Mohon tunggu...
Fauziyah Nur setiani
Fauziyah Nur setiani Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

mahasiswa UIN Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perubahan dalam Menyikapi Suatu Masalah dengan Sebelah Mata

18 Mei 2020   23:37 Diperbarui: 18 Mei 2020   23:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami perubahan yang tidak bisa dibilang kecil. Perubahan ini yang akan mengantarkan beberapa individu di masyarakat agar mengikuti sebuah perubahan tersebut, seperti salah satunya perubahan dalam gaya berpakaian yang sedang trendy belakangan ini. Dalam perubahan tersebut pasti ada awal mulanya muncul di masyarakat yang lebih dulu dipraktekkan oleh seorang atau beberapa individu. Namun saat awal permulaannya tidak se-excited sekarang.

Sekarang ini Indonesia dan di seluruh dunia sedang mengalami masa-masa sulit diberbagai aspek kehidupan, yaitu pandemik Covid-19. Pandemik ini sudah menyebar luas di berbagai negara dan sedang proses pemulihan. Akibat pandemik ini semua warga negaranya mau tidak mau harus beraktivitas di dalam rumah. Oleh karena itu, banyak pekerjaan dan kegiatan lainnya dilakukan melalui internet. Kebanyakan orang akan sangat bosan dnegan kegiatan yang itu-itu saja selama karantina dirumah berlangsung. Hal ini bisa dimanfaatkan orang dengan berselancar di media sosial dan menonton beberapa film serta drama untuk menghilangkan rasa bosan.

Salah satunya konflik antara netizen korea dengan netizen Indonesia yang dimana netizen Indonesia melontarkan sebutan kebencian pada salah satu pemeran drama yang sedang hits baru-baru ini. Berawal dari para netizen Indonesia yang kecanduan drama dari negara Korea tersebut mulai berulah dengan mengomentari salah satu peran dalam drama berjudul "The World of Married". Hanya karena peran salah satu pemain drama tersebut menjadi antagonis netizen Indonesia menyebutnya dengan 'pelakor' dan berbondong-bondong menghujatnya di akun Instagra* milik Han So Hee, salah satu pemain drama tersebut. Hal ini menjadi sangat risih oleh para penggemar bintang drama dan Han So Hee. Penggemar Han So Hee menulis sebuah artikel untuk memperingati warga Indonesia berhenti menghujat Han So Hee dan mereka menulis bahwa orang Indonesia tidak bisa membedakan mana kehidupan drama dan kehidupan nyata. Namun masalah ini sudah mereda.

Saat berita tentang Han So Hee muncul, para K-Popers (sebutan fans idol korea) juga konflik dengan salah satu pemain TikTo* asal Filiphina yang juga ikut dihujat oleh k-popers Indonesia yang geram karena kecantikan dan membuat iri oleh netizen Indonesia. Mereka berbondong me-report akun Instagra* milik artis TikTo* asal Filiphina tersebut secara beramai-ramai. Kejadian ini bermula ketika salah satu cewek K-Popers yang putus dengan pacarnya mengaku putus karena kecemburuan pacarnya yang suka dengan wajah cantik pemain TikTo* yang bernama Reemar Martin. Ia mencari pembela dari kejadian tersebut dengan mengajak teman se-fandomnya untuk ikut me-report akun Reemar Martin. Diketahui cewek K-Popers tersebut berfandom Army (fans BTS). Kelakuan anak-anak K-Popers tersebut dilihat oleh para penggemar Reemar Martin yang kebanyakan adalah haters K-Popers ikut me-report akun resmi milik BigHit Entertainment. Namun sayangnya karena akunnya sudah 'bercentang biru' maka sulit untuk di-report. Dan kejadian ini sudah mereda dikarenakan Reemar Martin sudah meninggalkan dari semua media sosialnya karena permasalahan pribadi bukan karena netizen Indonesia.

Dari perspektif saya kedua koflik ini memiliki motif pem-bully-an terhadap seorang artis karena perasaan iri pelaku kepada korban. Salah satu korban tidak salah, hanya saja ia memerankan sebuah figur yang berbeda dari kehidupan realitanya. Satunya hanya bersenang-senang menggunakan sosial media sebagai hiburannya namun malah kena bully dari netizen Indonesia karena oknum yang tidak bertanggung jawab. Kedua konflik ini hanya gambaran dari beberapa konflik yang terjadi antara kurangnya pemahaman yang pasti dari netizen Indonesia terhadap suatu hal yang dilebih-lebihkan maknanya dari apa yang ada dikehidupan sebenarnya.

Dari sinilah perubahan sikap yang banyak dilakukan orang-orang terkait pemikiran segelintir orang dan memperbesar masalah dengan tidak melihat dari berbagai sisi dan menjadi sebuah komentar-komentar yang sangat tidak pantas untuk diungkapkan seseorang di media sosial. Perubahan ini terjadi karena globalisasi yang makin kuat dari berbagai negara lain yang masuk ke Indonesia dan terus masyarakat Indonesia yang kurang menyaring perubahan tersebut dengan baik. Hal ini akan bercampur ke kebudayaan Indonesia dan menjadi satu bagian dari suatu kebiasaan yang menurut saya kurang bisa diterima semua kalangan, seperti menyamakan mana yang kehidupan drama dengan kehidupan nyata.

Salah satu contoh pem-bully-an di Indonesia yang masih hangat terjadi pada 17 Mei lalu di Sulawesi Selatan. Bocah penjual Jalangkote selalu di bully dengan diperlakukan tidak baik oleh pelaku yang tidak bertanggung jawab. Video pem-bully-annya sudah tersebar dan menjadi viral di internet. Netizen pun sangat geram dan menuntut para pelaku segera di tangkap. Lalu korban diberi sedikit bantuan dari beberapa komunitas yang ingin membantu korban. Dan pelaku sudah ditangkap oleh pihak berwajib.

Dalam kehidupan memang ada suatu penggebrakan yang nyata untuk kehidupan masing-masing individu. Namun apakah dengan terus menerus melakukan pem-bully-an ke seseorang dapat membantunya untuk mengubah keadaannya sekarang menjadi lebih baik? Tidak semuanya akan berubah dengan baik karena orang-orang sangat berbeda-beda dalam menyikapi suatu masalah dalam hidupnya terutama saat di bully. Beberapa akan menyikapi itu dengan gebrakan sebuah motivasi hidup, namun beberapa juga menyikapinya dengan suatu penurunan dalam hidupnya dan akhirnya akan membebankan pikiran lalu mengalami stress berkepanjangan. Banyak kasus bullying yang menyebabkan korbannya bunuh diri karena stress.

Dalam kehidupan sebenarnya, bully itu memang bisa mendorong seseorang untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Namun apakah orang-orang yang pernah melakukan pem-bully-an sadar betapa ada waktu yang pernah ia rasakan sakitnya saat di bully akan teringat lagi dan membuatnya sakit lagi walau sudah berangsur-angsur lamanya? Jadi, tolong setidaknya kurangi pem-bully-an kapanpun dan dimanapun pembaca artikel ini berada. Karena mental health sulit disembuhkan daripada penyakit lainnya.

Cukup sekian dan terimakasih.

Penulis  : Fauziyah Nur Setiani, Mahasiswi UIN Walisongo Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun