Mohon tunggu...
FAWER FULL FANDER SIHITE
FAWER FULL FANDER SIHITE Mohon Tunggu... Penulis - Master of Arts in Peace Studies
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tidak cukup hanya sekedar tradisi lisan, tetapi mari kita sama-sama menghidupi tradisi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Technology as God: Bertuhan Tanpa Dogmatika (Part 5)

16 April 2020   18:02 Diperbarui: 16 April 2020   18:11 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Gambar: Hanya sebagai Ilustrasi, Sumber: Kompas.com

Russel adalah figur pemikir-bebas dan filosof yang kontroversial. Karya-karyanya terkenal luas dalam berbagai bidang: dari filsafat, bahasa, politik, sains hingga agama. Meski dikenal dengan pandangannya yang keras dan kritis terhadap agama, namun sosiaolog Max Webber justru menyebutnya sebagai "laki-laki kalem yang religius".

Ribuan pembacanya bahkan menganggap Russel sebagai guru spiritual yang sederajat dengan tokoh-tokoh mistik seperti Tagore, Albert Schweitzer, dan guru spriritual lain di jaman kita.

Sama seperti yang dialami oleh Russel, paham  "Technology as God" suatu saat akan mendapatkan penggemarnya, dan sebuah niscayaan kehadiran para anti aliran "Technology as God".

Tetapi secara de-fakto "Technology as God" sudah menang, tetapi secara de-jure belum terlihat, sebab para manusia saat ini sudah ketergantungan akan teknologi, manusia akan mati tanpa teknologi.

Hadirnya Yuval dan Russel semakin memperkuat narasi pendukung "Technology as God".

Manusia tidak akan bertanya kepada Tuhan sebagai "Roh", jika dia sedang mengalami kesusahan, penderitaan atau masa depan, tetapi manusia akan bertanya kepada Tuhan sebagai "Teknologi", itu sebabnya kita menggunakan mesin pencarian google yang dianggap "Technology as God" sebagai agama.

Sorry Bersambung dulu.
Akan saya ulas kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun