Hidup tidak selamanya mulus. Mungkin saja, suatu hari kau mengalami sebuah kejadian yang tidak terduga. Namun ini bisa jadi momen transformasi diri dan membuat kita bisa merangkul perubahan.
Halo semuanya, kali ini saya akan membahas kenapa perubahan sering kali terasa begitu menakutkan. Tulisan ini merupakan rangkuman dari video Why Change is so Scary and How to Unlock its Potential karya Maya Shankar.
Apakah kamu pernah mengalami sebuah situasi yang tidak terduga? Entah lingkungan yang tiba-tiba berubah, mengalami PHK, menjadi korban bencana, ditinggal orang yang dicintai dan sebagainya? Tentu saja tidak ada yang ingin mengalami kejadian tersebut. Namun suka atau tidak, kejadian ini bisa mengubah hidup kita secara signifikan. Apabila kamu gagal menavigasi situasi ini dengan baik, kamu bisa merasa hidupmu begitu hampa dan tidak ada gunanya lagi. Wajar saja, tidak semua orang bisa bertahan dalam situasi yang sulit.
Mungkin kamu butuh sudut pandang yang baru. Kamu melihat kejadian tidak terduga sebagai momen untuk mengubah hidup dan bertumbuh secara pribadi.
Dalam hidup, kita mungkin mengalami hal yang tidak terduga. Misalnya, kamu dari kecil suka sekali bermain sepak bola. Ketika masuk SMA, kamu berhasil masuk tim sepak bola dan memenangkan kejuaraan. Kamu merasa, kalau menjadi pemain sepak bola profesional merupakan masa depan kamu.
Tapi tiba tiba saja, kamu mengalami sebuah cedera lutut yang fatal. Dokter mengatakan, kalau kamu tidak bisa bermain sepakbola lagi. Mimpimu seketika pupus.
Cerita ini mungkin familiar, di mana ada sebuah kejadian tidak terduga, rencana kita tiba tiba harus berubah. Misalnya sebuah kecelakaan, penyakit atau bahkan sebuah hubungan yang tiba tiba berhenti. Menariknya, riset membuktikan kita akan lebih stres apabila kita diberi tahu kalau kita punya kemungkinan 50% menerima sengatan listrik daripada bila kita diberi tahu kalau kemungkinannya 100%.
Aneh kan? Kita lebih memilih mengetahui 100% hal buruk terjadi pada kita daripada ketidakpastian. Berubah itu sulit karena berhubungan dengan kehilangan. Jika dilihat dari definisinya, kita mengubah cara lama menjadi cara baru. Dan ketika kita mengalami perubahan bukan atas keinginan sendiri, kita mungkin merasa hidup yang kita jalani jadi terbatas. Di sisi lain, ketika ada kejadian tidak terduga, hal ini juga mendorong perubahan.
Kita menjadi orang yang berbeda. Apa yang mampu kita lakukan, apa yang kita hargai dan bagaimana kita mendefinisikan diri kita. Semuanya bisa berubah. Nah, jika kita bisa belajar untuk perhatikan perubahan internal ini, kita mungkin akan menyadari bahwa alih alih membatasi diri, perubahan justru bisa membuat kita jadi bertumbuh.
Jadi, ketika muncul kejadian tidak terduga, coba tanyakan ketiga hal ini ke dirimu sendiri.
Pertama, bagaimana perubahan pisa mengubah apa yang bisa kamu lakukan?
Ada sebuah kisah menarik dari seorang wanita bernama Christine Haw, pada saat umurnya 24 tahun, Christine didiagnosa menderita penyakit autoimun langka yang membuatnya buta. Pada saat itu dirinya sedang belajar memasak masakan Vietnam yang dia sukai saat masih kecil. Tapi kondisinya yang baru membuat aktivitas memasak yang mudah terasa begitu sulit.
Puncak frustasinya adalah saat dia kesulitan membuat sandwich dengan isian kacang dan jelly. Saking kesalnya, Christine melempar makanan tersebut. Saat itu, dia merasa penyakit ini sudah membatasi masa depannya.
Tapi karena dia tinggal sendiri, mau tidak mau dia harus belajar berdamai dengan keadaan. Christine mulai belajar memotong jeruk pertama kali dan memasak telur tanpa gosong. Semakin lama Christine menghabiskan waktu di dapur, dia baru sadar kalau memasak itu bukan hanya soal visual, tapi merupakan aktivitas multi sensorik.
Walaupun dia tidak bisa melihat bawang putih yang sudah kecoklatan ketika dimasak, tapi dia bisa mencium aromanya dan suara desis bawang di panci tersebut.
Hingga akhirnya Christine mengikuti kejuaraan masak master chef dan menjadi kontestan tunanetra pertama. Hebatnya lagi dia berhasil memenangkan kejuaraan itu. Ketika menghadapi sebuah kejadian buruk, kita seringkali meremehkan kemampuan diri untuk bisa beradaptasi pada lingkungan yang baru. Padahal seseorang yang mengalami kejadian yang tidak terduga telah berubah. Dirinya yang baru bukanlah dirinya yang lama. Bahkan Christine sekarang bisa berolahraga snowboarding dan panjat tebing di akhir pekan.
Kedua, bagaimana perubahan bisa mengubah nilai yang kamu anut?
Apakah kamu pernah mengalami patah hati? Mayoritas orang mungkin pernah. Ketika seseorang mengalami patah hati, kita punya kecenderungan untuk berusaha melakukan aktivitas apapun untuk keluar dari situasi tersebut. Ada yang pergi liburan, ada yang potong rambut, ada yang mulai diet dan berbagai cara lainnya.
Tapi mungkin saja kamu sudah mencoba semuanya. Namun rasa sakit akibat patah hati masih tetap ada di sana. Bagaimana jika yang kamu butuhkan adalah sudut pandang yang berbeda? Bagaimana jika ternyata patah hati bukanlah sesuatu yang butuh solusi, bukan juga sesuatu yang butuh alasan kenapa hubungan tersebut gagal?
Bahkan menurut riset, ketika kita berhenti mencari alasan kenapa sebuah hubungan gagal, kita justru jadi punya kesempatan untuk mulai menikmati kebahagiaan dan cinta di masa depan.
Ketiga, bagaimana perubahan bisa mengubah kamu mendefinisikan siapa dirimu?
Maya bercerita pengalamannya sendiri saat masih kecil, dia bercita-cita untuk jadi pemain biola profesional. Namun saat maya berusia 15 tahun, dia mengalami cedera serius saat berlatih dan apabila diteruskan maka bisa mengakibatkan cacat permanen. Sejak saat itu, mimpinya untuk menjadi pemain biola profesional telah usai.
Ketika cedera itu merenggut mimpinya, Maya sadar kalau dirinya sedih karena kehilangan dirinya sendiri. Wajar saja biola selama ini telah mendefinisikan siapa dia. Dan tanpa biola, dia tidak tahu lagi siapa dirinya saat ini dan siapa dirinya di masa depan. Maya merasa terjebak. Fenomena ini dikenal sebagai identity paralysis. Hal ini terjadi di banyak orang ketika mereka menghadapi ketidakpastian.
Apa yang harus kita lakukan? Mungkin kita perlu melihat kembali hubunganmu dengan mimpi tersebut.
Maya menyadari kalau yang membuat dirinya rindu bermain biola, bukanlah soal biola itu sendiri. Tapi kenyataan bahwa musik memberikan dia sarana untuk terhubung dengan orang lain secara emosional.
Maya ingat ketika kecil dirinya merasa bangga ketika bermain biola di depan banyak orang, dan mereka semua merasakan perasaan yang sama. Inilah yang akhirnya membuat dia punya arah yang baru. Sekarang, bukanlah biola atau menjadi seorang ilmuwan yang merupakan profesinya saat ini mendefinisikan siapa dia, tapi identitasnya justru dihubungkan pada kecintaannya terhadap hubungan antar manusia dan rasa saling memahami. Maya tidak lagi mendefinisikan siapa dirinya berdasarkan apa yang dia lakukan. Tapi pada kenapa dia melakukannya.
Ingat, kejadian tidak terduga muncul dalam hidup kita, tidak peduli apakah kita suka atau tidak. Ketika kejadian itu muncul, hidup bisa terasa sangat menderita. Namun, yang bisa kita lakukan adalah terbuka atas perubahan tersebut. Hal ini bisa membantu kita bertumbuh sebagai pribadi yang lebih baik, dan menavigasi dalam kondisi di tengah badai.
Editor : Fauzul Ikfanindika
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI