Mohon tunggu...
Fawaizzah Watie
Fawaizzah Watie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan. Duapuluhan. \r\n\r\n\r\nhttp://fawaizzah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

'Blocknote' Sebuah Cinta dan Kesetiaan Yang Tak Terbalas

29 Juli 2010   08:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebelum sampai di meja tempat Aya duduk, Aya sudah berlari menyambutnya. Menghambur dalam pelukannya. Bayu pun tak nampak canggung memeluk gadisnya itu. Pelukan yang sangat erat. Memburaikan segala kerinduan mereka selama beberapa bulan ini. Ada titik-titik embun di sudut mata Aya. Embun bahagia.

Sebelum Bayu mengajaknya duduk untuk bicara, dia mengecup mesra kening Aya. Kecupan yang lama sekali diinginkan Aya. Tangan Aya melingkar di pinggang Bayu. Mereka nampak bahagia.

"Aya, sayang! Maafkan aku!" kata Bayu dengan mata redup.
"Ada apa Mas?" tatapan mata Aya yang lembut nampak menyelidik.
"Kita tak bisa lebih lama lagi untuk bersama!" kata Bayu sembari menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Aya bingung.
"Aku tak mengerti. Apa yang terjadi?" ada sinar kekhawatiran di mata Aya.
"Orang tuaku tak merestui hubungan kita, dan mereka telah memilihkanku seorang pendamping!" kini mata Bayu terpejam, tak mampu melihat reaksi Aya.

"Heh, itu tidak mungkin! Apa salahku?Apa kekuranganku? Aku akan berusaha untuk melakukan apa saja asal aku bisa bersamamu Mas!"
"Kau tak salah Aya, tak ada suatu pun kekuranganmu. Kau wanita sempurna, aku begitu mencintaimu! DAn aku pun ingin hidup bersamamu!"
"Iya tapi kenapa?"
"Aku pun tak mengerti alasan mereka Sayang, maafkan aku. Aku tak bisa berbuat apa pun selain mengikuti kemauan mereka."
"Lantas apa maksudmu meninggalkan aku tanpa pesan sedang harapan selalu kau titipkan dalam kata dan sorot matamu?!"
"Maafkan aku Aya, maafkan aku! Aku sungguh mencintaimu dan ingin hidup bersamamu. Tapi aku juga tak mau kehilangan Ibu!"
"Apa maksudmu?"
"Jika aku tetap memilihmu, Ibu tak menganggapku lagi sebagai anaknya!"

Jantung Aya terasa terhujam beribu duri tajam. Hatinya hancur. Jiwanya terasa mati. Tapi dia tak menangis. Tatapannya nanar memandang Bayu, namun Bayu hanya bisa tertunduk. Perasaan kecewa, sakit dan pahit bergumul dalam dadanya. Dia beranjak dan pergi meninggalkan Bayu bersama dengan kerapuhannya.

"Aya…!" Bayu memanggil nama Aya lemah. Namun Aya tetap berjalan menelusuri jalan pulang. Kembali duduk terpekur di bawah langit siang yang terik. Kembali dibukanya blocknote itu. Pensilnya mengoreskan kata "Apa maksud peluk dan kecupmu?"

Hari-hari Aya tak lagi nampak biasa, dia seringkali tersenyum sendiri saat membaca kembali blocknotenya. Lalu menangis. Hidupnya bahkan terasa tak pernah ada warna. Hanya gelap dan gelap. Beberapa pria yang mencoba hadir dan menawarkan cinta tak pernah dipedulikannya.
Dalam blocknotenya tertulis, "Maaf, cinta dan kesetiaanku hanya untuknya, sejak dulu, kini dan nanti".

Kini Aya tak lagi muda, masa senja telah menemuinya. Masih bersama blocknote-blocknotenya, Aya berusaha untuk tetap menjaga cinta dan kesetiaannya. Hingga pada akhirnya Tuhan mengutus malaikat-Nya, untuk menjemput Aya dan mengajaknya pergi menemui-Nya. Aya pasrah  dan di blocknote, untuk terakhir kalinya Aya menulis "Cinta dan kesetiaan ini akan kubawa pergi bersama dengan jiwaku, untuk kuberikan padamu jika kita bertemu lagi, di surga!"

Cinta dan kesetiaannya tak pernah mati dimakan usia. Hujan cacian sebagai perawan tua tak mampu merobohkan tekadnya. Menunggu dan terus menunggu hingga ajal menjemputnya. Dia pun pergi bersama cinta dan kesetiaan yang tak terbalas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun