Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

AQUA LESTARI: Mari! Berikan Mata Air Kepada Generasi Selanjutnya

29 April 2015   15:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_380750" align="aligncenter" width="614" caption="Air sebagai sumber kehidupan| Dok. www.polyprocessing.com"][/caption]

Air adalah salah satu komponen terpenting yang ada di muka bumi. Manusia, hewan dan tumbuhan memerlukan air untuk keberlangsungan hidup, karena anatomi yang dimiliki oleh makhluk hidup hampir tiga perempat membutuhkan air. Kalau kita melihat manusia saja yang lebih dekat, setidaknya kurang lebih 75% volume manusia adalah air.

Jadi, kebutuhan akan air pada manusia adalah hal yang sangat urgent setelah oksigen, bahkan menurut banyak penelitian manusia setidaknya membutuhkan 2 sampai 3 liter air dalam setiap harinya. Dan manusia hanya bisa bertahan hidup kurang dari tiga hari tanpa air.

Setiap lini kehidupan mempunyai ketergantungan atas air, baik secara individu atau general. Bisa kita liat, contoh nyata bahwa manusia tidak terlepas dari air adalah manusia minum, memasak, mandi, mencuci hingga dalam beribadah pun membutuhkan air. Dan kehidupan yang lebih luas, air digunakan dalam berbagai sektor, seperti pertanian, perkantoran, industri hingga pemerintahan.

Sepatutnya kita lebih sadar sekarang ini, bahwa air adalah bagian terpenting dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup.

Apabila kita merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), air mempunyai definisi, cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen.

Tentunya, definisi ini akan terus berkembang pada setiap perkembangan waktu, akan tetapi hal yang paling mendasar tentang air menurut saya adalah sama dengan kehidupan.

Kondisi Lingkungan Yang Mempengaruhi Kehidupan Air

Dago Pakar Bandung adalah tempat tinggal saya, pada tahun 90-an kondisi kehidupan air sangat tidak bisa “terkendali”. Lahan terbuka ditumbuhi oleh banyak pepohonan kuat dengan berbagai jenis tumbuh dengan subur dan segar. Bahkan bambu-bambu dengan berbagai jenis pun subur, tidak mau kalah bersaing dengan pohon yang telah menjulang tinggi dan kokoh.

Dengan berbagai tumbuhan yang ada di daerah rumah, masa kecil saya sering melihat air tidak “terkendali” dimana-mana. Keberlimpahan akan air, membuat masyarakat sekitar rumah berinisiatif untuk mengendalian air dengann membuat kolam-kolam yang cukup besar, agar air tidak lewat begitu saja tanpa dimanfaatkan, hingga akhirnya kolam-kolam itu menjadi salah satu pengendali air yang dimanfaatkan dalam membenihkan ikan yang banyak jenisnya.

Tidak hanya itu, pengendalian air yang dilakukan oleh masyarakat sekitar adalah dengan pengairan menuju sawah-sawah, hal ini pun menjadi bermanfaat bagi para penggarap sawah. Pengairan sawah saat itu cenderung lebih mudah, karena sungai dan mata air yang ada pada saat itu memberikan cadangan air yang lebih dari cukup untuk mengairi berhektar-hektar sawah.

Belum cukup dari situ, dalam setiap perjalanan saya bermain di masa kecil, sering saya melihat beberapa mata air yang berada di sekitar rumah luber airnya dari tempat yang disediakan. Bahkan, bak penyimpanan air yang disalurkan dari mata air desa, sering saya dapati meluap dari bak yang cukup besar, yang sebenarnya air itu disalurkan ke rumah-rumah warga desa yang banyak, akan tetapi air tetap meluap dari tempatnya.

[caption id="attachment_380751" align="aligncenter" width="614" caption="Salah satu sudut Dago Pakar Bandung | Dok. Pri"]

14302829441069134679
14302829441069134679
[/caption]

Saya pun masih sempat mencicipi bermain di sungai dengan air yang cukup dingin dan jernih, sambil memandikan hewan ternak yang di miliki oleh salah seorang teman. Dan sebagai seorang anak kecil, saya sangat senang dan riang saat bermain air, bahkan berlama-lama bermain air menjadi hal yang membuat senyum kami mengembang.

Masa kecil saya juga dengan mudahnya melihat embun, merasakan hawa dingin yang menggigit tulang, segarnya air pada waktu pagi hari dan kesegaran udara yang membuat indra penghirupan lebih nyaman dan tenang hingga kedalam pikiran.

Itu dulu, ya itu dulu pada tahun 90-an yang saya rasakan. Dan kini, pada saat tahun 2000-an semua berubah yang terasa.

Dengan berjalannya waktu, semua itu berubah dengan sedikit demi sedikit hingga berubah secara TOTAL.

Perlahan tapi pasti, lahan-lahan yang dulunya hijau oleh pohon dan bambu dibabat habis digantikan dengan lahan pertanian masyarakat sekitar. Hijaunya alam berganti dengan warna menjadi coklat.

[caption id="attachment_380771" align="aligncenter" width="576" caption="Lahan Kritis daerah Dago Pakar Bandung | Dok. Fxmuchtar"]

14302911432037539234
14302911432037539234
[/caption]

Ke-tidak-terkendali-an air berubah total menjadi kekurangan air, yang kadang kala membuat setiap rumah gelisah mencari sumber air. Tempat penampungan mata air yang dulunya meluap, kini menjadi tidak terlihat airnya dimana. Kolam-kolam yang dulu ada ikan berbagai jenis, kini berubah menjadi tanah berwarna coklat yang kering.

Kini, embun pun menghilang perlahan, kesegaran air perlahan turun gradasinya hingga hawa dingin menggigit itu tidak terasa seperti dahulu. Tumbuhan hijau yang banyak dulu banyak, berganti menjadi tumbuhan beton tinggi yang dijadikan sebagai tempat berlindung para manusia.

Sungai-sungai pun menjadi dangkal dan tidak jernih lagi seperti dahulu. Pengairan sawah yang dahulu sangat mudah didapatkan dari banyak sungai dan mata air, kini para penggarap sawah harus lebih cerdas untuk mencari sumber air untuk keberlangsungan sawah-sawah yang ada.

Tidak heran kini air di kampung saya mulai kritis kehidupannya. Karena, rumah tempat berlindung air telah di hancurkan tanpa belas kasih, dan air tidak mempunyai rumah terlalu banyak lagi untuk berdiam diri. Padahal seharusnya manusia sadar, bahwa lingkungan yang baik dengan berbagai tumbuhan adalah tempat bersemayamnya air.

Nasib kehidupan air di kampung saya, sudah sangat kritis. Masihkah air mampu terus bertahan hidup dalam kondisi kritis seperti sekarang ini?

Siklus Air Yang Kini Mencari Jalan Sendiri

Dago Pakar hanya sebagian kecil dari banyak tempat di Indonesia dengan lahan yang kritis untuk menyerap air, tentunya masih banyak tempat yang senasib akan kritisnya daerah tersebut akan resapan air. Tempat yang harusnya tempat berlindung air, kini telah beralih fungsi menjadi tepat bersemayam para manusia.

Kalau saya kembali pada masa lalu, ketika saya SMP pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Salah seorang guru menyatakan bahwa volume air yang ada di bumi sebenarnya tetap. Dan sikulasi perputaran air tetap seperti yang kita pahami dari banyak buku pengetahuan alam lainnya.

Begini penjabaran yang masih sama-samar saya ingat, pertama, air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari, kedua, terjadi perubahan dari air ke gas dan uap (evaporasi), ketiga, uap bergerak oleh angin menuju daratan, keempat, ada proses pembentukan awan hujan, kelima, lalu turunlah hujan ke permukaan bumi, keenam, air yang berada di daratan yang lebih tinggi seperti gunung mengalir kembali ke laut melewati sungai, dan begitu seterusnya.

[caption id="attachment_380753" align="aligncenter" width="578" caption="Siklus air yang pernah dipelajari ketika SMP | Dok. brainly.co.id"]

1430285775770750591
1430285775770750591
[/caption]

Lalu mengapa terjadi kekeringan air, banjir dan longsor dalam suatu daerah? Dan selalu saja ada yang di “kambing hitam” atas kejadian yang terjadi, entah itu hujan, pemanasan global atau bahkan menyalahkan satu daerah.

Permasalahan di atas terjadi karena, air hujan yang jatuh ke bumi tidak memiliki resapan air (tanah) yang cukup dengan jumlah air yang ada. Mengapa tidak memiliki resapan air yang cukup? Hal ini sangat jelas, karena banyak alih fungsi lahan yang seharusnya menjadi tempat resapan air di alih fungsikan menjadi lahan tempat tinggal, industri, hotel atau bahkan mal. Akibat dari hal ini, maka proses infiltration terhambat akibat minimnya daerah resapan air, ditambah lagi banyak tata kota di negara ini yang kurang baik. Keadaan tersebut menyebabkan pergerakan volume air yang ada dipermukaan tanah berjalan mengikuti aliran sungai yaitu menuju hilir. Kita juga dapat melihat secara jelas, bahwa kondisi aliran air yang seharusnya membawa air ke permukaan hilir tidak cukup menampung bahkan tidak di jaga kebersihannya, sehingga air mencari jalan sendiri untuk menuju hilir (daerah topografi rendah).

Dengan tidak adanya resapan air ini sangat berpengaruh terhadap volume air tanah yang ada, bila resapan tidak ada, ya jelas akan terjadi kekeringan air. Lalu, bila air tidak memiliki jalan untuk menuju hilir dan mencari jalannya sendiri, ya akan terjadi banyak masalah, seperti banjir dan longsor karena sebenarnya air hanya mencari jalan sendiri karena tidak adanya jalan menuju hilir.

Melestarikan Air Sedari Kecil Dengan Edukasi Ringan Dan Mengena

Isu akan kritisnya sumber daya air akhir-akhir ini sangat santer di bicarakan oleh banyak ahli, akan tetapi isu ini sudah sangat dekat sekali dengan kehidupan pribadi saya. Karena saya sedari SMP, sudah di ajarkan untuk menanam pohon oleh Ayah, Paman dan Kakek. Karena untuk mereka, pohon adalah sumber kehidupan bagi air dan manusia.

Bahkan dalam menghemat air, itu sudah menjadi hal yang sangat dekat dengan saya, hal ini di ajari oleh Ayah, Bunda dan Nenek.

Pernah suatu ketika saya sedang mencuci beras, kemudian layaknya seorang anak kecil air dari cucian beras pasti dibuang begitu saja. Hal itu terlihat langsung dengan mata kepala Nenek saya, tanpa ba-bi-bu Nenek memarahi saya dengan cukup lama. Nenek mengingatkan saya untuk tidak mengulangi hal tersebut (membuang air cucian beras), air bekas cucian itu harus di tampung dalam tempat khusus, kemudian WAJIB di antarkan ke rumah Nenek setiap harinya. Akhirnya, setelah kejadian itu pekerjaan rumah saya bertambah yaitu, mengantarkan air bekas mencuci beras ke rumah Nenek yang tidak terlalu jauh dari rumah. Dan ketika sampai di rumah Nenek, saya selalu di suruh untuk menyiram tanaman di sekitar rumah Nenek dengan air bekas cucian beras itu.

[caption id="attachment_380763" align="aligncenter" width="614" caption="Mereka yang mengedukasi saya di lingkungan rumah | Dok.Pri"]

1430288694171184728
1430288694171184728
[/caption]

Beda Ayah dan Bunda saya lakukan kepada saya, dulu sebelum saya mempunyai adik laki-laki, tugas untuk menghidupkan pompa air dilakukan oleh saya. Tempat untuk menghidupkan air memang tidak terlalu juah, tapi malas yang membuat itu terasa jauh. Akan tetapi apabila air yang ditampung dalam ember atau bak kamar mandi rumah sudah terisi penuh dan lebur, Ayah atau Bunda selalu mengingatkan saya untuk mematikan kembali pompa air. Kadang itu menjadi hal yang berat, apalagi kalau saya sedang asyik nonton, bahkan Ayah dan Bunda harus beberapa kali meminta saya untuk mematikan pompa air itu. Commertial break dalam yang ada di TV biasanya menjadi hal yang saya tunggu agar bisa segera mematikan pompa air, atau menyuruh adik saya mematikan dengan imbalan uang.

Hal itu berjalan cukup lama, akan tetapi baru saya sadari bahwa Ayah, Bunda dan Nenek, telah melakukan cara penghematan air sedari dulu. Bahkan sebelum ada isu penghematan air yang gembar-gembor akhir-akhir ini. Dulu memang saya tidak terlalu peduli dengan hal itu, akan tetapi saya tersadar dan lebih paham bahwa mereka mengajari saya berhemat tentang air sedari usia dini.

Dan pembelajaran itu masih sangat mengena dalam diri saya untuk tetap berhemat air dimana pun dan kapan pun.

AQUA Melestarikan Air Indonesia, Lalu Kita?

PT. Tirta Investama (AQUA) Danone adalah salah satu perusahaan yang menjadikan air sebagai komoditi utama. Tentunya, keberlangsungan hidup air menjadi hal yang perlu di jaga sampai kapan pun, karena sangat berkaitan erat dengan keberoperasian perusahaan ini.

Sadar akan hal itu, maka banyak upaya AQUA untuk terus mempertahankan keberlangsungan hidup air. Hal ini pun termaktub dalam visi AQUA yang tertulis “Menjadi acuan dalam pembangunan berkelanjutan, melindungi sumber daya airnya untuk melestarikan lingkungan, memberdayakan masyarakat dan mempromosikan serta mendorong masyarakat untuk menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan”.

[caption id="attachment_380766" align="aligncenter" width="500" caption="Logo AQUA Danone | Dok. AQUA"]

14302890852088293867
14302890852088293867
[/caption]

Manifestasi dari visi tersebut telah terwujud dalam banyak bentuk, salah satunya adalah 4 pilar pertanggungjawaban PT. Tirta Investama Danone. Hal ini disampaikan oleh Arief Fatullah selaku CSR Coordinator AQUA. 4 pilar yang disampaikan ini tidak akan mampu dijalankan oleh PT. Tirta Inverstama Danone saja, akan tetapi juga harus melibatkan dukungan masyarakat secara penuh bekerjasama dalam mewujudkan hal yang termaktub dalam 4 pilir tersebut.

Apa saja yang ada dalam 4 pilar tersebut?

Pertama adalah pelestarian air dan lingkungan. Kedua, AQUA GROUP berusaha menjadi perusahaan ramah lingkungan. Ketiga, distribusi. Keempat, penglibatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Itu hal yang dilakukan AQUA GROUP, tentunya telah terealisasi dengan sangat serius dan berkelanjutan. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menjadi bagian yang melestarikan air? Kalau belum, mari kita mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar dengan hal yang tentunya mudah.

Apa saja yang bisa kita lakukan sebagai bentuk nyata dalam melestarikan air? Hal ini yang bisa lakukan di rumah dan lingkungan sekitar. Mari lakukan ini:

1.Menghemat air. Salah satu bentuk nyata yang harus kita lakukan dalam melestarikan air adalah, dengan menghemat air. Ya, menghemat air bisa dalam bentuk apapun, baik dalam penggunaan untuk mandi, wudhu atau menutup keran penampungan air agar tidak sampai luber. Saran dari Leonarda Ibnu Said selaku Water Resources Engineer KAI, usahakan apabila mandi menggunakan shower karena hal ini akan menghemat air dengan sangat signifikan, dari pada menggunakan gayung atau ciduk.

2.Mendaur ulang air. Hal ini bisa di lihat dari kisah saya dimarahi Nenek, bahwa air yang di anggap limbah dan tidak bermanfaat lagi, sebenarnya memiliki manfaat yang sangat baik dan hal ini adalah bentuk efisiensi air.

3.Penggunaan kembali air. Langkah ini yang biasanya dibingungkan oleh kita, sebenarnya penggunaan air yang sudah dipakai sangat mudah loh, baik utuk penyiraman tumbuhan sekitar rumah, membersihkan area depan rumah atau lainnya.

4.Kembalikan air kepada tanah. Hal ini menjadi salah satu hal yang paling penting, karena ini sangat mempengaruhi keberlangsungan air. Kalau menilik kota kelahiran saya, Bandung, salah satu bentuk nyata masyarakat Bandung dalam mengembalikan air kepada tanah adalah dengan “Gerakan Sejuta Biopori”. Apa itu Biopori? Sederhananya begini, Biopori adalah suatu bentukan lubang yang menjadi salah satu jalan air menuju ke tanah. Manfaat dari Biopori adalah menabung air tanah, mengolah sampah organis, mencegah resiko banjir dan juga membantu menyuburkan tanah.


5.Memberikan Edukasi Melestarikan Air Sejak Dini. Hal ini di amini oleh Leonarda Ibnu Said saat saya berkunjung ke CSR AQUA Ciherang Plant, bahwa pemberian edukasi melestarikan air sejak dini sangat berpengaruh besar dalam membentuk karakter generasi yang ramah akan air.

Hal ini perlu digalangkan secara masif, karena edukasi ini penting agar para generasi ke depan akan lebih paham akan keberlangsungan air, pastinya juga generasi itu akan terbentuk dengan aksi nyata yang akan menjadi sahabat bagi air.

6.Penanam Pohon. Pohon adalah rumah bagi air, ironis rumah-rumah bagi air ini banyak yang dihancurkan dengan banyak kepentingan. Seharusnya penebangan pohon dapat dihindarkan, akan tetapi bila tidak bisa terhindarkan maka harus ada kompensasi dengan menanam pohon kembali.

Karena keberlangsungan air sangat bergantung kepada pohon. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga dan melestarikan air, siapapun harus menanam pohon dan menjaga keberlangsungan hidup pohon.

[caption id="attachment_380782" align="aligncenter" width="576" caption="Menanam pohon adalah menjaga kehidupan | Dok.Fxmuchtar"]

14302927211313365001
14302927211313365001
[/caption]

7.Lindungi Tumbuhan. Apabila masih banyak tumbuhan di sekitar lingkungan kita, maka mari kita jaga dan rawat semampu kita. Karena dengan melindungi tumbuhan yang ada, berarti kita juga melindungi rumah air.

Sebenarnya masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan, akan tetapi ini hal yang paling saya paham dan lakukan dalam pendidikan dalam rumah dan lingkungan.

Mungkin ini hanya sebagian kecil dari bentuk pelestarian air. Akan tetapi bentuk nyata yang kecil yang terus menerus, pada akhirnya akan memberikan dampak yang besar. Oleh karena itu, mari menjadi bagian yang melestarikan air dan bersahabat dengan air.

Ungkapan yang sangat saya ingat dari salah seorang ahli air adalah "jangan wariskan air mata kepada anak cucu kita, akan tetapi wariskan mata air kepada mereka".

Salam Lestari.

[caption id="attachment_380784" align="aligncenter" width="603" caption="Setalah Menanam Pohon Kami Tersenyum Karena Menjaga Kelestarian Air | Dok.Fxmuchtar"]

1430292852608430722
1430292852608430722
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun