Mohon tunggu...
Fauziyah Pebriana
Fauziyah Pebriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis baru yang ingin bisa menerbitkan buku sendiri

Mahasiswa BKI UIN Raden Mas Said Surakarta Angkatan Tahun 2018 Lahir di Sleman, Yogyakarta 05 Februari 2001

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ironi Negeri yang Miris Bikin Meringis

25 Oktober 2021   08:23 Diperbarui: 25 Oktober 2021   08:25 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat pertama kali magang di Bapas Kelas I Surakarta, ada sebuah kisah lucu tapi cukup miris yang saya dapatkan dari salah satu pegawai disana. Hari itu adalah hari awal magang, kami diberi sambutan dan perkenalan dari Kepala Seksi Bimbingan Klien Anak, Bapak Saptiroch. Beliau bercerita pengalamannya bekerja sampai ia ditempatkan di Bapas. 

Banyak pengalaman dan cerita-cerita lucu yang beliau sampaikan, salah satunya adalah bahwa kapasitas ruang tahanan di Lapas dan Rutan sudah banyak yang overload, atau sudah melewati batas maksimal.

 Dalam satu tempat optimalnya hanya bisa menampung 200 tahanan. Namun kenyataannya saat ini dan rata-rata Lapas dan Rutan satu tempat bisa ditempati oleh 800 tahanan. 

Jadi dalam satu tempat yang tidaklah besar itu para tahanan harus berdesak-desakan. Jumlah tahanan ini berbanding terbalik dengan jumlah pegawai yang ada disana. Jumlah pegawai sanggatlah sedikit, menurut pengakuan Bapak Saptiroch. 200 tahanan bisa saja hanya diawasi oleh 2 orang petugas. Tentunya hal ini sangat berisiko.

Jangankan bila para tahanan rusuh, memukul petugas atau mencoba kabur, jika 2 petugas ini digelitiki saja oleh 200 tahanan, bisa mati geli mereka. Potret inilah yang tidak banyak disoroti oleh pemerintah dan media. 

Hal yang biasa disoroti adalah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan petugas, misal memasukkan "barang" ke dalam Lapas atau Rutan. Maka perlu apresiasi besar bagi para penjaga tahanan, tugas mereka tidaklah ringan dan sangat berisiko. Kasus overlod kapasitas ini tidak hanya terjadi dalam satu daerah saja, namun hampir semua Rutan dan Lapas. 

Kenapa bisa seperti ini? Hal ini dikarenakan angka kriminalitas yang terus meningkat. Misalnya saja karena kasus perjudian 4 orang ditangkap dan ditahan selama 1 tahun. Dalam satu tahun ini tentunya akan ada kasus-kasus baru, narapidana baru, seperti pencurian, pencabulan, narkoba, pembunuhan dan sebagainya. Dalam satu bulan saja kasus baru bisa lebih dari 4 kasus. Mengapa saya mengatakan bahwa ini adalah cerita yang lucu?

Ironi di negeri sendiri saat ini di tengah situasi pandemi, tindak kejahatan terus semakin meningkat. Orang-orang rela mencuri, merampok, menjambret hanya demi sebutir nasi. Semakin banyak orang melakukan kejahatan kemudian tertangkap polisi, makin penuh pula penjaranya. Masih ingat pepatah "kalau ada maling yang mau ngaku penjara pasti sudah penuh". 

Disituasi saat ini bahkan tanpa perlu maling-maling mengaku penjara sudah penuh. Sekarang pertanyaannya penjara mana yang masih kosong untuk menampung narapidana-narapidana baru dan lama. Tidak mengherankan juga jika kita sering melihat narapidana keluar masuk dari satu Lapas/Rutan ke Lapas/Rutan lainnya.

Cerita ini adalah dari pengalaman Bapak Saptiroch sendiri. Dan ini benar-benar nyata. Pernahkan melihat di Tv saat ada berita terkait Lapas atau Rutan, rata-rata satu sel pasti dihuni lebih dari 10 orang. Mari kita bayangkan kita digelitiki paling tidak 10 orang, sudah tentu kita kalah jumlah. Pasti kita bisa tertawa sampai lemas. Inilah ironinya, meringis yang membuat miris. 

Digelitiki 1 orang saja gigi kita bisa kering, bagaimana jika 10 orang, 100 orang. Tidak terbayangkan bagaimana rasanya. Kita harus sadar akan hal ini, dunia ini sudah mendekati akhir. Kejahatan semakin meraja lela. Maka kita harus banyak mendekatkan diri pada Tuhan. Jangan terlena dan jangan sampai terjerumus hingga melakukan hal-hal yang melanggar hukum agama dan hukum negara. Jadilah warga negara yang baik dengan patuh dan taat pada peraturan.

Bukan hanya Lapas dan Rutan yang kerepotan dengan overload jumlah narapidana. Bapas sebagai unit pelaksana bimbingan kemasyarakatan untuk para narapidanapun ikut kelimpungan mengurus klien mereka. Terkadang bahkan pembuatan penelitian kemasyarakatan hanya dibatasi dalam 3 hari jadi. Belum lagi jumlah PK (Petugas Kemasyarakatan) yang tidaklah sepadan dengan jumlah klien yang diampu.08:16

Belum lagi Bapas ikut andil dalam mendampingi, membimbing dan mengawasi anak-anak yang harus berurusan dengan hukum. Melihat kerja keras dan perjuangan pihak-pihak pemasyarakatan, tentunya kita juga harus ikut andil membantu meringankan beban mereka. 

Bagaimana caranya? Cara paling sederhana adalah dengan kita mencegah diri kita masing-masing terlibat dengan hukum. Proses hukum tidaklah singkat dan akibat dari perbuatan kriminal tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Seperti kata pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati. Situasi pandemi bukan alasan untuk saling melukai. Jadi mari kita saling tolong menolong dan cegah tindakan kriminal disekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun