Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mencari Hilal: Keajaiban dalam Sebuah Perjalanan

13 Juli 2015   22:35 Diperbarui: 13 Juli 2015   22:37 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. movie.co.id| Pak Mahmud dan Heli anak bungsu yang menemani perjalanan mencari hilal"][/caption]

“Perjalanan adalah tempat belajar yang paling besar”

Ungkapan itulah yang tersemat dalam benak saya ketika menonton film “Mencari Hilal” yang di produksi oleh lima rumah produksi, yaitu MPV Pictures, Studio Denny J.A, Dapur Film, Argi Film dan Mizan Productions. Setelah sebelumnya kelima rumah produksi itu meluncurkan film “Ayat-ayat Adinda”, ternyata kejutan masih saja di berikan oleh kelima rumah produksi itu.

Dengan tetap mengusung tema ke-nusantara-an, kelima rumah produksi tersebut memberikan banyak pembelajaran dalam apa yang mereka suguhkan kepada masyarakat Indonesia.

Film “Mencari Hilal” bagi saya menjadi sebuah cerminan nyata dalam kehidupan terdekat kita sebagai masyarakat yang beragama, khususnya dalam kehidupan berwarga negara Indonesia. Dalam film ini digambarkan bahwa wajah Islam itu indah dengan berbagai-pemahaman, cinta dan penerimaan.

Film yang diperankan oleh Deddy Sutomo, Oka Antara, Toro Margens dan Erytina Baskoro ini, menggambarkan bagaimana sosok seorang Pak Mahmud (Deddy Sutomo) yang taat beragama dan saklek, harus di hadapkan dengan berbagai kegalauan hidup di hari tua. Ditambah lagi harus menghadapi anak laki-lakinya yang jarang pulang ke rumah, bernama Heli (Oka Antara).

Akan tetapi, sejauh manapun seorang anak pergi pasti akan kembali pulang ke rumah. Begitu pula Heli, walau telah menikmati berkegiatan menjadi seorang aktifis pada akhirnya ketika ada kebutuhan pembuatan syarat passport untuk pergi ke salah satu negara dalam sebuah misi, ia tidak ada pilihan lain selain pulang ke rumah mengadu kepada kakaknya (Erythrina Baskoro).

Di sisi lain, pak Mahmud mendapatkan masalah ketika paguyuban pasar datang ke rumahnya untuk membicarakan harga sembako yang di jual di tokonya. Debat sengit terjadi di antara pak Mahmud dan paguyuban, akan tetapi ada satu titik dimana pak Mahmud galau dengan pembeberan isu sidang isbat Kementrian Agama yang menelan dana hingga 9 milyar. Pada akhirnya diskusi itu tidak menghasilkan apapun, akan tetapi menyisakan kebingungan di dalam benak pak Mahmud.

Dengan mata menerawang jauh ke masa lalu, Pak Mahmud mulai ingat banyak memori. Salah satu memori yang paling ia ingat adalah tempat dimana ia dan teman-teman semasa mondok di ajarkan oleh Kyai Tauhid untuk melihat hilal.

Setelah kejadian itu, pak Mahmud bertemu dengan teman terdekatnya. Cerita mulai mengalir dengan begitu deras  ketika pak Mahmud dan temannya bercerita tentang masa lalu, hingga akhirnya ada niatan utuk napak-tilas peristiwa melihat hilal. Tapi apa mau dikata, walau keinginan besar kedua lupa akan situasi dan kondisi diri.

Tekan kuat masih ada dalam diri pak Mahmud hingga tetap bersikeras untuk mencari hilal, berbekal ingatan yang tersisa di benaknya ia berangkat mencari hilal. Walau keinginan itu di tentang oleh anak sulungnya, tapi apa mau dikata, tekad dan napak tilas itu menjadi hal yang sangat ia inginkan. Sang anak sulung dengan berat pun melepas kepergian bapaknya mencari hilal, akan tetapi dengan satu syarat, yaitu berangkat dengan Heli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun