Mohon tunggu...
FAUZUL IKFANINDIKA
FAUZUL IKFANINDIKA Mohon Tunggu... Guru - Redaktur

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengajar Seperti Finlandia

17 Agustus 2023   14:39 Diperbarui: 17 Agustus 2023   14:45 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timothy D Walker menyadari bahwa kesejahteraan siswa dan guru menjadi penting dan tidak bisa dikorbankan.

Halo sahabat apa kabarnya hari ini? Semoga selalu dalam kondisi yang sehat luar biasa dan senantiasa berbahagia, jumpa lagi dengan saya Fauzul Ikfanindika. Dan jika kita sudah bertemu pastinya kita akan melakukan sesuatu yang menarik. Hari ini kita akan membahas tentang sebuah buku, buku yang akan saya bahas ini menarik sekali. Kali ini kita akan mendiskusikan dan membahas tentang dunia pendidikan. Apa bukunya?

Ya bukunya berjudul Teach Like Finland atau mengajar seperti di Finlandia. Di sini bukunya ditulis oleh Timothy D Walker, salah seorang pengajar di Sekolah Dasar di Arlington, Amerika, yang sudah pasti cukup familiar dengan sistem pendidikan yang ada di Amerika ketika itu. Namun kemudian dia berpindah mengajar ke sebuah sekolah yang ada di Finlandia, ya Finlandia. Mungkin sahabat sudah sering dengar ya?

Kalau di buku ini, dibahas bahwa Finlandia adalah negara yang mengejutkan negara-negara lain di seluruh dunia karena anak-anak atau siswa-siswi nya yang berusia 15 tahun mencatatkan skor tertinggi di dalam PISA yaitu Programme for International Student Assessment pada tahun 2001. Mungkin sudah mulai penasaran, ada apa sih?

Seperti yang sebelumnya sudah saya sempat jelaskan, di awal buku ini akan menceritakan perjalanan seorang Timothy D Walker. Yaitu seorang guru yang awalnya bekerja dan mengajar di Amerika dan kemudian dia memutuskan untuk pindah bersama istrinya yang juga orang Finlandia ke sebuah sekolah yang ada di Finlandia. Nah, proses transisi yang dilakukan oleh Timothy D Walker dari dua jenis sistem pendidikan inilah yang banyak diceritakan dan menjadi core of the core dari buku ini.

Salah satu contohnya adalah di buku ini dikisahkan tentang Timothy D Walker yang di awal mengajar sebagai guru sering kali kewalahan, dia diharuskan sudah tiba di sekolah setengah tujuh pagi dan selesai mengajar pun dia masih disibukkan dengan banyak sekali urusan administratif, dan itu yang kadang kali mengharuskan dia untuk pulang hingga larut malam.

Inilah yang membuat dia merasa kewalahan dan stres saat itu dan kemudian dia dihadapkan pada sistem pendidikan di Finlandia, di mana pada saat itu guru-guru sekolah di Finlandia hanya bekerja selama 6 jam. Itu dihitung dengan satu sampai dua jam mempersiapkan kelas. Dan ketika setelah mereka selesai mengajar, mereka pun langsung pulang dan meninggalkan pekerjaannya di sekolah masing-masing.

Nah, pergolakan batin yang dialami oleh Timothy D Walker ketika proses transisi dua sistem yang berbeda inilah yang juga akan dibahas cukup menarik di buku ini. Dan selain itu juga masih banyak lagi kisah-kisah menarik lainnya. Mungkin sahabat juga sudah mulai penasaran gambaran bukunya nanti seperti apa. Secara umum buku ini nanti akan menceritakan lima hal penting atau lima strategi yang menjadi inti dari pengalaman Timothy D Walker selama lima tahun mengajar di Sekolah Dasar yang berada di Finlandia.

Dan di sini dia menemukan lima hal penting atau lima strategi yang dapat dilakukan oleh para pendidik lain di seluruh dunia untuk bisa membuat sebuah pembelajaran yang menyenangkan dengan hasil yang efektif. Salah satu contohnya adalah di sekolah Helsinki para siswa dan para guru sering mendapatkan jam istirahat 15 menit.

15 menit yang cukup sering ini dijadikan siswa-siswi untuk bermain bersama teman-temannya dan para guru pun terlihat santai untuk menikmati istirahat mereka. Ada yang ngobrol bersama guru-guru lainnya dengan santai, ada yang menyeruput kopi, ada yang membaca koran dan sebagainya. Namun, hal ini menurut Timothy D Walker adalah hal yang sangat aneh.

Setahun pertama ia berada di sekolah. Dia mempergunakan waktu istirahat tadi untuk terus bekerja karena terbiasa dengan pola kerja yang ada di Amerika. Siswa-siswinya istirahat, guru-gurunya istirahat, dia sebagai guru terus bekerja. Ternyata ini menghasilkan dampak negatif bagi dirinya. Dia tertekan dan stres hingga akhirnya dia ditegur oleh sahabat guru yang lain. Dia mengatakan bahwa ketika kita ingin mengerjakan sesuatu, jangan sampai kesejahteraan kita dikorbankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun