Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bergerak Melijitkan Potensi Diri

5 Desember 2014   01:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14176905791405051628

[caption id="attachment_357810" align="aligncenter" width="620" caption="dok. https://failasufah01.wordpress.com/2011/08/02/kalimat-indah-penuh-makna/"][/caption]

Pagi itu, ia bergegas untuk menemui gurunya, karena tepat jam 07.00 pagi ia harus menyerahkan sebuah artikel yang telah ia janjikan. Wajahnya pucat karena takut ia telat untuk datang di tempat yang telah dijanjikan. Dinginnya udara kita Bandung tidak lagi ia hiraukan, karena ia tahu ini adalah salah satu bentuk usahanya untuk bertahan hidup di salah satu kota besar di Indonesia.

Bang Togar sudah duduk dengan asyik depan kostan dengan secangkir kopi hitam. Alif langsung masuk ke rumah itu tanpa BA-BI-BU. Dan ia serahkannya artikel yang telah ia buat dalam waktu beberapa malam.

“Ini artikelnya bang” ia memberinya dengan sopan kepada bang Togar.

“Telat 2 menit, mana sini aku cek” dengan gaya bicara khas bang Togar.

Itu adalah hari pertama ia memberikan artikelnya kepada bang Togar, dan hasilnya adalah bang Togar menyabetkan spidol merah kayaknya samurai ke setiap paragraf yang ada dalam artikel. Sang penulis artikel hanya bisa menelan ludah sambil matanya terbelalak melihat tulisannya disambar spidol merah.

Dan hasil terakhir yang diberikan bang Togar adalah satu kata.

“Ganti artikelnya dan datang lagi besok sore pukul 04.00” dan ia lemparkan diatas meja.

Sempat terdiam sejenak penulis artikel langsung mengambil artikel yang telah ada garis merah merona tanda oleh spidol tanda harus ia ulangi tulisannya. Dengan cepat ia pun kemudian pamit untuk kuliah terlebih dahulu sebelum harus mengganti artikel yang telah merah merona.

Selepas kuliah selesai ia langsung pulang ke kostan, selanjutnya ia lanjutnya untuk merevisi artikel yang ditugaskan bang Togar kembali. Dengan segenap kemampuan ia pun menulis kembali artikel mulai dari awal hingga akhir karena esoknya ia harus menuyetorkannya kepada bang Togar.

Keesokan harinya sang penulis artikel menenyetorkan hasil tulisannya semalam. Dengan wajah sedikit berbinar ia mulai percaya dan memantapkan hati bahwa tidak ada paragraf yang akan bang Togar bubuhkan dalam artikelnya kali ini. Sayang, itu hanya khayalan semu semata, pada paragaf pertama memang lolos dari sebetan spidol bang togar namun pada paragraf kedua dan selanjutnya sebetan itu disarangkan artikel sang penulis artikel.

Dan seperti biasa bang Togar dengan tersenyum berkata

“Ganti dan datang besok” Bang Togar seperti membully juniornya dan menghasilkan rasa senang yang luar biasa.

Lelaki yang baru lulus pesantren dan baru masuk UNPAD itu pun mengambil artikelnya dan pulang. Tanpa basa-basi pula ia langsung pulang.

Kegiatan itu terus ia lakukan setiap hari hingga sebetan spidol merah bang Togar sedikit demi sedikit mulai berkurang.

Dengan didikan yang keras dari bang Togar dan ketat tentang tatacara penulisan dalam sebuah artikel akhirnya sabetan spidol itu tidak termaktub juga tertanda bahwa tulisannya sudah sesuai dengan tatacara penulisan media masa.

Sang penulis artikel adalah Alif Fikri yang berjuang sebagai seorang mahasiswa yang tidak mau menyusahkan ibundanya di kampung. Beban dan biaya ia tanggung sendiri. Berbagai cara ia lakukan dan ternyata Alif menganggap menulis adalah cara yang paling mampu ia terapkan karena ia pernah menjadi salah seorang anggota majalah KUTUB di pesantrennya dahulu.

Itu adalah salah satu gambaran bagaimana Alif, tokoh dari buku Ranah 3 Warna mampu bergerak lebih cepat dalam menjalani apa yang ia rasakan mampu. Dengan gerakkan ia mampu mengambil mimpi-mimpinya. Dengan gerakkan pula ia mampu merevolusi kehidupannya menjadi lebih baik.

Alif telah mampu bangkit dan bergerak dengan lebih cepat untuk mencapai semua rintangan. Walau harus berjuang untuk terus merubah artikelnya setiap ada sebetan spidol bang Tigor yang merah merona. Alif menunjukkan semangat yang kuat yang ia miliki. Semangat pantang mundur dalam melawan rintangan yang ada.

Berani, Bergerak dan Sabar


Alif telah menunjukkan kepada kita bahwa setiap orang mampu untuk mengasah potensinya dengan keberanian, bergerak dan sabar.

Kata mutiara dalam bahasa arab mengungkapkan bahwa “man shabara zhafira” yang mempunyai arti “siapa yang bersabar ia akan beruntung”.

Luar biasa sekali bukan dalam setiap apa yang berani kita lakukan, kemudian kita terus bergerak untuk melakukannya dan ditopang dengan kesabaran kita akan mendapatkan keberuntungan dari apa yang kita.

Alif menggambarkan bahwa kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu yang kita yakini akan mendapatkan hasil yang setimpal dengan apa yang ia lakukan dalam mencapai sebuah tujuan.

Hasil yang Alif dapatkan adalah dengan diterimanya artikel yang ia tulis di media massa. Hal ini adalah hasil dari proses yang ia lakukan dengan keberanian menghadapi tantangan, bergerak untuk mencapai tujuan  dan bersabar dalam proses yang panjang untuk mengasah potensi diri.

Dan hasil dari ketiga konsep itu adalah kita akan menjadi diri yang dipandang dengan kelebihan yang kita punya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun