Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Guru - Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Keluar dari Pikiran Negatif

12 April 2024   02:08 Diperbarui: 12 April 2024   02:24 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku ini membahas bagaimana kita bisa melepaskan emosi negatif dan terpendam yang ada di dalam diri. Poin utamanya adalah bagaimana kamu bisa menangani pikiran dan perasaanmu sendiri. Bagaimana kamu tidak menghakimi atau menolak ketika muncul emosi yang sulit atau ketika kamu berpikir negatif. Yang kamu lakukan hanya mengamati perasaan yang muncul dan membiarkan dirimu untuk merasakan seutuhnya, baik ataupun buruk.

Ketika kamu melepaskan dan tidak lagi memberikan label sesuatu adalah hal yang buruk, maka perasaan itu dapat dengan mudah dilepaskan. Pada dasarnya, setiap pikiran tidak menyakiti kita, jika kita tidak mempercayainya. Jadi, yang membuat kita menderita bukanlah pikiran itu sendiri, tapi kelekatan kita pada pikiran tersebut.

Saya merangkumnya menjadi tiga hal penting dari buku ini: pertama, cara menangani pikiran negatif. Apakah kamu pernah berada dalam sebuah perdebatan yang panas, lalu tiba-tiba ada hal yang lucu dan semua orang tertawa lepas dan merasa lebih baik terhadap masalah tersebut? Coba bayangkan perasaan tersebut muncul setiap saat, tentu saja hidup kita akan jauh lebih bahagia. 

Namun, sayangnya kenyataan tidak seperti itu. Setiap orang seperti membawa sebuah tempat penyimpanan negatif yang besar. Jumlahnya yang terus bertambah membuat hidup kita menderita dan menjadi dasar dari semua permasalahan hidup dan juga beberapa penyakit yang mungkin kita alami. Pada dasarnya, setiap orang punya caranya sendiri dalam menghadapi perasaan yang kurang menyenangkan.

David membaginya menjadi tiga hal yaitu suppression and repression, expression, dan escape. Suppression dan repression adalah kondisi di mana kamu menolak perasaan tersebut, kamu mengabaikannya seolah-olah hal tersebut tidak ada. Perbedaan mendasar antara suppression dan repression adalah suppression terjadi secara sadar sedangkan repression terjadi di alam bawah sadar. Contoh nyata dari dua hal ini adalah sifat penyangkalan atau menyalahkan orang lain.

Kedua adalah expression. Ini adalah perasaan yang kamu ungkapkan. Ternyata, perasaan yang dilampiaskan atau diucapkan tidak membuat kamu menjadi lega. Yang terjadi malah sebaliknya, kamu memberikan energi terhadap perasaan ini dan mungkin kamu memendam sebagian. Coba perhatikan, orang yang melampiaskan kemarahannya, biasanya tidak cukup sekali, malah bisa berkali-kali. Selain itu, orang yang terkena pelampiasan dari perasaanmu, sekarang dia harus menekan, melampiaskan, atau melarikan diri dari perasaan tersebut. Siklus ini yang kemudian membuat hubungan jadi retak dan berantakan.

Ketiga adalah escape. Ini adalah cara kamu menghadapi perasaan negatif dengan mengalihkan perhatian kamu. Kita berusaha menyibukkan diri kita sendiri supaya kita tidak perlu menghadapi perasaan tersebut. David juga memberikan fakta yang menarik. Banyak orang tidak menyukai kesendirian. Itulah yang menyebabkan kita selalu mencari aktivitas entah itu bersosialisasi dengan teman, chatting, bekerja, shopping, pergi ke tempat hiburan, dan sebagainya. Padahal sebenarnya, kamu butuh waktu dalam kesendirian dan harus nyaman di waktu tersebut.

Kedua, Melepas pikiran negatif. Pikiran kita pada dasarnya digerakkan oleh perasaan. Pikiran tersebut akan menciptakan pikiran-pikiran lainnya. Jadi, ketika kamu mencoba untuk berpikir bagaimana caranya keluar dari perasaan cemas, marah, atau sedih, hal ini malah membuat kamu kesulitan karena masalah utama yaitu perasaan yang menyertainya belum selesai.

Contohnya seperti ini, apakah kamu pernah merasa kalau perasaan kamu sudah baik-baik saja, tapi tiba-tiba ada orang atau kejadian yang mengingatkanmu pada perasaan buruk yang lalu dan perasaan kamu jadi kacau lagi? Jika pernah, hal ini berarti kamu belum selesai, perasaan itu masih tersimpan di dalam dirimu. Oleh karena itu, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melepasnya.

Mungkin terdengar berlawanan dengan pandangan pada umumnya kalau kita bisa sampai ke titik tertentu dalam hidup hanya dengan melepas. Kegiatan melepas emosi negatif yang terpendam malah mampu membuat kita jadi lebih baik. Cara yang bisa kamu lakukan yaitu dengan fokus pada perasaan yang muncul tanpa berusaha untuk memberikan makna. Jadi, kamu bisa meluangkan waktu untuk benar-benar merasakan perasaan yang muncul, apapun itu.

Perasaan tersebut mungkin saja sangat tidak menyenangkan. Contohnya seperti ini. Pada suatu malam, kamu diputusin oleh pacar yang sangat kamu cintai. Di waktu itu, mungkin saja kamu merasa sedih, kesepian, ataupun takut. Kamu kehilangan salah satu orang yang sangat dekat dengan dirimu dan tidak bisa bersamanya lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun