Mohon tunggu...
FAWER FULL FANDER SIHITE
FAWER FULL FANDER SIHITE Mohon Tunggu... Penulis - Master of Arts in Peace Studies
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tidak cukup hanya sekedar tradisi lisan, tetapi mari kita sama-sama menghidupi tradisi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Ibu, Tanpa Ibu?

24 Desember 2019   14:09 Diperbarui: 24 Desember 2019   14:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Ibu, Tanpa Ibu?

Peringatakan hari ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, terkadang hanya diperlihatkan secara seremoni atau kepalsuan cinta pada seorang ibu.

Sejak pukul 00.00 tanggal 22 Desember 2019 media sosial kita selalu dipenuhi dengan ungkapan selamat hari ibu tahun 2019, ada juga yang memposting gambar seorang ibu dengan dirinya dengan caption "Terimakasih ibu, terimakasih mama" dan banyak yang lainnya.

Ungkapan selamat hari ibu hanya sekedar perkataan kosong, hanya sekedar mengisi status-status di Media sosial.

Dikarenakan di saat hari ibu, kita juga masih banyak menemukan peristiwa:

Anak yang membunuh ibunya
Anak yang memperkosa ibunya
Anak yang memukul ibunya
Anak yang menelantarkan ibunya
Ayah yang KDRT kepada istrinya
Ayah yang menyengsarakan istrinya

Banyak kasus lainnya, yang sesungguhnya terjadi nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mengapa saya katakan hari ibu 2019 tanpa ibu? Karena setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahunnya kekerasan kepada ibu selalu terjadi.

Sehingga saya membayangkan nantinya kedepan kita akan merayakan hari ibu tanpa ibu, karena ibu telah menjadi korban.

Jika kita melihat kepada sejarah yang lebih besar pada idealnya 22 Desember bukan hanya sekedar hari ibu, tetapi hari "Perempuan".

Maka dari itu hari ibu, harus sinkron dengan perlindungan kepada kaum perempuan yang cikal-bakal menjadi seorang ibu, jika apa yang menjadi hak perempuan tidak mampu terimplementasikan di dalam proses kehidupan kita di keluarga dan masyarakat, kesimpulannya sia-sialah kita memperingati hari ibu.

Hari ibu juga bukan berarti hanya sekedar kepada perempuan tetapi lebih kepada pemaknaan hakekat atau jati diri seorang ibu yang harus dihidupi setiap jenis kelamin.

Hari ibu 2019 harus mampu memberikan rangsangan positif bagi seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya bagi perempuan Indonesia.

Hari ibu 2019 harus dimaknai dengan meninggalkan perilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Hari ibu 2019 harus dimaknai dengan meningkatkan kapasitas diri untuk persaingan global.

Hari ibu 2019 harus diimplementasikan bukan hanya sekedar status di media sosial.

Akhir kata saya ucapkan tidak ada orang sukses di dunia ini tanpa peranan seorang ibu, mau itu ibu secara lahiria atau ibu ideologis.

Sebab ibu adalah petunjuk jalan kesuk


Oleh: Fawer Full Fander Sihite

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun