Mohon tunggu...
Fawaizzah Watie
Fawaizzah Watie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan. Duapuluhan. \r\n\r\n\r\nhttp://fawaizzah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Izinkan Aku Kembali Bercerita

4 Desember 2009   06:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini terasa indah, aku tidur ditemani hujan diselimuti angin yang berhembus lembut menyapu setiap pori-pori kulitku. Tidur yang nyenyak dengan cinta sebagai bantalku dan dingin yang memelukku dengan kehangatannya. Sebelum menikmati tidurku yang indah, aku berdoa dan berharap mendapatkan mimpi bertemu dengannya. Kerinduan yang selama ini aku rasakan tak sedikitpun berkurang, harapan dan keinginan bertemupun semakin besar adanya.

"Lupakan….!!!" kata seoarang sahabat. "Apa maksudmu???" "Lupakan día dan jangan berharap adanya pertemuan!" "Kau tak mengerti, dia terlalu berharga untuk dilupakan!" "Tapi kau lebih berharga darinya!" suaranya meninggi. "Aku tak akan terlihat berharga jika tanpa orang yang menganggapku berharga"

Hening. Tak ada kata yang meluncur dari mulutnya lagi. Apa aku sedang bermimpi? Kucoba menyubit pipiku, sakit! Aku tidak sedang bermimpi. Tapi sosok sahabatku itu lenyap begitu saja, seakan ikut memudar bersama bayangan yang diterpa lampu neon. Ingin aku bangkit dari tidurku, tapi aku tak ingin melepas pelukan hangat sang dingin. Hembusan lembut angin yang menyelimutiku seakan berbisik, "Tidurlah……sambut mentari esok dengan salam cintamu!"

Bisikan angin dan pelukan dingin membawaku perlahan menyusuri jalan panjang yang penuh dengan liku-liku tajam, senyap, redup tapi terasa hangat. Seseorang menggenggam erat jemariku, mencengkeram erat seakan ia tak ingin sedetikpun melepasnya. Aku tak mampu memberontak! Bahkan aku mengikuti alunan langkahnya yang mantap. Aku tak mengenalnya, tapi aku merasa nyaman saat jemariku digenggam olehnya. Dia tak bersuara begitu pula denganku, aku hanya mencoba untuk menikmati apa yang aku rasakan.

Aku melihat jurang-jurang yang mengerikan disekitarku, rasa takut tak pelak mengikuti langkahku. Banyak pohon-pohon berduri di tepi jalan dan duri-duri itu pasti akan menyayat kulit siapa saja yang lewat didekatnya. Banyak batu-batu besar yang terlihat angkuh dan kejam. Lihatlah beberapa langkah lagi aku akan melewati jembatan yang panjang, sebuah jembatan yang sepertinya sudah tak layak untuk dilewati. Pijakkannya berupa papan yang sudah bolong-bolong, pegangannya terbuat dari tali yang membentang panjang. Tapi dia meyakinkan ku untuk tetap berjalan dan menatap depan.

Tidak….tidak!!!! Dia tidak berbicara padaku, tapi aku tahu dari genggamannya yang semakin erat dan tatapan matanya begitu mantap. Tak pernah aku melihat orang seyakin dia dalam menatap masa depan. Masa depan yang terasa sangat panjang untuk diraih akan terasa cepat bila bersama orang-orang yang penuh percaya diri dan bertanggung jawab.

Lihat….!! Sungguh pemandangan yang menakjubkan, Ingin aku menjerit dan berteriak asmaNya. Tapi aku tahan dan mengeluarkannya secara perlahan bersama dengan hembusan nafasku. Dia menatapku, melempar senyum ke arahku. Oh… menyejukkan! dia melepas genggamannya, tangannya menunjuk ke arah sebuah Istana dengan taman bunga di sekelilingnya, disebuah barat istana terdapat beberapa pohon apel dan anggur hijau. Dan di sebelah selatan Istana mengalir sungai kecil yang jernih, riak aliran airnya mencairkan hati yang beku. Batu-batuan di tepi sungai itu terlihat sangat anggun dan mempesona. Ingin aku segera berlari menggapai alam indah itu. Saat aku ingin beranjak, ku menoleh kebelakang. Tak ada seorangpun disana. Dimana dia? sosok yang tadi menggenggam erat jemariku.

[caption id="attachment_33319" align="aligncenter" width="500" caption="Pemandangan di G. Kelud saat senja (20 Juni 2009) ini adalah doc pribadi, hak cipta dilindungi UU"][/caption]

Día pergi setelah menuntunku menuju tempat indah ini, haruskah aku menikmatinya sendiri? Tidak…..!! aku tidak akan beranjak dari tempatku berdiri, aku ingin memasuki tempat itu bersama dengan orang-orang yang mampu membantuku dan mendampingiku menjaga istana itu agar tetap berdiri dan mempesona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun