Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

One Room : Inisiasi Hingga Komersialisasi, Menelurkan Musisi Miliki Ekspektasi dan Kontribusi

5 Maret 2015   02:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_371451" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri | Kompasiana Ngulik Bareng One Room"][/caption]

Musik Indonesia telah menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Dengan segala yang dimiliki Indonesia, dari waktu ke waktu perkembangan itu tiada habisnya. Musik bermetamorfosis menjadi kebutuhan masyarakat umum. Sehingga untuk menjawab kebutuhan masyarakat, para musisi dituntut lebih kreatif juga produktif dalam bermusik.

Musik Indonesia seperti mempunyai magnet tersendiri. Bahkan magnet itu telah menarik banyak negara tetangga. Entah apa yang bisa di ucapkan, akan tetapi dengan kedinamisan musik yang Indonesia miliki, tidak ayal karya-karya musik bangsa ini diberikan penghargaan di dalam dan luar negeri. Bisalah kita tengok Agnes Monica, Sandi Sandoro dan Anggun C. Sasmi anak negeri yang mampu menggebrak dunia Internasional. Bahkan mereka miliki tempat tersendiri di hati masyarakat dunia.

Dalam pengonsumsian musik Indonesia, baik dalam negeri dan luar negeri, tidak lepas dari peran besar label musik yang mampu membaca kebutuhan pasar. Pembacaan kebutuhan pasar itulah, dimana mereka bekerja keras untuk menyeleksi lagu apa yang mempunyai daya jual tinggi. Yang pada akhirnya komersialisasi akan lagu menjadi bagian yang sangat penting dalam pengangkatan seorang musisi atau grup.

Akan tetapi tidak bisa dihindari, bahwa komersialisasi sebuah lagu terkadang harus menjadikan musisi yang memiliki idealisme tinggi, harus menyimpan “hal” yang telah dipegangnya ketika mulai awal bermusik dan mengikuti kebutuhan pasar. Pergolakan batin dalam mempertahankan karakteristik bermusik para musisi, terkadang harus pertaruhkan demi perjalanan menuju masa depan bermusik yang lebih gemilang.

Pada dasarnya definisi komersialisasi dimata masyarakat, musisi dan label akan berbeda. Oleh karena setiap segmen memiliki pengetahuan akan hal yang berbeda dalam kacamatanya masing-masing. Akan tetapi pada akhirnya hakim yang paling pasti adalah masyarakat itu sendiri, menerima karya yang para musisi sodorkan atau tidak. Terlepas dari hal apapun itu, secara budaya, jenis musik apapun dan pesan liriknya bagaimana yang menilai adalah penerimaan masyarakat.

Tentunya hal itu menjadi kegalauan tersendiri bagi para musisi, siapapun itu. Hal itu juga di rasakan oleh One Room, salah satu pemenang jebolan Meet The Labels. Karena idealisme yang mereka miliki dan komersialisasi menjadi hal yang bertolak belakang dalam bermusik. Lalu bagaimana mereka menghadapi kondisi seperti itu? Mari simak kisahnya.

Benturan Antara Idealisme Dan Komersialisasi Musik One Room

Jum’at, tanggal 27 Februari 2015, bertempat di lantai 6, Gedung Gramedia Kompas, Palmerah, Jakarta Selatan. Saya bersama 24 teman kompasianer berkesempatan untuk mengikuti acara “Kompasiana Ngulik: Ngobrolin Komersialisasi Lagu Bareng One Room”.

Siapa One Room? Mereka adalah grup band asli Jakarta Timur. Penggawa One Room adalah Fiudaus (drum), Aden (gitar), Ulil (vokal), Leo (bass) dan Reza (gitar). Grup band ini terbentuk inisiasi Aden dan Leo yang terbentuk pada tahun 2012, yang kemudian berlanjut kepada para penggawa lain. Dan terbentuklah One Room pertama, yang sebelumnya bukan Firdaus yang menjadi drummer. Setelah banyak malang-melintang di dunia musik, akhirnya mereka mencoba peruntungan dengan mengikuti acara Meet The Labels. Saat mengikuti ajang Meet The Labels malang tidak bisa di tolak, salah seorang personil yang bertindak sebagai drummer mengundurkan diri karena ingin menjemput cita-cita dengan berlayar. Akan tetapi One Room tidak menyerah begitu saja dalam menghadapi seleksi yang telah berlangsung, setelah melihat beberapa teman antar personil yang berpontensi dalam menggebuk drum. Setelah pencarian panjang ditemukan saudara Aden, yaitu Firdaus. Lalu  setelah beberapa kali latihan akhirnya One Room memantapkan hati kepada Firdaus untuk menjadi drummer. Pada akhirnya hasil ajang Meet The Labels adalah mereka mampu menembus final dan juara dengan lagi "Bisa Gila".

[caption id="attachment_371453" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri | Para Punggawa One Room"]

14254711561431114241
14254711561431114241
[/caption]

Setelah One Room menjuarai ajang yang diadakan Meet The Labels, hal itu menjadi batu loncatan menuju kancah musik yang lebih luas dan serius dalam berkarya di blantika musik Indonesia. Gayung pun bersambut, Seven Music sebagai label yang ternama di Indonesia, memberikan jalan kepada One Room untuk berkarya dan dikenal masyarakat lebih luas lagi.

Suasana sangat hangat dan asyik sore itu, yang memoderatori adalah Nadya Fatira seorang composer wanita kenamaan. Berbincang banyak tentang komersialisasi lagu bersama One Room juga Angga perwakilan dari Seven Music. Nadya mampu menggali lebih mendalam tentang apa yang dimaksud dengan komersialisasi dalam dunia musik Indonesia.

Sebuah lagu yang nyaman di dengar juga memiliki daya jual tinggi tidak semerta-merta hadir dengan begitu saja, lalu mudah dilepas ke masyarakat dengan apa adanya. Lalu diterima dengan mudahnya oleh masyarakat dan kemudian terkenal. Tidak semudah itu, banyak proses panjang dalam pemilihan lagu yang pada akhirnya miliki daya jual di pasar.

Bahkan One Room sendiri mengalami proses panjang bagaimana mereka memilih sebuah lagu yang akan dilepas menuju pasar. Merunjuk kepada pernyataan Aden yang di baiat menjadi juru biacara sore itu, bahwa setelah mengajukan 20 lagu kepada pihak Seven Music, mereka malah disuruh mengajukan lagu lain. Bukan berarti lagu mereka yang diajukan kurang layak, akan tetapi ada kebutuhan pasar yang belum terjawab oleh lagu-lagu One Room saat itu. Walhasil, mereka harus membuka folder lama lagu-lagu mereka dan menemukan salah satu lagu berjudul “pergilah”, yang pada akhirnya Seven Music kepincut dengan lagu tersebut.

One Room dengan karakteristik yang kuat, sebenarnya tidak kuasa untuk menjadikan lagu “pergilah” sebagai pembukaan di blantika musik Indonesia. Bahkan di lempar ke pasaran untuk perkenalan pertama kali. Karena serasa bahwa itu bukan jati diri One Room. Terjadi banyak dilema ketika proses pra produksi dan produksi, sempat terjadi perdebatan sengit antara pihak label Seven Music dengan One Room. Dengan segala dilema yang dimiliki hadir pada kubu One Room, akhirnya Seven Music memberikan pengertian perlahan-lahan kepada setiap penggawa One Room. Di saat semua sudah melunak dan meredam akan idealisme. Pada saat produksi Ulil mencari gara-gara, dengan kabur dari proses produksi take vocal. Ulil menyatakan bahwa itu adalah salah satu bentuk ekpresi idealisme yang harus ditanggalkan sementara, walau sebenernya dalam jiwa bergemuruh untuk tidak melanjutkan lagu, akan tetapi kesadaran akan menghidupkan band One Room menjadi semangat tersendiri yang masih terpatri dalam jiwa Ulil. Hingga pada akhirnya Ulil cs, mampu merampungkan lagu “pergilah” dengan memuaskan sesuai dengan apa yang Seven Music inginkan.

[caption id="attachment_371457" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri | Kompasiana Ngulik Bareng One Room bersama Angga dari Seven Music Indonesia dan di moderatori oleh Nadya Fatira"]

14254713801851259980
14254713801851259980
[/caption]

Penggawa One Room mempunyai trik tersendiri dalam mengevaluasi setiap lagu yang mereka miliki. Selain diperdengarkan kepada setiap teman, tidak lupa juga mereka perdengarkan kepada kumpulan komunitas yang dimana mereka memiliki relasi. Akan tetapi para penggawa One Room harus “berbohong” untuk tidak mengakui bahwa itu lagu karya mereka, hal ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan argumentasi yang lebih jujur baik dari teman atau para pegiat komunitas yang diperdengarkan lagu.

Masa sulit telah dirasakan oleh One Room, hal ini adalah pembelajaran penting dalam perjalanan musik setiap penggawanya. Tak ayal mereka dalam acara sore itu, terlihat sangat solid satu sama lain. Bahkan saya melihat ada satu sama lain seperti memiliki ikatan batin yang begitu kuat. Dan saya yakin, ikatan itulah yang telah mengantarkan mereka kepada titik dimana mereka dipandang.

Seven Music memilih lagu “pergilah” bukan tanpa alasan, atau bukan untuk mengintimidasi karakter One Room, akan tetapi dengan berbagai pertimbangan pasar yang telah terencana. Seven Music bekerja keras untuk mengangkat setiap grup yang mereka percayai, agar mampu mengantarkan grup tersebut hingga ke puncak kesuksesan.

[caption id="attachment_371460" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri | Kompasiana Ngulik Bareng One Room penyerahan plangkat dari Mas Isjet kepada One Room"]

14254715702002155630
14254715702002155630
[/caption]

Berbicara tentanng sukses, setiap penggawa One Room memiliki definisi tersendiri. Dalam perbincangan sore itu, Nadya selaku medorator menayakan arti sukses dalam bermusik kepada semua penggawa One Room. Hingga pada akhirnya muncul argumentasi dari masing-masing penggawa.

Seperti Aden yang menyatakan bahwa “sukses dalam bermusik adalah sebuah pendewasaan yang tertuang dalam ide-ide yang terus berkembang seiring waktu dari segi kualitas”.

Kemudian Reza memaparkan “sukses dalam bermusik itu adalah kesenangan dari musik itu sendiri”.

Dan jawaban Ulil yang paling antik diantara yang lain dan bisa dibilang saya menyukai apa yang Ulil katakan “Sukses dalam bermusik adalah tidak memiliki kepuasan. Dalam artian bahwa, apabila kita sudah puas akan sesuatu, maka kita akan berhenti berkembang”.

Setelah Selesai acara saya pun mewawancara apa definisi kesuksesan menurut mereka bersama "Bisa mengatasi permasalahan dengan baik dan bijak yang dihadapi band ini adalah pencapaian kesuksesan bersama, diluar dari kami ya penerimaan masyarakat atas musik kami"

Seven Music Indonesia Andalkan Media Internet

Promosi adalah salah satu jalan yang penting dalam memperkenalkan sebuah band, itu pun dilakukan Seven Music Indonesia untuk mendongkrak nama One Room. Berbagai cara di tempuh demi suksesnya perjalanan musik One Room.

Cara yang tidak bisa dilewatkan adalah dengan mendatangi radio-radio lokal maupun nasional. Karena dengan memasukkan chart ke dalam radio, masyarakat akan dapat mendengarkannya secara langsung dimana pun mereka berada. Bahkan bisa merequest secara langsung, via sms atau telphone. Disadari atau tidak, radio telah berkontribusi besar atas sukses band atau solois.

Selain itu kontribusi media internet diakui membantu sekitar 70% dalam promosi One Room. Itu langsung dinyatakan oleh Mas Angga selaku perwakilan dari Seven Music Indonesia. Media Online telah memiliki pangsa pasar tersendiri yang dimana informasi tentang One Room mudah di akses oleh siapapun. Baik dari Facebook, Twitter, Blog, Youtube dan masih banyak lagi media sosial lainnya. Bukan hanya saja di akses tapi setiap orang bisa menshare infomasi yang di dapat kepada teman-teman lainnya.

[caption id="attachment_371461" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pri | Kompasiana Ngulik Bareng One Room dan Para Kompasianer "]

14254719972102359745
14254719972102359745
[/caption]

Juga Seven Music Indonesia sedang merambah promosi melalui RBT, yang sebelumnya hal ini sepi, ternyata akhir-akhir ini penjualan RBT di Indonesia mempunyai prospek yang baik untuk pegiat musik kedepannya. Tentunya dengan bergerilya dalam promosi baik One Room dan Seven Music Indonesia berharap ada penerimaan masyarakat akan karya yang di bawakan.

Oleh karena itu kita sebagai penikmat musik yang baik. Harus memberikan kontribusi terbaik kita dengan membeli album asli yang dihasilkan para pegiat musik Indonesia. Karena dengan hal itu, kita akan saling memberikan manfaat satu sama lain dalam kemajuan industri musik Indonesia yang berkwalitas.



Lagu "Bisa Gila" adalah lagu yang mengantarkan One Room Juara di ajang Meet The Labels

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun