Dikisahkan Roro Jonggrang meminta 1000 candi kepada Pangeran Bandung Bondowoso yang telah melamarnya, namun diakhir perjalanan dalam membangun candi-candi tersebut yang ke 1000, Roro Jonggrang menggagalkannya.Â
Pangeran Bandung Bondowoso pun murka, dan berujung pengutukan Roro Jonggrang menjadi batu. Menurut kisah-kisah yang berkembang, situs Ratu Baka di dekat Prambanan adalah istana Prabu Baka, sedangkan 999 candi yang tidak rampung kini dikenal sebagai Candi Sewu (Wikipedia, 2019).
Ulasan wisata Mandiri Jogja Marathon berikutnya adalah Monumen Taruna Perjuangan atau populernya bernama Museum Plataran, di mana tempat ini merupakan monumen setinggi 10 meter yang didirikan untuk mengenang perlawanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari tentara Belanda. Monumen Taruna Perjuangan terletak di Dusun Plataran, Desa Selomartani, Sleman, Yogyakarta.Â
Di dalam monumennya tersebut terdapat banyak patung yang memiliki arti simbolik tersendiri. Ulasan berikutnya adalah Candi Plaosan, di mana tempat ini merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Kecamatan Prambanan.Â
Letak candi ini berkisar satu kilometer dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Candi ini mengisahkan tentang kehidupan Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, serta candi ini dikenal juga sebagai candi yang bercorak Budha (Wikipedia, 2019).
Candi Bubrah adalah salah satu tempat wisata berikutnya pada Mandiri Jogja Marathon, bangunan ini merupakan candi yang bercorak Budha, berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara Percandian Roro Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini dinamakan bubrah disebabkan oleh keadaan candi yang rusak (bubrah, dalam bahasa jawa) sejak ditemukan (Wikipedia, 2019).Â
Dan, ulasan wisata yang terakhir adalah Gunung Merapi. Tempat ini sudah tidak asing lagi bagi siapa pun, sebab Gunung Merapi bisa kita ketahui bersama bahwa merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia, dan dahulu sempat dikenal karena memiliki guru spiritualnya bernama Mbah Mijan.Â
Namun sekarang warga di sekitaran Gunung Merapi telah berbenah diri sejak pasca meledak, dengan membangun museum yang menceritakan tentang dahsyatnya awan panas (atau disebut wedus gembel, dalam bahasa jawa). Museum Merapi ini juga bisa dimasukkan ke dalam referensi jalan-jalan.
Setelah melihat ulasan singkatnya dari wisata-wisata tersebut, tentu perlombaan marathon ini bukan sekedar lari saja. Tetapi juga, mengedukasi sejarah para peserta melalui objek wisata tersebut. Bila selama ini belajar sejarah sangat menjenuhkan, tetapi itu semua langsung berubah dengan adanya marathon ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H