Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Siete Cafe, Rekaman Nyata Bandung Zaman Dulu

25 Agustus 2015   08:16 Diperbarui: 25 Agustus 2015   09:17 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. bacaterus.com | Suasana Cafe Siete pada malam hari"][/caption]

Hari itu sebelum magrib datang, Bunda bertanya akan sebuah undangan makan malam di sekitaran Sumur Bandung. Saya hanya bisa menjawab seadanya, terlebih dahulu saya harus mengirimkan motor Ayah menuju Pamulang dengan sebuah jasa ekspedisi pengiriman. Setelah selesai urusan motor, baru saya berangkat menuju tempat yang Bunda ingatkan.

Di dalam perjalanan, saya hanya berfikir alasan apa yang tepat atas keterlambatan. Tapi ketika hadir di tempat acara, baru beberapa teman yang hadir. Hingga pada akhirnya saya bisa bernapas lega dan tidak perlu berasalan apapun kepada para teman.

Acara yang saya ikuti bertempat di Siete Cafe, bangunan dari cafe ini bergaya klasik zaman Belanda. Ditambah remang-remang lampu yang memberikan kesan zaman kakek-nenek saya masih remaja begitu terasa.

Ketika bertanya kanan-kiri kepada para pelayan, ternyata bangunan tersebut adalah salah satu bangunan cagar budaya Bandung yang di jaga keasliannya. Juga yang menjadi menarik juga di banggakan adalah bangunan tersebut pernah menjadi kantor Ridwan Kamil sebelum menjadi Walikota.

Boleh saja terpesona dengan bangunan Siete Cafe, tapi yang membuat saya terpesona selain bangunan cafe ini adalah sajiannya. Mengapa sajiannya akan membuat terpesona? Karena menu yang di sajikan di Siete menggunakan bahan lokal dengan pilihan kelas satu dan proses pengolahan yang terjaga setiap langkahnya. Hingga pada akhirnya tersaji di meja para pelanggan.

[caption caption="Dok. Pri | Sajian cappucino yang menarik membuat selera makan lebih terpacu"]

[/caption]

Saat acara tersebut saya memesan menu “Cappucino” dan “Nasi Campur Bali” karena saat hari itu kebetulan saya belum bertemu nasi. Entah perpaduan minuman dan makanan yang pas atau tidak, akan tetapi cappucino adalah salah satu olahan kopi yang saya sukai.

Cappucino tersaji terlebih dahulu dari pada sajian utama. Ketika tersaji tampilan cangkir pendek, sendok dan nampan kayu begitu elegan terlihat. Tak lupa tampilan foam yang di bentuk sedemikian-rupa menjadi tampilan pretty pig, tak lupa ada beberapa bungkus kecil gula jagung dan gula merah yang bisa di tambah sesuai selera.

Walau sebenarnya tak tega merusak tatanan foam, tapi pada akhirnya tetap harus karena diminum. Cappucino yang disajikan di Siete ini perlu di coba untuk para pecinta kopi, karena bisa jadi tidak bisa di dapatkan di tempat lainnya. Apalagi suasana tempo dulu yang sudah sulit didapatkan akan memberikan sensasi yang berbeda dalam menyeruput kopi panas yang bercampur susu tersebut.

[caption caption="Dok. Pri | Nasi Bali jadi menu andalan Siete Cafe yang perlu di coba kalau bertandang ke Bandung"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun