Sebenarnya, saya tidak mengerti betul apa perbedaan antara Organisasi Mahasiswa atau Unit Kegiatan Mahasiswa, saya pun tidak tahu KPUM termasuk sebagai apa. Namun yang paling penting adalah saya hendak bercerita tentang pengalaman saya dan kesan ketika sedang menjalani tugas sebagai Staf Hubungan Masyarakat (Humas) dan Sumber Daya Manusia (SDM) selama sekitar 4 bulan dari Juni hingga September 2021. Dalam kurun waktu tersebut, saya menjalani tugas sebagai seorang staf dengan berbagai macam tupoksi kerja. Sebelum menceritakan lebih jauh mengenai cerita saya saat menjalani tugas sebagai seorang staf, alangkah baiknya saya memulai cerita ini semua dari awal perjalanannya.
Pada pukul 18.50 WIB, 30 Mei 2021, saya tiba-tiba dihubungi oleh seorang kakak kelas ketika di pesantren yang juga kebetulan berkuliah di kampus yang sama. "Waz, ieu bekti" begitulah bentuk pesan pertama yang ia kirimkan kepada saya melalui aplikasi Whatsapp. Agak aneh dan kocak sebetulnya membaca teks perkenalan dengan bentuk seperti itu. Lebih kocak lagi adalah sebenarnya, orang yang memperkenalkan diri sebagai Bekti ini lebih dikenal dengan nama panggilan Sanbek ketika di pesantren. Sebagai seorang remaja medioker yang tidak tahu bagaimana memulai percakapan dengan basa-basi, tanpa tedeng aling-aling dia tiba-tiba bertanya "Aya proyek naon di hareup?". Sedalam informasi yang saya punya, pertanyaan itu cocok terlontar darinya karena memang ia memiliki sebuah grup wedding organizer. Dengan adanya latar belakang yang membuktikan bahwa ia merupakan seorang yang gemar mempersiapkan pesta pernikahan banyak orang, tentu saya pikir ia akan menawarkan pekerjaan fotografi ataupun videografi kepada saya untuk keperluan pernikahan.
Ternyata bukan itu, jauh daripada itu, jauh sekali. Pertanyaan tersebut menjadi permulaan bagi saya untuk mengetahui dan mengamati situasi politik kampus, meskipun saya cuma tahu dan mengerti sedikit sih pada akhirnya~
Setelah sempat membuat saya bingung dalam beberapa hari karena informasi terkait tak kunjung disampaikan, akhirnya dalam suatu hari di sore menjelang maghrib ia menelepon. Pertanyaan pertama yang ia lontarkan adalah "Kapan ke Jogja?", saya jawab dengan jujur "Kalau ada tuntutan khi". Bagaikan CR7 yang melihat peluang di dalam lapangan, ia tak membiarkan kesempatan ini terlewat begitu saja. "Kalau begitu, saya tuntut kamu ke Jogja bulan Juni ya". Entah dia yang gila apa saya yang tolol, mungkin keduanya.
Percakapan berlanjut membahas tentang perkara teknis. Ia memberikan penjelasan tentang apa saja yang akan menjadi tanggung jawab saya apabila lolos seleksi untuk menjadi staf di KPUM KM UMY. Pada pertengahan bulan Juni, saya lupa tepatnya, seleksi untuk menjadi staf di lembaga tersebut dibuka. Saya mengikuti seluruh alur yang ditentukan oleh lembaga tersebut dengan rapi. Sebagai salah satu tahapan seleksi, saya diwawancara secara daring oleh Kak Meira dan Kak Hesti. Dalam proses wawancara tersebut, saya agak-agak merasa tidak nyaman karena pertanyaan yang dilontarkan saya terima secara intimidatif. Meskipun pada akhirnya saya tahu bahwa memang prosedurnya harus seperti itu.
Sebagai seorang yang tidak terlalu mengerti tentang dunia politik di kampus, saya mengerjakan tugas sebagai staf dengan sangat hati-hati dan cermat. Segala macam arahan dari para komisioner saya lakukan dengan semaksimal mungkin. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya cerita yang saya terima dari banyak pihak yang menyatakan bahwa memang menjadi bagian dari KPUM itu harus sangat hati-hati. Dalam menjalani masa kerja, saya secara perlahan berusaha mengerti mengapa perlu perhatian yang sangat ekstra selama menjadi bagian di lembaga ini. Secara lambat laun akhirnya saya paham bahwa lembaga ini merupakan sebuah instrumen yang dapat dikatakan merupakan sebuah fasilitator dalam berjalannya demokrasi di kampus.
Salah satu kebanggaan saya dalam menjalani tugas di lembaga ini adalah dapat memanfaatkan kemampuan saya dalam directing, scriptwriting, videographing, dan editing. Saya mengajukan sebuah pembuatan iklan kepada komisioner dengan tujuan untuk menyebarkan atensi serta perhatian mahasiswa terhadap salah satu pagelaran akbar demokrasi di kampus, yaitu pemilu mahasiswa. Saran tersebut diterima dengan baik oleh para komisioner dan oleh karena itu saya senang sekali. Saya ucapkan terima kasih kepada presiden serta gubernur mahasiswa yang berkenan untuk menerima ajakan pembuatan video itu dengan sangat baik, terima kasih, mas, mbak. Membuat sebuah video iklan yang bekerja sama dengan para gubernur dan presiden mahasiswa sungguh pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Selain itu, membuat video yang berisi ajakan kepada para mahasiswa untuk turut serta dalam pesta demokrasi juga merupakan capaian yang akan saya ingat sampai kapan pun. Kalian dapat menontonnya di akun Instagram @kpumkmumy.
Selain itu, selain menjalani tugas sebagai seorang staf, menurut saya pribadi, dengan banyaknya bantuan yang saya berikan, saya seakan menjadi asisten pribadi bagi Bekti. Intinya dia banyak meminta bantuan kepada saya tentang banyak hal. Saya tidak mau menceritakannya disini karena mungkin dia bakalan malu atau gimana lah saya juga nggak mau tanggung jawab sih. Anyway, ada banyak pelajaran leadership yang saya dapatkan dari beliau. Pelajaran paling penting yang saya dapatkan adalah tentang pentingnya menjaga integritas. Jika kalian penasaran pelajaran apa lagi yang saya dapatkan dari beliau, tolong mention di story Instagram kalian masing-masing akun Instagram @sandybekti juga akun @xwxaxz dengan kalimat "@sandybekti diundang untuk menjadi narasumber selanjutnya di kanal Youtube @telloous oleh @xwxaxz."
Gitu ya, oke?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H