wimcycle bisa jadi pilihan untuk menemani impian saya menjelajahi empat pulau pilihan.
Boleh sebagian orang menganggap ini impian yang cukup gila, namun bagi saya tidak. Lalu apabila ditanyakan siapa yang menjadi pemantik impian ini, saya akan katakan ada dua orang yang menginspirasi, Pertama, adalah Sholeh remaja Aceh yang gemar bersepeda keliling Indonesia. Dan kedua adalah seorang pria tua yang biasa akrab di panggil Mbah Polenk.
Pertama, saya akan menjelaskan siapa itu Sholeh. Tapi sebenarnya dalam menjelaskan sosok ini jujur saya cukup kebingungan, akan tetapi dengan segala keterbatasan ingatan yang saya miliki, maka barang tentu saya akan menceritakannya.
Sholeh adalah seorang remaja Aceh yang saya kenal ketika saya SD, ia didatangkan oleh Kakek saya dengan beberapa temannya untuk tinggal dan bersekolah di Bandung. Kabarnya, Sholeh dan teman-temannya tersebut adalah remaja-remaja korban konflik. Jujur saja saya tidak tahu konflik apa yang terjadi di Aceh saat itu, namun yang saya ketahui bahwa orang tua Sholeh meninggal ketika konflik, dan mengharuskannya pindah ke tanah Jawa.
[caption caption="Dok. Pri | Kabarnya Abang saya juga tertarik dengan sepeda sang pria berumur loh"]
Awal kedatangannya ia seperti remaja kebanyakan, namun perlahan saya melihat ada yang membedakan Sholeh dengan teman-temannya. Memang butuh waktu lama untuk mengetahui apa yang membedakan Sholeh dengan teman-temannya, namun suatu hari saya melihat Sholeh mengendarai sepeda. Ya, matanya berbinar dan bibirnya tersenyum lepas kala mengendarai sepeda.
Kegemaran Sholeh dalam bersepeda bisa dikatakan cukup luar biasa, karena entah bagaimana ceritanya, Sholeh tidak melanjutkan sekolah di lembaga yang Kakek saya kelola. Sholeh lebih memilih untuk bersepeda berkeliling Indonesia, dan meninggalkan lembaga pendidikan tersebut. Jujur dalam posisi sebagai anak SD, saya berfikir bahwa itu hal yang gila.
Tapi setelah kepergiannya dari lembaga pendidikan, Sholeh kembali setelah beberapa tahun kemudian. Namun saya masih ingat bahwa saat itu saya sudah menginjak jenjang SMP, saya bertanya kepada Sholeh sudah sampai kemana ia bersepeda. Dengan senyum lebar dengan wajah gelapnya ia berujar dengan mantap “Bali”.
Saya bilang itu tidak mungkin kepada Sholeh, hingga beranggapan ia berbohong. Namun sialnya Sholeh hanya menyodorkan sebuah buku tulis kepada saya. Perlahan buku itu saya buka, memang bukan tulisan hariannya akan perjalanan atau kumpulan foto-foto perjalanan. Buku tulis itu berisikan cap stempel kepolisian dari berbagai kota dan baginya buku tersebut adalah saksi bisu perjalannya. Ya saksi dimana Sholeh pernah menjelajahi berbagai kota dengan sepeda.
Lalu saya bertanya apa yang ia dapatkan dari perjalanannya selama bertahun-tahun itu? ia hanya mengatakan dengan tenang: “saya mendapatkan pelajaran yang tidak saya dapatkan di bangku sekolah”. Ya, hanya itu yang ia katakan. Ketika itu saya pun teringat perkataan Kakek saya bahwa “perjalanan adalah sekolah yang paling besar”. Sejak saat itu, saya sangat ingin melakukan berbagai perjalanan dan mengetahui apa yang ada dalam sekolah bernama perjalanan.
Dan setelah masa SMP dimana saya terakhir bertemu, hingga saat ini Sholeh tak tahu dimana rimbanya. Akan tetapi, yang saya ketahui bahwa ia pernah beberapa kali masuk media massa lokal Bandung.
Lama setelah kepergian Sholeh, bisa dikatakan impian untuk bepergian itu mengendap dalam diri.
Kedua, pemantik impian itu adalah Mbah Polenk. Ya, ini semua “ini gara-gara Mbah Polenk!!”. Iya, impian ini hadir karena seorang pria berumur yang saya temui beberapa tahun lalu bersama keluarga ketika hendak ke Bali untuk berlibur.
Dalam perjalanan menuju Bali, Ayah berhenti untuk beristirahat di kawasan Taman Nasional Baluran yang tidak terlalu jauh dari pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Saat itu Ayah memilih sebuah warung yang cukup nyaman, dan ditempat itulah kami melihat seorang pria rambut putih dengan potongan cepak, wajah bulat dengan kacamata tebal dan baju kaos yang banjir dengan keringat. Namun yang mengherankan ia tampak segar dan bugar dalam keadaan bercucuran keringat.
[caption caption="Dok. Fxmuctar | Potensi keindahan di kawasan pegunungan yang memungkinkan untuk dinikmati saat perjalanan "]
Puji Tuhan karena saat itu saya tidak terpesona kepada sang pria berumur, namun terpesona kepada sepedanya yang gagah dengan tas yang berada di belakang dan depan sepedanya, ditambah dengan dua botol minum di bagian frame di bawah sadel kulitnya, dibagian stang terdapat pula digital speedometer yang memberikan sentuhan manis kepada sang sepeda. Tidak hanya itu, dibagian stang juga hadir holder entah pria itu gunakan untuk apa, namun asumsi saya holder tersebut digunakannya untuk menyimpan smartphone yang digunakannya untuk mendengarkan musik.
Menariknya ketika saya melihat sepedanya, ia menghampiri saya kemudian menjelaskan keunggulan sepedanya dengan gaya cukup nyentrik. Sangat meyakinkan sekali ketika itu, terlihat aneh memang saat itu, namun dari berbagai bagian sepeda yang keren-keren itu, sang pria berumur sangat bangga dengan sadel yang ada di sepedanya. Mengapa? Karena menurutnya, sadel yang ia punya di rancang sedemikian rupa agar cocok dengan bokong yang ia miliki. Ya, baginya sadelnya tersebut adalah bagian yang paling keren.
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Bali, saya sempat bertanya ia akan kemana, dan pria itu mengatakan akan ke Lombok. Saya bengong, kemudian bertanya kembali bahwa garis awal ia berangkat, dan pria itu bersorak “SUROBOYOOO!!!”. Mendengar apa yang pria tersebut katakan, saya melongo bukan main. Mulai dari sejak itu, saya tanamkan dalam diri bahwa saya pun mampu sepertinya bahkan lebih dengan sepeda tangguh pilihan.
Kabarnya, hingga kini pria berumur tersebut masih menjalankan aktifitasnya. Ya, masih tetap bersepeda dengan berbagai macam sepeda dan ketempat-tempat indah yang dimiliki oleh Indonesia bagian timur sana. Aku cukup iri dengan kegiatannya tersebut, karena dipastikan sang pria berumur telah banyak mendapatkan pengalaman lebih dan lebih setiap perjalanannya.
Waktu berganti hari, pekan, bulan hingga tahun. Namun ternyata impian untuk memiliki sepeda tangguh untuk mencicipi keindahan empat pulau pilihan masih belum pudar, bahkan cenderung menguat. Bahkan impian itu menjadi lebih dinamis, mengapa? Karena kegemaran saya bertambah dan pemikiran saya berkembang.
Perkembangan dari impian bersepeda menjelajahi empat pulau pilihan itu adalah, dimana dalam perjalanan bersepeda saya hanya tidak mengayuh sepeda, namun juga perjalanan tersebut saya tuliskan dalam bentuk deskriptif. Penulisan perjalanan ini menjadi penting karena akan menjadi sebuah harta karun berharga, karena setiap tulisan adalah refleksi tentang apa yang saya alami selama perjalanan.
[caption caption="Dok. Pri | Potensi keindahan pantai yang sangat mungkin di dapat ketika berada di kawasan pantai utara"]
Lalu apa yang akan saya tuliskan dalam perjalanan tersebut? Barang tentu yang ingin saya tulis adalah tentang budaya, sosial dan masyarakat yang disinggahi. Tak kurang bagaimana kondisi medan perjalanan pun akan saya deskripsikan secara maksimal, walau dipastikan saya memiliki keterbatasan dalam menulis, namun apapun itu saya akan usahakan menulis sebaik mungkin dalam hal ini.
Rasanya dalam era digital ini, tulisan akan terasa lebih kuat apabila dihadirkan sebuah dokumentasi visual. Barang tentu dokumentasi perjalanan menjadi salah satu yang penting dalam perjalanan tersebut, karena dengan dokumentasi pula saya bisa bercerita dalam gambar. Tentu dokumentasi ini akan sangat luas cakupan tema, baik kultur, budaya, keindahan alam dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan itu juga, saya akan mendapatkan kesempatan dengan sebesar-besarnya dalam menikmati bagian kecil dari Indonesia. Dipastikan perjalanan itu akan sangat mengasyikkan, karena saya akan dapat melewati perjalanan dari ibu kota, kota besar, kota kabupaten, desa, kampung hingga dusun.
Tidak hanya itu, saya pun mempunyai kesempatan untuk membuktikan bahwa keindahan alam Indonesia benar-benar ada. Dan pastinya keindahan itu saya dapatkan dalam berbagai waktu, sungguh kesempatan yang langka sekali apabila dapat menikmati keindahan gunung, pantai, hutan, sawah dan bahkan laut dalam keluasan waktu yang tidak sama.
Ah, indahnya sudah terasa sekali.
[caption caption="Dok. Pri | Bukan tidak mungkin pula saya mendapatkan berbagai pemandangan sunset di berbagai tempat saat perjalanan berlangsung"]
Tentu ini akan menjadi perjalanan yang luar biasa bagi saya, dimana sepeda mengantarkan saya kepada tempat-tempat yang belum pernah disinggahi dan belum pernah dilihat secara langsung. Bukan tidak mungkin, perjalanan ini juga mengubah pandangan hidup saya dan juga sikap-sikap yang ada dalam diri sekarang ini.
Bukan tidak mungkin nantinya perjalanan tersebut akan terus berkembang, misalnya berkeliling berbagai negara dengan sepeda. Ah, itu impian terbesar saya, bisa berkeliling beberapa negara dengan menggunakan sepeda. Ya, sepeda.
Terlepas dari apapun itu, semoga impian ini tetap di peluk oleh Tuhan. Ya, semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H