MALANG- Dalam upaya menanamkan nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan, program Pendidikan Profesi Guru (PPG) mengadakan kegiatan Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa PPG Prajabatan. Diklat WKG menjadi salah satu kegiatan solutif yang diadakan oleh program PPG bekerjasama dengan LPTK Universitas Negeri Malang sebagai bekal mahasiswa menghadapi tantangan keragaman di lingkungan sekolah. Kegiatan ini menjadi syarat penting dalam proses kelulusan mahasiswa, serta sebagai aksi nyata untuk mempersiapkan calon guru yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan menciptakan lingkungan pendidikan yang harmonis.Â
Diklat WKG ini dilaksanakan secara luring pada hari Senin tanggal 30 desember 2024 bertempat di gedung A21 sekolah Pascasarjana ruang 401 Universitas Negeri Malang. Kegiatan ini diikuti oleh 7 orang mahasiswa bidang studi Pendidikan Bahasa Arab dengan menghadirkan 2 narasumber yaitu Dr. Ibnu Samsul Huda S.S., M.A. dan Ali Ma'sum S.Pd., M.A. dengan 5 topik pembahasan. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 07.00 hingga pukul 16.00. Kegiatan dimulai dengan pretest dan diakhiri dengan posttest untuk mengukur pemahaman mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti kegiatan ini.Â
Topik 1 Berkebinekaan Global
Dunia lebih Berwarna
Kegiatan wawasan kebangsaan global ini diawali dengan pembahasan mengenai kebhinekaan global, karena penting bagi kita untuk memahami kebhinekaan dan implikasinya terhadap masyarakat dunia. Topik ini disampaikan oleh Pak Ali Ma'sum S.Pd., MA dengan sangat menarik dan bermakna. Adapun capaian tujuan topik ini yakni peserta diklat dapat memahami pentingnya menerima perbedaan, menganalisis jenis kerentanan, dan mengimplikasikan kebhinekaan. Pada awal topik, peserta diklat dipaparkan beberapa pertanyaan berkaitan dengan kebhinekaan global untuk mengetahui pengalaman dan sudut pandang para peserta diklat. Dari salah satu pertanyaan yaitu "Apa yang akan terjadi jika di dunia ini semuanya seragam?", peserta menjawab jika dunia ini semua seragam maka dapat membuat peradaban dimuka bumi ini tidak akan berjalan, karena kehidupan tidak lepas dari keragaman. Keragaman membuat dunia semakin berwarna. Beberapa konsep yang dipaparkan pada topik ini yaitu (1) kita merupakan satu kesatuan yang berbeda, (2) ragam manusia, bangsa, dan bahasa, (3) keragaman tingkatan kecerdasan, (4) kerentanan, dan (5) kunci sukses abad 21. Dari materi-materi yang dipaparkan, peserta diklat mendapatkan banyak wawasan bagaimana menyikapi suatu keragaman, khususnya sebagai seorang calon guru dalam mengarahkan siswa untuk berpegang pada kebhinekaan.
TOPIK 2Â Kebhinekaan Indonesia: Harmoni dalam Sekolah
Pada kegiatan sesi kedua ini membahas tentang Kebhinekaan Indonesia merupakan salah satu materi PPG Prajabatan pada pelaksanaan Wawasan Kebangsaan dan Keindonesiaan (WKG) yang bertujuan untuk mengedukasi tentang keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan bahasa di Indonesia. Kegiatan ini mencakup pemahaman tentang kebhinekaan melalui diskusi mengenai toleransi, intoleransi, dan radikalisme. Salah satu konsep yang dibahas adalah pentingnya praktik toleransi di berbagai daerah di Indonesia, serta tantangan yang dihadapi dalam membangun sikap toleransi, termasuk perlunya sikap moderat. Selain itu, materi ini juga berfokus pada profil pelajar Pancasila yang menghargai perbedaan dan mengutamakan persatuan. Seperti yang disampaikan oleh Pak Ibnu, penting untuk menghargai keberagaman dalam masyarakat, dan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi dasar untuk memperkuat persatuan bangsa. Dalam WKG PPG Prajabatan, calon guru diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan saling menghargai, serta mengajarkan siswa untuk memahami dan merayakan perbedaan. Dengan demikian, kebhinekaan Indonesia dapat dijadikan landasan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, membangun masyarakat yang damai, dan memperkuat kesatuan bangsa.
Topik 3: Berdamai dengan Diri
Pada topik ini, mahasiswa PPG Â belajar tentang "Berdamai dengan Diri". Di awal topik, seluruh mahasiswa PPG bermain sebuah permainan yang dinamakan "Identitasku". Permainan dimulai dengan membagi area kelas menjadi 2 kubu, kubu A dan kubu B. Setiap kubu memiliki identitas yang berlawanan dengan kubu lainnya. Misalkan, pada ronde pertama kubu A beridentitas laki-laki dan kubu B beridentitas perempuan. Pada ronde tersebut mahasiswa PPG langsung bergerak ke daerah kubu yang diinstruksikan. Dan pada ronde-ronde selanjutnya juga diterapkan kubu dengan identitas yang berbeda, misal usia di atas 25 tahun dan di bawah 25 tahun, kemudian ada kubu suka berolahraga dan tidak suka berolahraga dan seterusnya. Dari Permainan ini kita dapat mengambil pelajaran bahwasanya manusia diciptakan dengan berbagai identitas yang beragam yang bisa jadi identitas tersebut sama dengan orang lain, namun di identitas yang berbeda, bisa jadi berbeda pula identitasnya.Â
Selanjutnya narasumber menjelaskan tentang bagaimana mengenali identitas masing-masing sebagai manusia yang diciptakan dengan unik dan tidak tidak bisa dibandingkan dengan standar orang lain. Kemudian narasumber juga menjelaskan bagaimana mencintai diri sendiri dengan menerima segala identitas yang telah ditetapkan kepada kita, serta meningkatkan rasa percaya diri yang tidak berlebihan. Dan di akhir topik ini, narasumber meminta mahasiswa PPG untuk mengucapkan terima kasih kepada diri masing-masing atas segala usaha dan upaya yang dilakukan hingga di titik ini, dan juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang turut berjasa untuk kesuksesan para mahasiswa PPG. Selanjutnya sebagai tugas aplikasi topik ini, peserta PPG Â diminta untuk membuat galeri diri dalam bentuk biodata atau CV yang menampilkan identitas sebanyak mungkin, dari identitas suku, agama, hobi, sekolah, klub sepakbola favorit dsb. Semakin banyak identitas yang dimuat, makan akan semakin bagus. Galeri ini bisa mengangkat 100 fakta atau identitas, kemudian hasil dari CV tersebut bisa diposting di media sosial dan mengundang teman untuk mengunjungi galeri tersebut.
TOPIK 4: KERAGAMAN DI SEKOLAH
Sekolahku yang bhineka
Keberagaman budaya dan latar belakang kerap kali menjadi pemicu tierciptanya konflik dalam suatu aspek, tidak terkecuali di lingkup sekolah. Pada topik ini, mahasiswa membentuk kelompok proyek aktivitas kebhinekaan dalam bentuk bermain beran sebagai bagian dari lingkungan sekolah. Â Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami peran dan tanggung jawab masing-masing setiap elemen yang ada di lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman untuk belajar.
Bentuk kegiatan yang dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman untuk belajar dalam kebhinekaan adalah dengan implementasi toleransi di sekolah dimulai dengan merancang kegiatan siswa, memperhatikan budaya kelas dan sekolah serta memperkuat budaya sekolah dengan aktivitas kebinekaan dalam bentuk olahraga dan permainan, seni, budaya dan agama serrta media komunikasi visual yang dilakukan secara kolaboratif.
TOPIK 5: MENUJU SEKOLAH DAMAI
Sekolahku yang damai
Setelah selesai dari topik sekolahku yang bhineka, dilanjutkan dengan topik sekolahku yang damai, materi disampaikan oleh ustadz ali mulai dari capaian pembelajaran yaitu, apa saja ancaman,kerentanan dan kapasitas yang dimiliki oleh sekolah, setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan pemantik bagaimana lingkungan sekolah yang anda dambakan, apa saja langkah-langkah yang akan anda lakukan untuk mewujudkannya apa saja tantangannya.
Berikutnya ustadz ali melanjutkan kegiatan dengan melakukan aktivitas yang berupa permainan yang sangat seru, yang mana kita diajarkan untuk menganalisis dan memilih tentang ancaman, kerentanan dan kapasitas yang dimiliki oleh setiap sekolah, melalui game tersebut kita belajar bagaimana menganalisis seberapa banyak ancaman, kerentanan dan kapasitas yang kita miliki.
Setelah selesai dengan permainan materi dilanjutkan dengan penjelasan konsep, yang mana intinya adalah ketika ingin menjadikan sekolah itu tetap damai maka kapasitas yang dimiliki sekolah harus besar dari ancaman dan kerentanan yang ada.
Materi dilanjutkan pada penjelasan bagaimana membngun sistem dan meningkatkan kapasitas dengan mengetahui definisi sekolah damai dan komponen apa saja yang ada pada sekolah damai. selain itu kita juga harus mengetahui apa itu kerentanan atau perundungan, disebutkan oleh ustadz ali, bahwasanya perundungan termasuk dalam kategori bullying, seperti mengarahkan seseorang untuk membenci orang lain, dan mengejak/mencela serta tidak menghargai orang lain, selain itu pemahaman tentang perundungan diperjelas dengan menonton video tentang bullying. Dari video yang ditampilkan kita mendapatkan pelajaran bahwasanya bullying dapat terjadi dan dilakukan oleh seseorang karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka.
Kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan refleksi dari peserta WKG apakah pernah mengalami atau menjadi korban bully ketika mengenyam pendidikan, dan tentunya jawaban dar peserta WKG beragam diantaranya ada yang pernah mengalami tindakan bully, ataupun sering mengurus kasus tentang bully. Kemudian materi berikutnya dilanjutkan mengenai diskriminasi dan intoleransi, yang mana dijelaskan bahwasanya kedua hal ini kerap terjadi pada lingkungan dan era sekarang.
Kegiatan diakhiri dengan survey sekolah damai dengan melakukan beberapa misi yaitu membuat survey terkait kondisi sekolah dengan cara membuat list terhadap beberapa aspek diantaranya, ancaman (faktor eksternal yang tidak bisa dikontrol oleh sekolah), kerentanan (faktor internal atau hal hal yang bisa dikontrol dan ditingkatkan menjadi kapasitas), kapasitas (hal hal yang menjadi kapasitas sekolah).
Kegiatan pada topik 5 diakhiri dengan penutup dari ustadz Ibnu dan Ustadz Ali, yang mana beliau menekankan bagaimana peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak, selain itu orang tua juga berperan sebagai sahabat yang mana sebagai teman curhat dan teman bercerita, serta jadilah orang tua yang memberikan kebebasan bagi seorang anak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
Dari kegiatan tersebut mahasiswa PPG belajar tentang menghargai keanekaragaman budaya baik lokal maupun internasional,  menanamkan nilai-nilai toleransi dalam suku, agama, ras, antar kelompok, mengenal dan mencintai diri sendiri, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan damai berdasarkan nilai pancasila dan bhineka tunggal ika. Kegiatan tersebut merupakan  upaya menciptakan guru profesional yang berkebhinekaan global
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI