Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Guru - Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Negara "Cerdas", Apa Rahasianya?

20 Agustus 2023   11:23 Diperbarui: 20 Agustus 2023   12:17 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahasia keberhasilan pendidikan terletak pada profesi guru dan lingkungan pendidikan yang mendukung.

Sahabat, kali ini saya akan membahas tentang buku Cleverlands karya Lucy Crehan. Buku ini menjelaskan apa rahasia dibalik anak yang cerdas di berbagai negara. Apa saja? Mari kita awali dengan Finlandia, Jepang dan China.

Selama bertahun-tahun, siswa Finlandia, Jepang, dan China secara konsisten mendapat nilai tinggi pada tes kecerdasan internasional yang disebut PISA. Apa rahasianya? Bagaimana anak bisa membaca, mengerjakan matematika dengan mahir dan mampu mengimplementasikan apa yang mereka ketahui pada kehidupan sehari-hari? Pertanyaan ini membuat banyak orang penasaran, termasuk penulis.

Sebagai gambaran, penulis buku adalah seorang guru di sebuah sekolah yang prestasi akademisnya tidak terlalu baik karena letaknya di inner city, sebuah tempat yang dekat dengan pusat kota dimana masyarakat yang tinggal disana sering mengalami kesulitan ekonomi dan kesulitan sosial.

Keterbatasan ini mendorong penulis untuk pergi ke 5 negara yang dianggap memiliki pendidikan terbaik dan menghabiskan waktu hampir sebulan. Harapannya bisa belajar bagaimana mereka mendidik siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang baik. Saya meringkasnya dalam tiga hal penting dari buku ini.

Pertama, rahasia pendidikan yang sukses. Penulis memulai bukunya dengan sebuah pengalaman di Finlandia. Pada tahun 2012, Finlandia adalah satu-satunya negara non-Asia dengan skor kecerdasan tertinggi dalam tes internasional. Anak-anak di Finlandia mulai bersekolah pada usia 7 tahun. Ini adalah usia yang cukup tua dibandingkan Indonesia.

Satu penelitian menemukan bahwa memulai sekolah 2 tahun lebih lambat daripada anak-anak di negara lain bukanlah halangan untuk bisa melek huruf. Dan saat anak-anak itu berusia 15 tahun, mereka tidak ketinggalan dengan anak-anak negara lain. Sebelum bersekolah, anak-anak Finlandia didorong untuk bermain secara terstruktur, yang pada akhirnya guru dapat mengajari mereka kreativitas, mendorong perilaku tertentu, atau mengembangkan keterampilan.

Salah satu hal yang menarik yaitu bahwa setiap sekolah menengah di Finlandia harus memiliki tim perlindungan anak dengan tujuan menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi siswa untuk belajar dan tumbuh, melindungi kesehatan mental mereka, mencegah pengucilan sosial dan meningkatkan kebahagiaan mereka di sekolah. Setiap hari Minggu, kelompok ini bertemu dengan wali kelas untuk membahas pelajaran tertentu atau bisa juga berdiskusi jika ada anak yang membutuhkan perhatian lebih.

Finlandia sangat mementingkan profesi guru. Para guru di sana adalah profesional yang sangat berkualitas dan dihormati. Mengajar adalah profesi yang populer dan universitas dapat memilih kandidat yang paling dinamis dan berbakat. Profesi guru berstatus tinggi dan guru memiliki otonomi dalam pekerjaannya. Karena sistem Finlandia lebih menekankan kepercayaan daripada kontrol. Hal inilah yang membuat para guru di sana memiliki motivasi intrinsik yang kuat, sehingga memiliki semangat yang besar untuk mengajar.

Di Jepang, salah satu tujuan utama sekolah adalah untuk mengajarkan karakter. Sejak kecil, siswa menghabiskan waktu bertahun-tahun di sana sebagai bagian dari kelompok. Mereka belajar menjadi anggota kelompok, bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan kelompok, dan bekerja dalam kelompok. Keluarga di Jepang juga menunjukkan dukungan yang kuat untuk pendidikan. Para Ibu di Jepang, diharapkan untuk cuti bahkan pensiun selama kehamilan dan mengabdikan hidup mereka untuk membesarkan anak-anak mereka. Di sisi lain, pihak sekolah akan selalu menegur orang tua jika anaknya tidak mengerjakan PR, karena hal tersebut dianggap sebagai tanggung jawab orang tua.

Kedua, motivasi pribadi untuk belajar. Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, pernah berkata bahwa nobody owes us a living. Frasa ini mungkin merujuk pada masa ketika rakyat Singapura belum merdeka, yang masih bergantung pada kekuatan asing untuk melindungi mereka. Prinsip ini menjadikan orang Singapura mandiri dan pekerja keras.

Tanggung jawab pribadi yang kuat juga tercermin dalam pendidikan di Singapura. Sekolah di sana sangat kompetitif dan les privat adalah suatu bisnis yang menjanjikan. Anak-anak biasanya diawasi belajar hingga pukul 22.00 atau bahkan lebih karena kesulitan ujian meningkat setiap tahunnya. Tentu saja, alasan utama Singapura memiliki sistem pendidikan yang kuat adalah karena negara tersebut berhenti menjadi bagian dari Federasi Malaysia pada tahun 1965. Tanpa sumber daya alam, pendidikan adalah satu-satunya cara Singapura untuk mencapai kemakmuran. Orang tua pun mengusahakan yang terbaik agar anaknya bisa masuk universitas bergengsi, dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Sedangkan di China, nilai pendidikan sedikit berbeda. Di sana, kata-kata yang dijunjung tinggi yaitu siapa pun bisa belajar, kesuksesan tidak datang dari bakat, tetapi dari usaha. Hal inilah yang memotivasi siswa di China untuk memiliki etos belajar yang tinggi. Misalnya, mereka selalu menunjukkan sikap yang gigih dalam setiap mengikuti pembelajaran.

Ketika menghadapi tes dan mengalami penurunan nilai, tidak membuat mereka menyerah. Sebaliknya, malah menjadi pendorong bagi mereka untuk belajar lebih keras lagi. Hal ini juga didukung dengan metode pengajaran yang berbeda. Guru di China lebih menghargai usaha dan kerja keras daripada kesuksesan itu sendiri. Kegagalan dipandang sebagai kesempatan untuk melakukan perbaikan. Siswa di sana juga memiliki siswa lain sebagai panutan, dan para siswa menginginkan untuk menjadi seperti mereka. Dengan cara mengikuti strategi belajarnya, atau sekadar belajar lebih keras lagi. Ada keyakinan kuat bahwa dengan kerja keras, siapa pun bisa mendapatkan nilai bagus dalam studinya.

Ketiga, belajar dari kesuksesan negara lain. Apa yang membuat sistem pendidikan yang baik?

Pertama, siapkan anak-anak untuk sekolah. Setiap negara memiliki metode yang berbeda-beda, ada yang menunda usia masuk agar anak bisa belajar banyak kecakapan hidup di luar jam sekolah. Ada juga orang yang memberikan banyak tekanan untuk mendorong anak-anak belajar. Namun, tidak peduli metode apa yang mereka gunakan, mereka tidak akan membiarkan seorang anak masuk ke sekolah tanpa persiapan.

Kedua, kurikulum untuk menjadi ahli. Kesamaan yang dimiliki oleh negara-negara dengan skor kecerdasan tertinggi adalah bahwa kurikulum mereka berfokus pada kedalaman materi daripada berfokus pada jumlah materi. Siswa harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang suatu konsep sebelum guru akhirnya beralih ke topik lain. Bahkan di negara-negara seperti Jepang, China, dan Singapura, mereka menekankan supaya konsep tersebut dapat melekat dalam memori jangka panjang.

Ketiga, menjunjung tinggi martabat profesi guru. Saya pikir itu poin yang paling penting. Di negeri mereka, profesi guru merupakan profesi yang bergengsi dan disegani di masyarakat. Di sisi lain, guru juga berpenghasilan tinggi. Hal terakhir inilah yang mendorong para guru untuk memiliki motivasi intrinsik yang kuat dalam mengajar dan semangat yang luar biasa.

Oke, apa kesimpulannya?

Pertama, berikan siswa bantuan saat dibutuhkan. Ketika seorang siswa membutuhkan perhatian lebih, kebutuhan itu harus dipenuhi. Hal inilah yang pada akhirnya mendorong anak untuk siap sekolah.

Kedua, motivasi belajar yang tinggi. Seorang anak harus didorong untuk memiliki tanggung jawab pribadi yang kuat dan semangat untuk belajar. Itulah yang membuat mereka menganggap kegagalan bukan sebagai akhir tetapi sebagai ruang untuk berkembang.

Ketiga, melindungi profesi guru. Negara-negara dengan pendidikan tinggi menghormati profesi guru. Profesi ini tidak hanya memberikan penghasilan yang baik, tetapi juga merupakan salah satu profesi yang dihormati dan dikagumi oleh masyarakat.

Editor : Fauzul Ikfanindika

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun