Mohon tunggu...
Sri Wahyuni Saraswati
Sri Wahyuni Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Freelance Writer

Menulis itu Mengobati. Membaca itu menghidupkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Sajak untuk Ibu

25 Desember 2018   16:54 Diperbarui: 26 Desember 2018   22:51 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1). 

Sajak Mata Ibu

Aku menemukan darah rindu di matamu

Berbaris rapi mengalir, menembus sepi

Sesekali sampai ke puncak hati

Aku menemukan sajak-sajak rindu di matamu

Tersusun rapi mengikuti imajinasi

Aku terus memandang matamu di antara

Imajinasi yang lalu-lalang

Begitu liar

Siap menerkam

Di matamu kutemukan sajak rindu

yang begitu syahdu

Menusuk kalbu

2).

Ranjang Kamar

Hayati ibuku, ada syair serupa harum keringatmu

Berbekas di tepi ranjang kamarku

Merasuki ingatan dan

Syair serupa harum keringatmu hinggap di pohon sawo

Ku petik daunnya lalu ku simpan

Hayati ibuku, inginku kalungkan sebait syair di jantungmu

Lengkap dengan tetesan hujan dan sisa senja yang kugenggam

3).

Pesan Ibu

Malam ini

Ku eja kembali pesan-pesanmu ibu

Agar aku tak bercumbu dengan sunyi

Agar aku tak bersetubuh dengan sepi

Ada yang bersembunyi di balik malam sunyi

Kau yang berhati sutera

Membawa seonggok rindu dalam dekapku

Aku terdiam dalam bilik sunyi

4).

Musim Rindu 

Musim rindu telah tiba

Aku mulai gelisah, cemas tak tentu arah

Musim rindu telah tiba

Diiringi tetesan sepi yang enggan menepi

Ditemani gemuruh sunyi yang kian menjadi

Biarlah kita saling mengundang dalam imajinasi

Bertemu, bercanda, lalu terserah kita

5).

Tubuh Rindu

Aku tak pernah lelah

Melepas helai demi helai kain

yang menutup tubuh rindu

Lalu ku cium, ku peluk

Memeluk tubuh rindu!

Aroma rindu jelas tercium

Meliuk lalu menusuk hidung

Aku menunduk.

6). 

Nyanyian Rindu

Sepanjang penantian, seberjarak kesepian

Setungkup rindu dan sebongkah kangen menyanyikan lagu

dalam bahasa yang sulit kupahami

Dada yang sesak oleh himpitan rindu

Seolah menangis sambil memanggil namamu

Berharap rindu pergi

Lalu dada kembali menari

Musykil!

Rindu bersegera menggerogoti otak

Dan sesak di dada semakin terasa

Ada elang di kepala, juga gagak

Rindu melayang-layang di dinding tembok otak

Terbentur pojok lalu melayang lagi

***

Biodata Penulis:

Sri Wahyuni. Lahir, di Ponorogo, 30 September 1996. Gadis yang tidak pernah membayangkan menjadi penulis. Namun dalam perjalanannya, dunia kata telah memperkosanya hingga ia jatuh hati pada dunia kata. Berawal dari peristiwa itu hingga kini dunia kata adalah kekasih sejatinya. Dunia kata juga telah menghantarkan tulisannya sampai ke berbagai media dalam berbagai bentuk tulisan, seperti artikel, cerpen,maupun puisi. Saat ini tercatat sebagai mahasiswi sekaligus koordinator Sekolah Literasi Gratis STKIP PGRI Ponorogo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun