Entah, sudah berapa kali kata mungkin tertepis dengan lantang. Â Namun ia terus saja datang, mengusik kenyataan. Â Kadang ia memang menyenangkan, namun seringnya ia menyembilu. Â Meriuhkan dada dengan luka-luka kecil tak tersembuhkan.
Dia tak mungkin terlupakan, meski jarum-jarum jam berputar hingga ia enggan. Â Dia tak akan hilang, meski waktu terus saja menyuap dengan kisah-kisah baru. Â Yang lebih menyenangkan, mengharu biru.
Berkali memasukinya, berkali itu pula selengkung garis terlukis, menarik sudut-sudut bibir, tersenyum. Â Sekian detik berlalu, sepi menikam dalam, membuah kesenyapan panjang. Â Dan ia ternikmati bersama kesemuan.
Menuliskannya adalah ketidakmungkinan. Â Bukan, bukan karena tak mampu, namun kata-kata akan terpenjara dalam langit lalu membeku di sana. Â Sedang pena tak mampu berbuat apa-apa. Ialah kenangan, karib kesepian panjang.
http://fos-community.com/wp-content/uploads/2011/07/kenangan.jpgh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H