Mohon tunggu...
Fawwaz Jae
Fawwaz Jae Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Social, politic, economic enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moneterisme Milton Friedman 101

11 Desember 2023   16:13 Diperbarui: 11 Desember 2023   23:57 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran aliran ekonomi atau "Economics Schools of Thought" memiliki peranan krusial dalam membentuk kebijakan ekonomi suatu negara. Berbagai aliran ini memberikan landasan untuk berbagai pandangan dan teori terhadap ekonomi. Salah satu aliran yang memiliki dampak signifikan adalah aliran Monetaris yang diperkenalkan oleh Milton Friedman, seorang pendukung perekonomian bebas dari University of Chicago. Meskipun Friedman mendukung ekonomi pasar bebas, pendekatannya berbeda dari pandangan libertarian yang menolak campur tangan pemerintah sepenuhnya. Pandangan Friedman ini sangat dipengaruhi oleh Henry C. Simons, seorang profesor di Universitas Chicago, yang mendorong langkah-langkah seperti menghapus monopoli, mengatur ukuran perusahaan, mempromosikan stabilitas ekonomi, menetapkan aturan kebijakan moneter, dan mengendalikan iklan yang tidak perlu. Aliran Monetaris lahir sebagai respons terhadap ketidakberhasilan ajaran Keynes dalam mengatasi masalah ekonomi pada tahun 70-an. Meskipun ajaran Keynes berhasil dalam jangka pendek, implementasinya seringkali gagal menyelesaikan masalah seperti stagnasi, stagflasi, fiskal, dan moneter. Dalam menghadapi kegagalan ini, muncul aliran Monetaris yang menekankan kebijakan moneter sebagai solusi utama untuk mengatasi tantangan ekonomi sebagai perkembangan dari pemikir-pemikir monetaris sebelumnya, seperti Irving Fisher. Artikel ini akan membahas lebih lanjut pemikiran Aliran Monetaris Milton Friedman dan relevansinya terhadap kondisi ekonomi saat ini

Pandangan dan Kritik dari Milton Friedman

  • Peran Pemerintah: pandangan Keynesian yang menyatakan bahwa peran pemerintah sangat diperlukan ternyata ditentang oleh Milton Friedman. Kaum Monetarist yang dipelopori oleh Milton Friedman menganggap bahwasannya apabila intervensi pemerintah itu terlalu besar, maka dapat dianggap bahwa pengeluarannya juga harus besar.
  •  Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga: menurut Teori Friedman, kebijakan moneter memiliki pengaruh terhadap suku bunga yang akan berdampak pada perluasan perekonomian. Sehingga, dapat disimpulkan bahwasanya menurut pandangan Friedman jumlah uang beredar sangat penring untuk dijaga stabilitasnya karena dampaknya akan mempengaruhi
  • Pengangguran: menurut Keynesian, cara untuk mengatasi pengangguran ialah dengan menekan pengurangan tingkat pengangguran bukan dari segi pengurangan inflasi, ketika orang meningkatkan tabungan dan mengurangi pengeluaran, maka peran pemerintah dapat memberikan bantuan untuk membelanjakan. Sedangkan menurut Milton Friedman atau Monetarist menekankan pada pengurangan inflasi untuk menjaga agar pengangguran tetap rendah.

Teori dalam pemikiran Monetaris (Milton Friedman)

Pemikiran Monetarisme sering diasosiasikan dengan ekonom pemenang Nobel Milton Friedman, ia menuangkan pemikirannya melalui sebuah karya penting yang berjudul A Monetary History of the United States, 1867–1960 yang ia tulis bersama rekannya Anna Schwartz pada tahun 1963 dimana Friedman menggunakan analisis teoritis dan empiris yang sangat rinci tentang peran uang dalam perekonomian AS sejak Perang Saudara, dalam bukunya Friedman mengkritik keras kebijakan bank sentral untuk menguragi jumlah uang yang beredar. Pada dasarnya landasan pemikiran Monetaris adalah teori kuantitas uang yang menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang harus sejalan dengan pertumbuhan ekonomi riil untuk mencegah inflasi atau deflasi yang merusak. Dalam konteks ini, "perputaran uang" mengacu pada seberapa sering uang digunakan dalam transaksi ekonomi. Pandangan ini didasarkan pada teori kuantitas uang dari Irving Fisher, yang diungkapkan dalam persamaan kuantitas uang:

M x V = P x T

●    M adalah jumlah uang beredar.

●    V adalah kecepatan peredaran uang (perputaran uang).

●    P adalah tingkat harga.

●    T adalah jumlah transaksi ekonomi.

Dalam teori ini, jika perputaran uang (V) relatif stabil dalam jangka pendek, maka jika jumlah uang beredar (M) yang berubah akan memiliki dampak langsung pada tingkat harga (P). Namun, dalam praktiknya, perputaran uang (V) bisa bervariasi, terutama dalam jangka pendek, dan faktor-faktor seperti perubahan dalam perilaku konsumen, teknologi pembayaran, dan faktor-faktor lainnya dapat memengaruhi V. Oleh karena itu, Firedman membuang asumsi konstan dalam persamaan kuantitas uang Irving Fisher untuk digunakan dalam pandangan moneterisnya

Teori kuantitas adalah dasar dari beberapa prinsip dan resep utama Monetarisme:

  • Netralitas moneter jangka panjang
  • Ketidaknetralan moneter jangka pendek
  • Aturan pertumbuhan uang yang konstan
  • Fleksibilitas suku bunga

Relevansi Pemikiran Milton Friedman

Pemikiran Friedman akan lebih efektif diterapkan pada negara maju yang masyarakatnya sudah memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang pengelolaan keuangan karena pemikiran Friedman mengasumsikan konsumsi harus dilakukan secara produktif untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Namun, tidak dipungkiri pula pemikiran Friedman relevan pada negara berkembang pada beberapa keadaan. Salah satu contoh relevansi pemikiran Milton Friedman menemui titik mulanya ketika terjadi krisis moneter 1998 di Indonesia. Kebijakan moneter adalah salah satu bagian dari paket kebijakan ekonomi yang diambil dalam rangka menyelesaikan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Paket kebijakan ekonomi yang diterapkan di Indonesia secara garis besar tidak berbeda dengan yang diterapkan oleh negara-negara lain yang memperoleh bantuan IMF. IMF menawarkan satu paket kebijakan yang mereka sebut langkah-langkah yang bersifat segera (immediate efforts) dalam rangka mengembalikan kepercayaan. Contoh langkah yang sampai sekarang diterapkan oleh Indonesia adalah penerapan sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Hal ini relevan dengan dasar  pemikiran moneteris Friedman yang condong pada laissez faire Adam Smith. Walaupun saat ini Bank Indonesia memiliki kebijakan bauran yang memungkinkan Bank Sentral melakukan intervensi dalam pasar valas jika dibutuhkan, hal ini tetap relevan dengan pandangan monetaris Friedman yang memang sedari awal menolak kbentuk ebebasan atau intervensi penuh.

Sasaran akhir dari kebijakan moneter di Indonesia berupa sasaran tunggal yakni inflasi. Hal ini sejalan dengan prinsip satu target dalam kerangka inflation targeting dengan suku bunga sebagai sasaran operasional. Volatilitas nilai tukar juga merupakan salah satu tantangan utama bagi negara yang menerapkan inflation targeting. Sehubungan dengan volatilitas nilai tukar, Eichengreen (2002) dan Mishkin & Savastano (2001) menyatakan bahwa negara- negara yang baru tumbuh (emerging economies) merupakan small open economy yang sangat rentan terhadap shock baik di pasar barang maupun di pasar uang. Untuk itu, bank sentral dapat menetralisir perubahan nilai tukar dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar. Intervensi bank sentral dalam pasar valuta asing tersebut merupakan salah satu tanda suatu negara melakukan “Fear of Floating”. Pemberlakuan inflation targeting ini diharapkan dapat memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perekonomian Indonesia akibat krisis seiring dengan diterapkannya sistem nilai tukar mengambang di Indonesia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Friedman yang mengutamakan fokus pada pengendalian moneter untuk mengontrol inflasi dibandingkan dengan fokus pada pengendalian fiskal. Bank Indonesia saat ini menerapkan penragetan inflasi yang fleksibel terintegrasi untuk menghadapi zaman yang penuh ketidakpastian. Penargetan inflasi yang fleksibel terintegrasi memungkinkan kerja sama antara moneter dan fiskal dalam menjaga nilai rupiah dan sistem keuangan. Semenjak ditetapkannya penargetan inflasi sebagai kerangka kebijakan moneter Indonesia, fokus moneter dalam pengendalian inflasi cukup efektif, kecuali pada saat-saat terjadi inflasi yang dikarenakan oleh shock commodity (cosh push inflation). Ini juga membuktikan salah satu kekurangan dari pemikiran Friedman, yaitu kurang bisa mengatasi gejolak ekonomi yang diakibatkan oleh gejolak pada sisi supply

Apabila melihat relevansinya dengan masa sekarang, pemikiran Friedman akan lebih efektif diterapkan di negara maju dimana masyarakatnya sudah memilki pengetahuan tentang pengelolaan keuangan  (karena Friedman memberlakukan hipotesis pendapatan permanen). Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa negara berkembang juga dapat mengadopsi pemikiran Friedman pada suatu kondisi tertentu. Contoh langkah yang sampai sekarang diterapkan oleh Indonesia adalah penerapan sistem nilai tukar mengambang (yang terkebdali) yang merupakan sistem terbaik untuk perekonomian Indonesia dengan kerangka kebijakan moneternya yang berupa penargetan inflasi yang fleksibel terintegrasi. Penerapan kerangka ini akan meminimalkan dampak dari trilemma kebijakan (impossible trinity)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun