Mohon tunggu...
Fava Nurbaity
Fava Nurbaity Mohon Tunggu... Guru - Penikmat kuliner

Penyuka film animasi dan seni doodle. Penulis pemula yang senang mencoret-coret tulisan di Hipwee dan blog: cahayamenulis.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Suka Duka Hidup Bersama BPJS

21 Desember 2018   12:50 Diperbarui: 21 Desember 2018   13:40 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pertama kali mengetahui dan sekaligus mempunyai kartu BPJS yaitu dari tempat kerja bapak saya. Pembagian BPJS di tempat kerja bapak saya dilakukan tidak hanya ke karyawannya saja, melainkan juga kepada anggota keluarga karyawan tersebut. Alhasil saya dan ibu saya pun bisa merasakan pelayanan kesehatan ini. 

Terhitung dari setelah mendapatkan kartu BPJS, kami telah menggunakan hampir enam kali baik digunakan di klinik umum maupun klinik rujukan. Mulai dari bapak saya, saya, sampai ibu saya. Rata-rata kartu BPJS keluarga kami digunakan untuk memeriksa kesehatan di klinik umum, namun terkadang juga digunakan di klinik gigi dan ini biasanya dilakukan oleh bapak saya. 

Sekitar awal tahun 2018, ibu saya yang notabennya tidak pernah menggunakan pelayanan BPJS sama sekali, dikarenakan tubuhnya yang sangat kuat di antara kita berdua, akhirnya pun harus mengalah. Beliau menggunakan kartu BPJS pertama kalinya untuk memeriksa dan mengontrol kondisi badan yang saat itu mengalami kepala pusing tiada henti. 

Dari hasil pemeriksaan tersebut ibu saya dinyatakan hipertensi (darah tinggi), dan syukurnya ibu saya tidak perlu penanganan ke klinik lanjutan, namun cukup minum obat saja yang telah dianjurkan oleh dokter.
.
Setelah berbulan-bulan tak lagi menggunakan BPJS sejak perdana kontrol waktu itu dan juga sudah sehat, namun ibu saya harus kembali berobat ke klinik umum BPJS, tetapi bedanya sekarang di area Banyuwangi. 

Jika yang pertama, ibu saya berobat di Bali karena kebetulan tempat kerja bapak saya berada di Bali, sehingga semua pelayanan kesehatan di tempatkan di Kimia Farma Teuku Umar Bali. 

Berhubung ibu saya jatuh sakit saat berada di Banyuwangi, jadinya penanganan darurat harus di kota itu juga. Seperti tahapan umum BPJS, ibu saya terlebih dulu diperiksa di salah satu klinik umum Banyuwangi, lalu oleh dokter klinik umum diputuskan untuk dirujuk ke poli saraf RS Blambangan yang tentu saja dibekali dengan surat rujukan. 

Keputusan tersebut dibuat karena kondisi ibu saya yang tak memungkinkan jika mendapat resep obat dari dokter umum, sehingga penanganan khusus akhirnya dikeluarkan. 

Keesokannya, ibu saya bersama bapak dan saya telah mengantri di RS Blambangan. Setelah nama ibu saya dipanggil, kami pun bergegas ke poli tujuan (saraf). 

Sesampainya di poli tujuan, ternyata kita masih harus menunggu dan mengantri kembali. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ibu saya masuk, namun ternyata itu tidaklah langsung berinteraksi dengan dokter melainkan ke perawat dulu. Selepas itu, kami pun menunggu lagi, namun yang ini adalah menunggu kedatangan sang dokter. 

Berjam-jam menunggu sampai kami pun ketiduran, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Kami pun tak sabar dipanggil ke dalam ruangan, namun sebelum itu pasien yang mendaftar kemarin diutamakan terlebih dahulu. Jadi kami mendapat giliran setelah mereka. 

Sesampainya di dalam ruangan, dokter spesialis saraf langsung mengontrol ibu saya, dan memberikan simpulan akhir bahwa ibu saya terkena gejala stroke. Sama halnya kontrol di dokter umum, penanganan yang diberikan berikutnya yaitu pemberian obat.

.

BPJS sangatlah membantu kami, terutama saat ibu saya sakit di Banyuwangi. Sungguh BPJS sangat berjasa dan menjadi pahlawan untuk ibu saya, karena tidak pernah membayangkan sebelumnya jika ibu saya bisa sakit separah itu dan harus dirujuk ke poli khusus. 

Ibarat saat itu ibu saya tak memiliki BPJS sungguh tak bisa dibayangkan berapa rupiah yang akan dikeluarkan oleh bapak saya untuk sekali kontrol dan ditambah dengan pembelian obat yang tidak cukup satu macam, melainkan empat macam sekaligus. Berkat pertolongan BPJS tersebut, tentu bapak saya terbebaskan dari biaya kontrol dokter dan obat. 

Selang dua minggu dari berobat, ternyata persediaan obat yang diresepkan dokter sudah habis, dan tentu harus beli lagi. Melihat kondisi tersebut, akhirnya bapak saya bergegas ke apotek terdekat. Namun apa yang terjadi, karena apotek yang dituju tidak bekerjasama dengan BPJS, jadi bapak saya harus membelinya dengan menggunakan uang tunai.

Tatkala melihat struk pembelian, bapak saya terkejut karena satu obat yang hanya berisi sekitar enam tablet, harganya bisa mencapai tujuh puluh ribu. Bukan main, begitu mahalnya obat yang tanpa menggunakan jasa BPJS. 

.

Dibalik jasa BPJS yang luar biasa membantu kesembuhan ibu saya, namun tak bisa dipungkiri apabila ada dukanya juga selama menjadi pelanggan BPJS. Ibarat perjalanan kita menggunakan BPJS itu lika-liku. 

Di mana suatu ketika, saya yang pernah mengalami sakit perut dan sangat memerlukan pemeriksaan segera di klinik umum BPJS, namun mendapatkan kenyataan bahwa saya tidak dapat menggunakan kartu BPJS ini lagi karena telah diblokir. Seketika pun saya bingung kenapa oh kenapa, padahal saya masih menjadi anggota di KK, belum menikah, dan belum bekerja, tetapi sudah diblokir. 

Ah berpikiran positif saja mungkin itu peraturan dari BPJS, lalu dari salah satu perawat klinik menyarankan untuk segera klarifikasi ke BPJS regional Bali dengan membawa surat aktif kuliah. 

Dengan adanya permasalahan tersebut, akhirnya pun saya gagal berobat, dan terpaksa minum obat seadanya. Setelah kelar urusan pemblokiran tersebut, sampai sekarang saya belum menggunakan kembali kartu BPJS tersebut, dan belum mengecek lagi apakah sekarang masih aktif atau tidak secara saya sudah lulus kuliah. 

.

Namun dari semua pengalaman yang kami rasakan selama ini bersama BPJS, memang tak bisa memungkiri pasti ada suka dan dukanya. 

Terlepas dari keribetan BPJS yang meliuk-liuk bagai ular, sesungguhnya pelayanan kesehatan ini memiliki segudang manfaat yang diberikan untuk pengguna. 

Dengan BPJS, kita tidak lagi risau atau takut untuk memeriksakan kesehatan ke dokter, apalagi membayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan, karena ternyata BPJS pun bisa digunakan di poli khusus, seperti: saraf, jantung, gigi. 

Dengar-dengar pun BPJS sekarang juga sudah menanggung biaya pemeriksaan CT Scan. Jikalau begitu, BPJS bisa menjadi penyelamat siapa pun, karena #BPJSKesehatanMelayaniNegeri. Terima kasih BPJS dan ditunggu inovasi terbarunya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun