Ni Luh Niek Adryani 1, Fauziyah Rofifatul Huda2, Azizah Sukma Lastyaningsih3,Kayla Yasmin Dyah Marthalia4
      Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS) telah muncul sebagai metode inovatif dalam rehabilitasi dan peningkatan kinerja fisik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahdieh, Zolaktaf, dan Karimi, DNS terbukti efektif dalam meningkatkan gerakan fungsional (functional movements, FMs) yang sangat penting untuk mencegah cedera dan meningkatkan performa olahraga.Â
Artikel ini akan membahas temuan utama dari penelitian tersebut serta implikasinya bagi praktik rehabilitasi dan kebugaran (Mahdieh et al., 2020). Pengembang DNS adalah Profesor Pavel Kolar, PT, PhD, seorang fisioterapis Ceko yang telah dipengaruhi oleh "para hebat" dari Sekolah Kedokteran Manual Praha, termasuk Karel Lewit, Vladimir Janda, Vaclav Vojta, dan Frantisek Vele.
    DNS adalah pendekatan yang berfokus pada pengaktifan otot-otot inti dan perbaikan pola gerakan melalui latihan yang dirancang untuk mengembalikan stabilitas tubuh. Metode ini mengintegrasikan prinsip-prinsip perkembangan motorik yang alami, dengan tujuan memperbaiki koordinasi neuromuskular dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan berbagai aktivitas fisik.
      Menurut  penelitian Frank et al., (2013) DNS dapat digunakan untuk meningkatkan rehabilitasi atlet yang mengalami cedera. Metode ini berlandaskan pada prinsip-prinsip neuromuskular yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi optimal otot dan sistem saraf melalui teknik pengaktifan otot-otot inti dan perbaikan pola gerakan.
 jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data dari berbagai studi kasus dan pengalaman klinis. Hasilnya Banyak atlet menunjukkan peningkatan signifikan dalam kinerja fungsional setelah menjalani program DNS. Ini termasuk peningkatan dalam keseimbangan dan koordinasi.
Pendekatan DNS menekankan pentingnya pengaturan waktu dan koordinasi otot yang tepat untuk gerakan yang efisien serta menahan beban kompresif, yang terjadi pada postur statis atau berkelanjutan.Â
Premis utama pendekatan DNS adalah bahwa setiap posisi sendi bergantung pada fungsi otot yang menstabilkan dan koordinasi otot lokal dan jauh untuk memastikan posisi sendi yang netral atau terpusat dalam rantai kinetik.
DNS menggunakan model terapi fisik untuk membantu mengaktifkan otot-otot stabilisasi, yang dimulai dengan mekanisme diafragma, dasar panggul, dan "otot inti" yang tepat, kemudian meluas ke tungkai. Pendekatan ini menekankan pentingnya pemulihan otot inti dan koordinasi neuromuskular yang efisien untuk mencapai stabilitas tubuh yang optimal.Â
DNS didasarkan pada pola gerakan yang diperoleh selama perkembangan motorik bayi yang kemudian diterapkan pada orang dewasa untuk memperbaiki postur tubuh, mengurangi rasa sakit, serta mencegah cedera dan meningkatkan kinerja fisik.
Kualitas koordinasi ini penting untuk fungsi sendi dan memengaruhi tidak hanya parameter anatomi dan biomekanik lokal, tetapi juga regional dan global dalam rantai kinetik.Â
Meskipun ada pengukuran objektif yang terbatas dari gangguan neuromuskular, pendekatan DNS didasarkan pada perbandingan pola stabilisasi atlet dengan pola perkembangan stabilisasi bayi yang sehat dengan maksud mengarahkan pengobatan untuk memulihkan pola stabilisasi yang terganggu sedekat mungkin dengan pola ideal seperti yang didefinisikan oleh DK.Â
Pendekatan DNS berusaha untuk mengaktifkan ISSS dan memulihkan regulasi IAP yang ideal untuk mengoptimalkan efisiensi gerakan dan untuk mencegah kelebihan beban sendi.
Implikasi Praktis
a. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DNS tidak hanya bermanfaat bagi atlet tetapi juga bagi individu yang ingin meningkatkan kualitas hidup mereka melalui peningkatan fungsi fisik. Beberapa implikasi praktis dari temuan ini meliputi:
b. Rehabilitasi Pasca-Cedera: DNS dapat diterapkan sebagai bagian dari program rehabilitasi untuk membantu individu pulih dari cedera dengan cara yang aman dan efektif.
e. Program Kebugaran: Pelatih dapat mengintegrasikan latihan DNS ke dalam program kebugaran mereka untuk membantu klien meningkatkan stabilitas inti dan kinerja fungsional.
Pencegahan Cedera: Dengan meningkatkan keseimbangan dan fleksibilitas, metode ini dapat digunakan sebagai strategi pencegahan cedera bagi individu aktif.
          Menurut Mahdieh et al, (2020) hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mengikuti DNS mengalami peningkatan signifikan dalam semua tes gerakan fungsional yang diukur (p < 0.001).
Assesment Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS) (Yilmaz et al, 2022), diantaranya :
1. Diafragma Test -- Stabilisasi Postural dan PernapasanÂ
Dalam uji diafragma duduk, selama fase inspirasi pernapasan pasang surut, turunnya diafragma meningkatkan Tekanan Intra Abdomen (IAP), dengan asumsi dasar panggul dan dinding perut mempertahankan ketegangannya masing-masing.Â
Dada dan perut harus diamati bergerak ke anterior dan tulang rusuk posterior dan bawah ke lateral selama menghirup, dengan elevasi dada ke atas minimal dan tidak ada gerakan bahu atau leher. Selama menghembuskan napas, tulang rusuk kembali ke posisi istirahat.
Teknik Melakukan : Fisioterapi meletakkan jari ke-2 dan ke-3 pada ruang interkostal bawah posterior/lateral dan ibu jari pada otot paraspinal di persimpangan torakolumbalis (TL.), jari ke-4 dan ke-5 diletakkan dengan lembut pada dinding perut lateral untuk memantau intensitas kontraksi terhadap perubahan IAP selama siklus pernapasan.
Kesalahan umum yang dapat diamati biasanya:
a. Elevasi kranial tulang rusuk atau elevasi bahu saat inspirasi
b. Kontraksi otot paraspinal
c. Fleksi pada tulang belakang toraks (kifosis saat menghirup) atau pada tulang belakang lumbar
d. Pergerakan superior pada tulang rusuk lateral bawah dengan kurangnya gerakan lateral (pegangan bucket) pada tulang rusuk lateral. Kekurangannya bisa bilateral atau unilateral.
e. pernapasan pasien yang normal dan rileks. Palpasi secara manual ruang interkostal bawah dan otot perut dari belakang dan amati pernapasan yang normal. Dalam kondisi normal, dada tidak bergerak ke atas saat menghirup; sebaliknya, tulang rusuk bawah dan tulang interkostalnya
2. Supine Neck and Trunk Flexion test
Dalam tes fleksi leher terlentang saat pasien mengangkat kepala, diperlukan aktivasi terkoordinasi antara diafragma, fiksator skapula, dan aktivasi terkoordinasi fleksor leher termasuk lapisan dalam (Longus Coli, Longus Capitis, Rectus Capitis anterior, dan lateralis) dan stabilitas TL serta fleksi di tulang belakang leher dan toraks atas. Pasien diminta untuk mengangkat kepala dan melihat jari-jari kakinya.Â
Dalam penilaian ini, gerakan awal mengangkat kepala adalah yang terpenting. Otot perut harus diaktifkan terlebih dahulu dan dada tetap dalam posisi netral.
Kesalahan umum meliputi:
a. Aktivitas berlebihan pada otot skalenus, sternokleidomastoideus, dan pektoralis yang menyebabkan kepala (dagu) menonjol
b. Elevasi kranial dada
c. Konveksitas dinding perut lateral atau tulang rusuk bergerak ke samping
d. Umbilikus bergerak ke arah kranial
e. Konkavitas terlihat di dalam krista iliaka anterior superior
f. Diastasis recti abdominis
Model stabilisasi ideal pada bayi dan orang dewasa, dada dalam posisi netral, aktivasi proporsional semua bagian dinding perut.
3. Prone Neck Extension test
  Selama tes ekstensi leher, penting untuk memastikan adanya koordinasi antara otot paravertebral dan dinding perut laterodorsal. Selama ekstensi serviks, gerakan harus dimulai pada tingkat tulang belakang T4-5, yang menunjukkan kontraksi bersama antara fleksor leher bagian dalam dan ekstensor serviks.Â
Pasien dibaringkan tengkurap, lengan di sepanjang batang tubuh atau dalam posisi perkembangan 3 bulan dengan dukungan pada epikondilus medial. Pasien diminta untuk mengangkat kepala dari meja.
Kegagalan biasanya dilihat sebagai:
a. Hiperaktivitas ekstensor leher, dengan ekstensi kranio-servikal
b. Sudut atas skapula ditarik ke atas dan sudut medial dan bawah bergerak ke arah abduksi
c. Kurangnya gerakan segmental di segmen tengah toraks, dan peningkatan kyphosis toraks dan lordosis lumbar
d. Anteversi pada panggul dan tonjolan pada perut bagian bawah
Model stabilisasi ideal pada bayi dan orang dewasa: dada dalam posisi netral, tegak lurus proporsional dari segmen toraks atas dan serviks. Ada aktivasi proporsional dari dinding perut dengan keselarasan yang tepat antara dada dan panggul. Aktivasi proporsional dari otot gluteal, dan kaki rileks.
4. Arm Elevation Test
Saat pasien yang berbaring diminta untuk mengangkat lengan dari meja, dokter akan mencari gerakan bahu yang terisolasi. Pasien harus dapat menjaga leher, badan, dan panggul tetap netral. Tulang rusuk harus tetap netral dan setiap gerakan menegakkan tulang belakang harus dilakukan di tulang belakang toraks bagian tengah.
Kesalahan umum adalah:
a. Dada terangkat ke arah kepala saat lengan diangkat
b. Peningkatan lordosis lumbal
c. Peningkatan lordosis serviks dan pengangkatan dagu
Pola elevasi lengan yang optimal pada bayi berusia 9 bulan dan orang dewasa. Dada dipertahankan pada posisi ekor netral (panah hijau), koordinasi seimbang antara otot anterior dan posterior.
5. Rock Forward Test
Pasien dibaringkan dalam posisi merangkak. Lutut tepat di bawah pinggul, dan tangan/telapak tangan tepat di bawah bahu. Pertama-tama amati postur tubuh dalam posisi ini. Apakah pasien mampu menjaga tulang belakang tetap memanjang, tekanan intra-abdomen tetap terjaga, tulang rusuk tetap bersentuhan dengan tulang belikat? Kemudian minta pasien untuk bergoyang ke depan dengan lembut sambil menjaga tangan/telapak tangan, lutut, dan tungkai bawah tetap pada tempatnya.
Kesalahan umum meliputi:
a. Sayap scapula
b. Tidak mampu menahan tekanan pada seluruh tangan dan telapak tangan, dengan tekanan terbesar pada sisi ulnaris/hipotenar
c. Semifleksi pada siku
d. Gerakan kepala ke depan dan badan bergerak ke depan
e. Peningkatan lordosis pada tulang belakang lumbar
f. Kaki terangkat
Pola optimal postur berkaki empat pada bayi berusia 10 bulan dan orang dewasa: Skapula tetap, melekat pada batang tubuh, tepi medialnya hampir sejajar dengan tulang belakang. Aktivasi seimbang antara otot anterior dan posterior, kesejajaran optimal antara dada dan panggul, tulang belakang tegak, pemusatan (menopang beban proporsional melalui kedua telapak tangan)
Latihan Dynamic Neuromuscular Stabilitation (DNS)
1. Peningkatan Keseimbangan: Salah satu hasil paling mencolok adalah peningkatan kemampuan keseimbangan, yang diukur melalui tes Y-Balance. Ini menunjukkan bahwa DNS dapat memperbaiki stabilitas tubuh yang sangat penting dalam aktivitas sehari-hari dan olahraga.
2. Fleksibilitas dan Mobilitas: Selain keseimbangan, pelatihan DNS juga menunjukkan peningkatan dalam fleksibilitas lumbal, yang penting untuk mencegah cedera punggung bawah. Dengan meningkatkan rentang gerak, individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih efisien.
3. Koordinasi Neuromuskular: Pelatihan ini juga berkontribusi pada perbaikan koordinasi neuromuskular, yang merupakan kunci untuk mengoptimalkan performa atletik dan mengurangi risiko cedera.
     Â
Kesimpulan
      Dynamic Neuromuscular Stabilization menawarkan pendekatan holistik untuk meningkatkan kinerja fungsional dan kesehatan secara keseluruhan. Penelitian oleh Mahdieh et al. (2020) menunjukkan bahwa pelatihan ini tidak hanya efektif dalam meningkatkan gerakan fungsional tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai konteks rehabilitasi dan kebugaran. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat DNS, praktisi di bidang kesehatan dan kebugaran dapat lebih efektif dalam merancang program latihan yang memenuhi kebutuhan individu, membantu mereka mencapai tujuan kesehatan dan kebugaran mereka dengan lebih baik.
Daftar PustakaÂ
Frank, C., Kobesova, A., & Kolar, P. (2013). Dynamic neuromuscular stabilization & sports rehabilitation. International Journal of Sports Physical Therapy, 8(1), 62--73. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23439921%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC3578435
Mahdieh, L., Zolaktaf, V., & Karimi, M. T. (2020). Effects of dynamic neuromuscular stabilization (DNS) training on functional movements. Human Movement Science, 70(January), 102568. https://doi.org/10.1016/j.humov.2019.102568
Yilmaz, E. A. (2022). Dynamic Neuromuscular Stabilization (DNS). Research in Sport Education, 24(2), 60--64. https://doi.org/10.5152/jpess.2022.989190
Frank, C., Kobesova, A., & Kolar, P. (2013). Dynamic neuromuscular stabilization & sports rehabilitation. International journal of sports physical therapy, 8(1), 62.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI