Daerah yang cocok untuk pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia berada di daerah pesisir pantai atau pegunungan. Data yang didapat dari BMKG, menunjukkan 50 lebih lokasi yang memiliki kecepatan angin sekitar 3 -- 5 m/s sehingga cocok untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin skala kecil dan menengah (Syahrul, 2008). Untuk mendapat kecepatan angin yang lebih besar perlu menambah ketinggian untuk mendapatkan tenaga listrik yang lebih besar. Pada pembangkit listrik tenaga angin terdapat beberapa komponen utama untuk menunjang pembangkit diantaranya, rotor, transmisi, generator dan tower. Pada Gambar 1 menunjukkan rancangan unit kincir angin.
Sumber : Faiz, dkk, 2014
      Rotor merupakan bagian terpenting dalam PLTB yang menentukan nilai efisiensi yang bergantung pada jenis turbin. Karakteristik rotor yang diharapkan adalah memiliki nilai efisiensi tinggi, stabil, ringan, kuat, tahan cuaca dan karat. Ketinggian tower menentukan kecepatan angin yang diperoleh. Transmisi pada turbin angin skala besar harus memiliki bahan tahan karat dan efisiensinya tinggi, sedangkan untuk turbin angin skala kecil terutama di pedesaan sedang dikembangkan tanpa konfigurasi transmisi. Komponen terakhir dari PLTB adalah generator yang bekerja dengan prinsip magnet induction dan left-hand rule.Â
Secara umum generator dibagi menjadi generator AC dan DC. Prinsip kerja energi angin dibagi menjadi dua tahap konversi, pertama aliran angin akan menggerakan rotor (baling-baling) yang menyebabkan rotor berputar selaras dengan arah angin yang kemudian putaran rotor dihubungkan dengan generator sehingga menghasilkan listrik (Yunginger dan Sune).
Pada perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan arah sumbu yaitu turbin angin horizontal dan vertikal. Turbin angin dengan sumbu horizontal mempunyai sudu yang berputar seperti halnya propeler pesawat terbang sedangkan turbin angin dengan sumbu vertikal sudunya berputar dalam bidang yang paralel dengan tanah seperti mixer kocokan telur. Berbagai jenis turbin angin ditunjukkan oleh Gambar 2.
      Beberapa wilayah Indonesia yang memiliki potensi energi angin yang cukup besar diantaranya Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Pantai Selatan Jawa, dan Karimun Jawa (Rachman, 2012). Aplikasi turbin angin di beberapa pedesaan Indonesia sudah mulai berjalan.
Di desa Bulak Baru dan Kalianyar, Jepara telah dioperasikan 40 unit lebih turbin angin dengan kapasitas 0,07 -- 2,5 kW dan di wilayah Sumbawa timur, Pulau Buton dan Selayar telah dioperasikan sekitar 500 unit turbin angin dengan kapasitas 0,1 -- 0,3 kW. Di Tanglad, Nusa Penida, Bali telah dipasang turbin angin (2 x 10 kW) yang dikombinasikan dengan sel surya (2x 9,7 kW) dan diesel (2 x 40 kW) yang sudah beroperasi sejak akhir November 1993 dengan produksi energi 200 kWh/hari (Syahrul, 2008). Tahap pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) di Indonesia memiliki target pada tahun 2020 terpasang 128 MW dengan pengurangan emisi CO2 sebanyak 100,736 ton dengan investasi sebesar 512 juta dolar. Pengembangan pembangkit listrik tenaga angin ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2. Tahap pengembangan PLTB hingga tahun 2025
Rachman, Akbar. 2012. Analisis dan Pemetaan Potensi Energi Angin di Indonesia. Depok : Universitas Indonesia