Technology as God : Kekudusan Media Sosial (Part 6)
Pasti terasa aneh, mengapa media sosial bisa disebut kudus atau kekudusan media sosial, sedangkan saat ini banyak kita dapati di media sosial beragam hal yang tidak sesuai dengan norma-norma ketimuran kita.
Sebab dalam presfektif agam-agama pada umumnya, menilai kekudusan itu berhubungan dengan Tuhannya, seperti agama Kristen.
Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. Roh Kudus (dalam bahasa Ibrani Ruah haqodesh) hanya dipercayai oleh umat Kristiani dan adalah pribadi penolong yang memimpin kita, dalam bentuk Roh (pneuma bahasa Yunani) yang dijanjikan oleh Yesus Kristus sebelum kenaikan-Nya ke surga.
Pada dasarnya dalam pemahaman "Technology as God" yang mengatakan Kekudusan Media Sosial, sama halnya dengan konsep-konsep agama lainnya.
Media sosial sudah dianggap sebagai pertemuan para pengikut paham Teknologi sebagai Tuhan.
Sedangkan secara umum media sosial hanya dipahami sebagai, sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
"Technology as God" menilai Media Sosial harus menjadi persekutuan yang kudus, persekutuan yang bermuara pada kemajuan teknologi. "Technology as God" memberikan posisi yang 'suci' pada media sosial, karena mereka tidak mengenal persekutuan di dalam gedung-gedung.
Perjumpaan dalam pemahaman "Technology as God" lebih pada perjumpaan di teknologi. Sebab perjumpaan fisik sudah dianggap semu dan kuno.
Dengan adanya pemahaman 'Kekudusan Media Sosial' maka pengikut "Technology as God" akan sangat tertib dalam menggunakan media sosialnya, mereka tidak akan cerita bohong, mereka tidak akan cerita kotor, seperti para agamawan bersikap ketika di rumah ibadah mereka masing-masing.