Mohon tunggu...
Fawwaz Andhika
Fawwaz Andhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Suka menulis dan membaca, mendengarkan musik, dan menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Persatuan dan Identitas Bangsa Indonesia Melalui Bahasa

19 Desember 2023   01:22 Diperbarui: 19 Desember 2023   01:26 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENJAGA PERSATUAN DAN IDENTITAS BANGSA INDONESIA MELALUI BAHASA

           Bahasa merupakan alat komunikasi manusia, baik secara verbal (perkataan) maupun nonverbal (tindakan/isyarat). Bahasa memiliki peranan utama dalam kehidupan manusia baik secara pribadi maupun secara sosial, di mana melalui bahasa kita dapat belajar dan berpikir. Bahasa juga menunjukkan identitas, kepribadian, dan pemikiran seseorang. Sebagaimana pitutur luhur dalam bahasa Jawa: "Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana" (Kehormatan diri ada pada lidah (ucapan), kehormatan lahiriah ada pada busana). 

          Dari pitutur luhur tersebut, dapat kita pahami bahwa bahasa memiliki peranan penting di mana jati diri seseorang juga ditentukan oleh bahasa dan tutur katanya. Bangsa Indonesia sendiri memiliki bahasa resmi yakni bahasa Indonesia, yang juga menjadi identitas utama bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga disebut sebagai bahasa persatuan, sebab meskipun Indonesia terdiri dari beragam suku, ras, dan agama namun semuanya tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.

           Bahasa Indonesia sendiri merupakan rumpun dari bahasa Melayu, yang menyerap banyak kosakata dan istilah dari bahasa-bahasa asing (`Arab, Inggris, Belanda, Spanyol, dll.). Seiring berjalannya waktu, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Khususnya di Era Globalisasi seperti yang kita rasakan saat ini. Di kalangan generasi muda sendiri, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar banyak diabaikan. Anak-anak muda kekinian lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa gaul atau berupa kode, baik ketika berbincang santai dengan teman ataupun untuk tujuan yang tidak baik, seperti bergosip misalnya. Contoh:

"Idiiih.... ciriwit bingits deh itu guru, milis bingits gue dingirinnya! (Aduuuh.... cerewet banget deh itu guru, males banget gue dengerinnya!)"

"Ya ampyuun... cipi bingits deh lu jidi orang (Ya ampuun... cupu banget deh lu jadi orang)!"

"Cipik dipikirin (Capek dipikirin)!"

           Umumnya bahasa seperti ini seringkali digunakan di kalangan remaja putri. Bahkan para mahasiswi pun sering menggunakan bahasa ini meskipun saat mengucapkan salam dan segala hal lainnya yang berhubungan dengan agama:

"Issilimi'ilikim," yang maksudnya: "Assalaamu`alaikum."

"Yi Illih...." yang maksudnya: "Ya Allah!"

           Berdasarkan pengalaman penulis sendiri pada saat duduk di sekolah menengah pertama (SMP), terdapat bahasa kode yang umum digunakan untuk bergosip atau membicarakan keburukan orang lain. Penggunaan bahasa kode ini dengan menambahkan atau menyisipkan huruf lain di antara suku kata dalam setiap kalimat. Contoh:

"Gigilaga, tegernyagataga sigi Rigizkaga igitugu cegewegek paganggigilagan (Gila, ternyata si Rizka itu cewek panggilan)!"

"Lusu pasayasah asamasat sisih, gusuese kasan usudasah bisilasang.... Dasavisid isitusu pesengkhisiasanasat! Ngesertisi?? (Lu payah amat sih, gue kan udah bilang.... David itu pengkhianat! Ngerti??"

           Umumnya bahasa kode ini menambahkan satu huruf di antara suku kata. Namun saking ahlinya, ada juga yang menambahkan ragam huruf dalam setiap kalimat seperti:

"Bususyeget, gusuefe desengeger sigih... Maballifikasa ifitusu jagadigi cebewesek paganggigilasan kafarebenasa tufuntugutagan egekobonosomifi. (Busyet, gue denger sih... Mallika itu jadi cewek panggilan karena tuntutan ekonomi."

Kebiasaan yang tak jarang berakhir dengan perkelahian di kelas atau di kantin sekolah!

           Sebenarnya, tidak ada masalah dengan perkembangan bahasa dari masa ke masa. Bukan hanya di Indonesia, di negara-negara lain pun memiliki bahasa atau istilah gaulnya sendiri-sendiri. Harus saya akui, munculnya ragam bahasa yang demikian menunjukkan kemajuan pengetahuan dan teknologi informasi komunikasi, serta membuat kehidupan menjadi lebih berwarna. Satu-satunya point yang harus dicatat, adalah bagaimana penggunaan bahasa Indonesia sesuai pada tempat, waktu, kondisi dan situasinya. Tentu kita tidak akan menggunakan bahasa-bahasa gaul yang demikian dalam ruang lingkup formal atau saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau lebih tinggi. Bangsa Indonesia sejati adalah bangsa yang memiliki etika, moral, dan memahami batasan-batasan serta nilai luhur sebagai manusia yang beradab.

Hal ini juga berangkat dari pengalaman saya pribadi baik di lingkungan rumah, maupun di lingkungan sekolah. Tak sedikit anak yang bicara pada orang tuanya, atau siswa yang berbicara dengan gurunya menggunakan bahasa dan cara bicara yang tidak pantas. Berbicara dengan nada tinggi dan menantang, menggunakan bahasa-bahasa kasar seperti dengan teman sebaya, bahkan memanggil orang tua atau guru dengan "Kamu tuh...." seakan tidak pernah diajari orang tua dan gurunya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Ini juga pentingnya kita belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tak jarang penggunaan bahasa Indonesia yang demikian membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang kasar dan seenaknya. Tak bisa dipungkiri, antara bahasa dan tutur kata dengan pemikiran dan sikap seseorang saling memengaruhi secara alami. Sebab bahasa terlahir dari pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa merupakan alat atau media seseorang mengekspresikan atau mengungkapkan pemikiran, gagasan, dan perasaannya. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Bagaimana persatuan bangsa dapat terwujud bila pondasi utamanya seringkali menimbulkan perpecahan? Kita bisa lihat bagaimana para artis dan selebriti yang sekarang hobi bertengkar, saling sindir dan serang di media sosial, berkelahi hingga saling melukai kemudian masuk penjara, seringkali berawal dari sindiran, ejekan, hingga umpatan yang menyakitkan. Kemudian terjadilah permusuhan yang hanya berani mereka lakukan melalui dunia maya.

Bahasa Indonesia, merupakan bentuk identitas dan di dalamnya terdapat nilai luhur bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Bahasa Indonesia merupakan warisan kebudayaan secara nasional yang harus dijaga dan dilestarikan, khususnya oleh generasi muda sebagai penerus bangsa yang berkelanjutan. Zaman semakin maju dan berkembang, pun dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa. Hendaknya kemajuan ini membuka pemikiran generasi bangsa untuk menumbuhkan sikap sebagai kaum terpelajar, khususnya dalam berbahasa. Menjaga bahasa, sama dengan menjaga harga diri bangsa. Kita lihat Negara Inggris yang terkuat, lantaran bahasanya menjadi bahasa internasional. Bagaimana sebuah bangsa bisa bersatu dan bertahan bila identitasnya sendiri lemah? Sebagaimana bunyi Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928):

"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." 

Oleh: Fawwaz Andhika & Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum.

REFERENSI:

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun