Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Guru - Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Keluar dari Pikiran Negatif

12 April 2024   02:08 Diperbarui: 12 April 2024   02:24 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kondisi itu, mungkin akan muncul banyak pikiran seperti saya sekarang tidak punya siapa-siapa lagi, saya selalu gagal dalam hubungan percintaan, dan sebagainya. Di saat itu, kamu tidak perlu fokus pada pikiran tersebut, melainkan kamu fokus pada perasaan di baliknya. Mungkin kamu merasa ada kesedihan yang mendalam pada saat itu. Jika sudah, kamu bisa bilang saya mengakui kalau sekarang saya sedang sedih. 

Mungkin kedengarannya aneh, tapi latihan ini akan membuat pikiran negatif itu menghilang dan sepertinya beban berat yang menghimpit di dada kamu perlahan lahan juga terangkat. Latihan ini mungkin tidak sekali saja dilakukan, lalu selesai. Kamu mungkin perlu mengulanginya beberapa kali dengan perasaan negatif yang sama atau berbeda, hingga akhirnya kamu benar-benar melepasnya.

Ketiga, Berserah dan Melepaskan. Apakah kamu penasaran, dari mana stress berasal? Ternyata, stress itu tidak berasal dari luar diri, tapi dari dalam diri. Kejadian yang ada di luar kita hanya memicu apa yang sudah ada di dalam diri kita, perasaan yang kita tekan selama ini. 

Banyak orang yang tidak menyadari, ketika mereka berusaha menghilangkan stress yang dialami, mereka hanya fokus pada efek sampingnya saja, bukan pada penyebab stress itu sendiri. Ini sama saja kita berusaha untuk menurunkan demam tanpa mengobati infeksinya. Pada dasarnya, pikiran dan perasaan mengontrol tubuh kita. Oleh karena itu, untuk mengobati tubuh, maka pikiran dan perasaannya harus diubah terlebih dahulu.

Apa yang ada di pikiran biasanya ditunjukkan lewat tubuh kita. Ketika kita melepaskan perasaan tersebut, maka ribuan atau bahkan jutaan pikiran yang berhubungan dengan perasaan tersebut menjadi hilang. Kita melepaskan perasaan tersebut tanpa memberikan makna, menghakiminya, atau menolaknya. Kita hanya melihat perasaan tersebut, merasakannya, tanpa perlu mengubah perasaan tersebut. 

Pada dasarnya, perasaan itu tidak nyata, datang dan pergi. Itulah sebabnya kenapa kamu harus belajar bagaimana melepaskan. Biasanya, banyak orang kesulitan mencapai fase kedamaian ini karena mereka berusaha menolaknya. Mereka berusaha untuk mengontrol perasaan tersebut. Jika kamu bisa melepaskan perasaan tersebut, melihatnya datang dan pergi. Maka, kamu akan menyadari kalau perasaan tersebut bukanlah diri kamu yang sebenarnya.

Perasaan marah bukanlah diri kamu. Perasaan duka kehilangan yang mendalam bukanlah diri kamu. Perasaan takut bukanlah diri kamu. Diri kamu yang sebenarnya sedang mengamati semua perasaan tersebut. Kamu berhenti menyamakan dirimu dengan perasaan tersebut. Ini adalah kesadaran yang harus kamu raih dan tentu saja untuk mencapai di tahap ini, kamu pasti akan mengalami proses pembelajaran terus menerus. Tubuh dan pikiran terhubung satu sama lain. Ketika kita melepaskan pikiran negatif, maka secara tidak langsung, kita juga membebaskan tubuh kita dari beban pikiran yang selama ini kita pendam.

Fauzul Ikfanindika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun