Mohon tunggu...
Fauzul Mutmainah
Fauzul Mutmainah Mohon Tunggu... -

pshycology student UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

HANDICAPPED GIFTED

16 Juni 2015   20:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   05:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 

Fauzul Mutmainah (12410142)

Kelas X

Banyak fakta yang menulis beberapa keberbakatan anak, baik dalam penjaringn maupun pendidikan untuk anak berbakat, hal ini tentunya secara general dan masih jarang yang untuk anak berkebutuhan kusus. Dalam hal ini saya ingin memaparkan sedikit tentang seseorang yang cacat sekligus berbakat, orang ini biasa disebut handicapped gifted. Setelah saya membaca beberapa leteratur saya menemukan ternyata tidak hanya anak yang normal yang memiliki bakat, namun adapula seorang yang cacat memiliki bakat, dan bahkan bisa luar biasa ketika bakat tersebut diasah. Seperti contohnya di masyarakat atlet yang tunadaksa, Anthony Robles dari Arizona State University hanya memiliki satu kaki, tapi itu tidak menghentikan dia dari menjadi juara nasional gulat kelas berat. Lahir dengan satu kaki, Robles mengambil kelas 125-pounds dengan 7-1 kali menang atas juara bertahan Matt McDonough of Iowa (http://gombong-guid.com/archives/gombong-7-orang-cacat-fisik-yang-menakhlukan-dunia.html/diaksses 15 juni 2015). Hal ini membuktikan bahwa bakat yang luarbiasa bisa lahir tanpa memandang keterbatasan fisik seseorang.

Menurut Yewchuk & Lupart (dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010) gifted handicapped adalah individu yang memiliki kemampuan luar biasa atau potensi yang dapat mencapai performa yang tinggi, meskipun tidak memiliki kemampuan luar biasa atau potensi yang dapat mencapai performa yang tinggi, meskipun tidak memiliki kemampuan, seperti pendengaran, penglihatan, mengalami kerusakan tulang, mengalami gangguan emosional, atau kesulitan belajar. Carl menyatakan (dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010)  terminologi gifted handicapped mengacu pada anak-anak yang memiliki dua set karakteristik yaitu berbakat dan cacat. Mereka mengalami satu atau beberapa kondisi spesifik namun memiliki bakat baik itu dari hasil latihan maupun bakat alamiah.

Karakteristik gifted handicapped menurut Adilia Lutfi (dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010) adalah sebagai berikut:

  1. Perfeksionis
  2. Hipersensitif
  3. Kurangnya keterampilan social
  4. Terisolasi secara social
  5. Ekspektasi diri yang tidak realistis
  6. Harga diri rendah
  7. Hiperaktif
  8. Mudah terpecah konsentrasinya
  9. Psikomotor tidak efisien
  10. Tidak ada pemusatan perhatian secara kronus
  11. Frustasi oleh tuntutan kelas
  12. Gagal menyelesaikan tugas secara utuh
  13. Bersikap kritis yang berlebih-lebihan terhadap diri atau oranglain
  14. Menantang metode pengajaran yang repetisi
  15. Meremehkan tugas yang harus dilakukan
  16. Dominan dalam diskusi
  17. Peka terhadap suatu area

Sangat sulit mengidentifikasi anak handicapped gifted ada beberapa hal yang menghambat identifikasi anak cacat yang berbakat yaitu

  1. Handicapping effects

Kondisi cacat dapat menyamarkan potensi dan kemampuan anak sebenarnya, dan menghalangi ekspresi dari karakteristik-karakteristik yang menampakkan keberbakatan (Gergen, dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010).

  1. Prosedur identifikasi yang tidak sesuai

Tiga prosedur yang sering dipakai untuk identifikasi program anak berbakat, yaitu nominasi guru, tes-tes prestasi, dan tes IQ. Terkadang pemberian prosedur ini tidak sesuai dengan objek identifikasi ( Cox, Daniel, & Boston dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010).

  1. Kurangnya tenaga professional

Guru-guru, psychologists, dan pihak lain yang bekerja di lapangan, tidak cukup terlatih untuk mengidentifikasi anak handicapped yang berbakat (karnes & Johnson dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010).

Untuk memastikan potensi keberbakatan yang dimiliki siswa, tidak ada cara terbaik selain pemeriksaan psikologik. Hasil pengammatan orang tua, guru dan orang sekitarnya akan diperkuat dugaannya oleh psikolog. Hal ini disebabkan karena psikolog memiliki metode dan instrument untuk menggali potensi, kecerdasan dan bakat individu. Sekolah yang bermutu baik, senantiasa memiliki psikolog sekolah ( http://portal.cbn.net.id / diakses 15 juni 2015)

Anak cacat yang berbakat sangat membutuhkan intervensi. Mereka akan merespon positif terhadap lingkungan pendidikan yang menantang, menarik minat, dan terstruktur sehingga dapat mandiri dan membangun keunggulannya.

Siswa harus didukung untuk mengoptimalkan potensi dengan menggunakan program intervensi yaitu:

  1. Individualized education Program

Program pendidikan individual dibuat oleh tim yang mendapat beberapa masukan dari guru dan orangtua berdasarkan pada kekuatan atau keunggulan yang dimiliki anak.

Tim yang terdiri dari mereka yang memiliki latar belakang pendidikan khusus dan guru anak berbakat, akan bekerjasama membuat perencanaan dan pelaksanaan IEP tersebut. Anak-anak yang mempunyai cacat penglihatan, pendengaran, ataupun fisik, namun sekaligus tergolong anak berbakat, dapat menggunakan kekuatan intelektualnya untuk mempelajari keterampilan lain yang dapat mengkompensasi kekurangan dirinya (Reni Akbar & Hawadi, 2010).

  1. The Retrievel and Acceleration of Promising Young Handicapped and Talented (RAPYHT) project

Isi program utama RAPYHT adalah memasukkan satu set material yang didesain untuk menstimulasi kreativitas, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan evaluasi berpikir baik di kelas dan di rumah. Aktivitas ini dilakukan untuk memberikan semangat rekognisi dan mengeluarkan bakat dan talenta pada anak handicapped yang berbakat (Yewchuk & Lupard, dalam Reni Akbar & Hawadi, 2010)

  1. Enrichment programming

Komponen utama suksesnya program Enrichment pada anak/ murid berbakat yang kesulitan belajar, mencakup beberapa hal yaitu:

  1. Perkembangan mode alternatif untuk berfikir dan berkomunikasi
  2. Menggunakan strategi untuk mengidentifikasi area yang diminati (termasuk psikometri dan sumber-sumber informsi yang dinamis).
  3. Menggunakan aktivitas-aktivitas yang memotivasi
  4. Menggunakan metode-metode instruksional student friendly
  5. Program remedial

Pendidikan khusus yang konvensional lebih berfokus pada program remedial daripada pengembangan sebagai kompensasi untuk keunggulan siswa. Guru-guru anak berbakat dapat memberikan instruksi tambahan dengan menggunakan keunggulan-keunggulan anak. Hal ini dilakukan untuk menangkap minat-minat anak dan memotivasi mereka agar dapat mengikuti pelajran yang lebih tinggi dan persisten dalam tugasnya ( Reni Akbar & Hawadi, 2010).

 

Daftar Purtaka

Akbar Reni dan Hawadi. 2010. Menguatkan Bakat Anak . Jakarta:Grasindo

Mangunsong, Frida. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Depok: LPSP UI.

http://portal.cbn.net.id / diakses 15 juni 2015

http://gombong-guid.com/archives/gombong-7-orang-cacat-fisik-yang-menakhlukan-dunia.html/diaksses 15 juni 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun