Mohon tunggu...
Fava Nurbaity
Fava Nurbaity Mohon Tunggu... Guru - Penikmat kuliner

Penyuka film animasi dan seni doodle. Penulis pemula yang senang mencoret-coret tulisan di Hipwee dan blog: cahayamenulis.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mencintai Sejarah Melalui Mandiri Jogja Marathon 2019

19 Mei 2019   09:23 Diperbarui: 19 Mei 2019   09:32 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini perkembangan aktivitas luar dapat diakui memang sangat dinamis, terbukti dengan banyaknya varian aktivitas luar yang dikemas secara menarik dan tidak membosankan. Adapun salah satu aktivitas luar tersebut adalah lari marathon. 

Dahulu, lari marathon dikenal hanya sebagai perlombaan lari yang mengitari rute berkilo-kilo meter jauhnya, tanpa ada sedikit sentuhan keunikannya sama sekali, hanya berlari dan berlari saja. Tetapi sekarang, aktivitas lari marathon tersebut oleh beberapa penyelenggara telah banyak dimodifikasi dengan aktivitas lain, di luar dari berlari saja. Seperti: berlibur, berkreasi, bermain, dan belajar. 

Bila di dalam pepatah acara marathon tersebut diibaratkan menyelam sambil minum air, di mana satu aktivitas bisa memuat segala aktivitas sekaligus di dalamnya. Betapa mewahnya bukan? Jika seandainya ada acara lari marathon seperti itu, karena berlari tak akan terasa lelah lagi.


Nah, sekarang tinggal mencari dimanakah kira-kira acara lari marathon seperti itu ada di Indonesia? Yap, tidak usah berlama-lama lagi untuk menjawabnya, karena jawaban tersebut telah ada semua di Mandiri Jogja Marathon 2019, yang terselenggara sukses di tanggal 28 April lalu. Dengan mengambil konsep Lebih dari Sekedar Lomba Lari, Mandiri Jogja Marathon juga Picu Sport Tourism. 

Ini memiliki maksud bahwa peserta tidak hanya dapat berlari sampai finish saja, melainkan juga bisa menikmati keindahan alam sekitar. Namun tidak hanya peserta saja yang diuntungkan disini, tetapi warga sekitar pun juga. 

Melalui acara ini, desa-desa di sekitaran lomba menjadi lebih dikenal oleh peserta dari berbagai latar belakang dan negara, tentu saja ini bisa menjadi ajang promosi dadakan oleh warga sekitar.

Mandiri Jogja Marathon 2019 ini mempunyai 4 jenis perlombaan, yakni lomba full marathon, Half Marathon, 10 km, sampai 5 km, dan kesemuanya itu diadakan di Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menyuguhkan keunikan pada tradisi dan alam Yogyakarta sebagai latar belakang lomba. Titik start dan finish pun dipusatkan pada kawasan Candi Prambanan. 

Jalur lomba berada di lajur jalan umum dan jalan desa di Area Prambanan, Sleman. Dengan mengelilingi wisata-wisata lain, seperti Lapangan Utama Roro Jonggrang --Gunung Merapi -- Monumen Taruna Perjuangan -- Museum Plataran -- Candi Plaosan Lor -- Candi Plaosan Kidul -- Candi Sewu -- Candi Bubrah - Candi Prambanan. Begitu indahnya pemandangan yang bisa dinikmati para peserta Mandiri Jogja Marathon lalu.

Rasa capek para peserta langsung dibayar tuntas dengan pemandangan alamnya, dan ditambah lagi dengan kekayaan tradisi dan sejarah yang kuat dari wisata-wisata tersebut. 

Dan berikut ini adalah ulasan singkat tentang wisata-wisata yang dilewati pada Mandiri Jogja Marathon lalu, yang pertama adalah Lapangan Utama Roro Jonggrang, tempat ini masih termasuk di dalam Area Candi Prambanan, di mana terdapat cerita sejarah yang telah melekat sejak lama mengenai percintaan Roro Jonggrang dengan Pangeran Bandung Bondowoso. 

Dikisahkan Roro Jonggrang meminta 1000 candi kepada Pangeran Bandung Bondowoso yang telah melamarnya, namun diakhir perjalanan dalam membangun candi-candi tersebut yang ke 1000, Roro Jonggrang menggagalkannya. 

Pangeran Bandung Bondowoso pun murka, dan berujung pengutukan Roro Jonggrang menjadi batu. Menurut kisah-kisah yang berkembang, situs Ratu Baka di dekat Prambanan adalah istana Prabu Baka, sedangkan 999 candi yang tidak rampung kini dikenal sebagai Candi Sewu (Wikipedia, 2019).

Ulasan wisata Mandiri Jogja Marathon berikutnya adalah Monumen Taruna Perjuangan atau populernya bernama Museum Plataran, di mana tempat ini merupakan monumen setinggi 10 meter yang didirikan untuk mengenang perlawanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari tentara Belanda. Monumen Taruna Perjuangan terletak di Dusun Plataran, Desa Selomartani, Sleman, Yogyakarta. 

Di dalam monumennya tersebut terdapat banyak patung yang memiliki arti simbolik tersendiri. Ulasan berikutnya adalah Candi Plaosan, di mana tempat ini merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Kecamatan Prambanan. 

Letak candi ini berkisar satu kilometer dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Candi ini mengisahkan tentang kehidupan Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, serta candi ini dikenal juga sebagai candi yang bercorak Budha (Wikipedia, 2019).

Candi Bubrah adalah salah satu tempat wisata berikutnya pada Mandiri Jogja Marathon, bangunan ini merupakan candi yang bercorak Budha, berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara Percandian Roro Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini dinamakan bubrah disebabkan oleh keadaan candi yang rusak (bubrah, dalam bahasa jawa) sejak ditemukan (Wikipedia, 2019). 

Dan, ulasan wisata yang terakhir adalah Gunung Merapi. Tempat ini sudah tidak asing lagi bagi siapa pun, sebab Gunung Merapi bisa kita ketahui bersama bahwa merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia, dan dahulu sempat dikenal karena memiliki guru spiritualnya bernama Mbah Mijan. 

Namun sekarang warga di sekitaran Gunung Merapi telah berbenah diri sejak pasca meledak, dengan membangun museum yang menceritakan tentang dahsyatnya awan panas (atau disebut wedus gembel, dalam bahasa jawa). Museum Merapi ini juga bisa dimasukkan ke dalam referensi jalan-jalan.

Setelah melihat ulasan singkatnya dari wisata-wisata tersebut, tentu perlombaan marathon ini bukan sekedar lari saja. Tetapi juga, mengedukasi sejarah para peserta melalui objek wisata tersebut. Bila selama ini belajar sejarah sangat menjenuhkan, tetapi itu semua langsung berubah dengan adanya marathon ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun