Mohon tunggu...
Fauzul Akbar
Fauzul Akbar Mohon Tunggu... Aktor - Penyintas Kallmann Syndrome

Berproses Menuju Meningkatkan Kreatifitas

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menghadapi Tantangan Mengalami Gangguan Pubertas: Berakhir Infertilitas

24 Juni 2023   17:07 Diperbarui: 24 Juni 2023   17:15 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Fauzul Akbar

Kisah Inspiratif Penyintas Kallmann Syndrome

Setiap individu memiliki cerita hidupnya masing masing, dan cerita saya ini akan merasa memiliki makna perjuangan dalam menjalani kehidupan yaitu Kisah Seorang Penyintas Kallman Syndrome yang memiliki tantangan mengalami gangguan pubertas hingga berakhir infertilitas. Dalam artikel ini, akan mendalami sebuah perjalanan Fauzul yang penuh dengan ketabahan, keberanian, dan semangat untuk tetap bangkit meskipun menghadapi berbagai rintagan dalam hidupnya.

Mengenal Kallmann Syndrome

Kallmann Syndrome adalah sebuah kelainan genetik yang jarang terjadi yang mempengaruhi tumbung kembang, perkembangan seksual dan reproduksi. Pada kondisi ini, produksi hormon di hipotalamus terganggu, menyebabkan penundaan atau tidak terjadinya pubertas pada penderitanya.

Perjalanan Penyintas

Fauzul Akbar, Pria kelahiran 08 oktober 1996. 

Dari masa remaja, saya mulai menyadari bahwa memiliki gangguan keterlambatan pubertas,lalu saya abaikan dikarenakan minim informasi terkait gangguan pubertas saat remaja di tahun 2007 -2011. Saya mulai gelisah di usia 20 tahun karena belum berfungsinya organ reproduksi pria dan ukuran penis juga kecil. Lalu di usia 20 tahun di tahun 2016, saya memeriksakan ke dokter spesialis urologi di kota bekasi, dilakukan pemeriksaan fisik, dinyatakan mikropenis dan dirujuk ke RS di Jakarta akan tetapi staf medis berkata : "untuk biaya tidak tercover oleh jaminan kesehatan , karena berhubungan dengan infertilitas."

Lalu setelah 2016 terhenti melanjutkan pengobatan

Usia 22 tahun atau di tahun 2018  melanjutkan pengobatan dengan menggalang dana. Terkumpul dana sekitar Rp. 12.723.745 untuk melanjutkan pengobatan di Rumah Sakit di Jakarta Selatan tidak menggunakan jaminan kesehatan nasional, saat disana saya konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes, ditangani oleh dokter senior. Pemeriksaan pun dilakukan dengan pemeriksaan seperti pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan hormon reproduksi, rontgen tangan dan otak. Setelah hasil pemeriksaan keluar, bertemu lagi untuk sesi konsultasi dan di diagnosa hipogonadisme dan dirujuk ke dokter spesialis Andrologi.

Setelah itu, Januari 2019 saya konsultasi dengan dokter spesialis andrologi

Dokter spesialis andrologi merupakan profesional medis yang memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman pada masalah reproduksi pria, gangguan hormonal, dan masalah kesehatan pada pria.

Saya konsultasi dengan dokter andrologi di sebuah Rumah Sakit bertaraf internasional di daerah jakarta pusat tentunya tidak menggunakan jaminan kesehatan nasional. Setelah bawa hasil dari rumah sakit sebelumnya, di diagnosa hipogonadisme, diberikan injeksi hormon testosteron "nebido" dan diberitahu untuk datang kembali untuk suntik dengan jarak 6 minggu. Dan setelah 6 minggu berlalu, saya konsul dengan beliau untuk mendapatkan injeksi hormon testosteron nebido tersebut.

Lalu terhenti kembali dikarenakan biaya pengobatan sudah habis dari penggalangan dana

Mampu Bangkit Kembali Untuk Pengobatan Tertunda Hingga Terdiagnosa Akhir

Langkah terkahir ternyata tidak sengaja bisa melanjutkan pengobatan menggunakan jaminan kesehatan nasional, berawal di tahun 2020, saya diberikan sebuah penyakit kronis yaitu Fatty Liver yang memungkinkan dirujuk ke Rumah Sakit khusus angkatan darat di daerah Jakarta Pusat, awalnya dirujuk ke spesialis penyakit dalam gastro. Lalu saya mengutarakan memiliki gangguan pubertas, dirujuk lah ke bagian spesialis penyakit dalam endokrin metabolik. Saya bertemu dengan dokter yang sangat amat baik yaitu dr. Susie Setyowati, Sp.PD-KEMD saya melakukan pemeriksaan ulang hingga operasi biopsi testis hingga akhirnya di diagnosa akhir Kallmann Syndrome atau Hipogonadisme Hipogonadotropik.

Kallmann Syndrome adalah kondisi penyakit langka yang mempengaruhi sistem reproduksi dan penciuman pada seseorang. Kallmann Syndrome ditandai dengan gangguan perkembangan pubertas dan rendahnya produksi hormon reproduksi seseorang.

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi

Setelah terdiagnosa akhir, saya rutin diresepkan injeksi hormon testosteron Sustanon oleh dokter hingga aku dirujuk ke RS Rujukan Nasional hingga kini. Mulai ada perubahan fisik dan suara dan membuat saya percaya diri kembali tetapi ada rasa takut akan infertilitas akibat memiliki kallmann syndrome ini membuat saya pernah merasa terpuruk.

Namun, saya terus berupaya melawan ketakutan dan menggenggam harapan sebagai batu pijakan untuk melanjutkan hidup ini.

Tak apa, memiliki infertilitas. Saya masih memiliki makna dalam kehidupan ini untuk terus berjuang.

Akhir Kata Dalam Perjalanan Panjang Seorang Penyintas Kallmann Syndrome

Saya ternyata memiliki kekuatan terpendam dalam penerimaan diri ini yang unik. Belajar untuk melihat hal unik dari dirinya, serta belajar melihat beraneka ragam manusia dengan kisahnya masing masing. Saya disini juga sedang menyebarkan informasi untuk bagi orangtua memiliki anak remaja tak kunjung mengalami tanda tanda pubertas/berfungsinya organ reproduksi agar memeriksakan kesehatannya ke dokter.

Meskipun saya mengalami kesulitan yang besar, tetapi ia berhasil menemukan makna hidup baru dan semoga kisah ini menjadi sumber informasi bagi mereka yang mengalami hal yang sama yaitu gangguan pubertas untuk dapat memeriksakan diri ke dokter.

Masa masa terpuruk dapat memberi kita ketangguhan dan keberanian yang dapat membawa kita melewati masa mas sulit dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun