Bank of America (BofA) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan mengalami penurunan yang sangat pesat dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB) di seluruh dunia akan melambat sekitar 2,8% di tahun 2020.
Hal ini dikarenakan Virus Corona yang begitu cepat menyebar ke berbagai negara di dunia ini. Oleh karena itu, Ekonomi Politik Global merupakan suatu kajian yang dapat menjelaskan tentang pemahaman terhadap peran penting suatu negara khususnya Indonesia dalam menghadapi dampak ekonomi akibat Virus Corona.
Di era Adam Smith seiring dengan penulisan sebuah buku yang terkenal dan menjadi rujukan para ekonom yaitu The Wealth of Nations yang mana buku ini memaknai bahwa ekonomi dan politik sama-sama signifikannya. Menurut Hangga Fathana, ekonomi dapat diibaratkan sebagai kekayaan dan politik sebagai kekuasaan.Â
Maka dapat dikatakan bahwa ekonomi dan politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui bahwa tahun 2020 akan menjadi titik berat bagi ekonomi global. Virus Korona yang mengancam ekonomi China akan berdampak pada ekonomi dunia karena China sebagai pemegang porsi terbesar di dunia.
Dari beberapa pernyataan tersebut, penulis ingin mencoba mengklasifikasikannya ke dalam dua aspek yaitu dampaknya terhadap ekonomi serta dimensi politik dari dampak ekonomi tersebut.
Virus Corona yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai darurat kesehatan dunia ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terganggu. Hal ini dibuktikan dengan beberapa alasan, pertama perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 0,23% dari biasanya.
China merupakan negara yang memiliki kedekatan khusus dengan Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi. Berbagai infrasturktur, transportasi, ekspor dan impor dari banyak aspek tidak lepas dari kerjasamanya dengan China.Â
Namun, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) per Januari 2020 menyatakan bahwa ekspor menurun 12,07% yang terjadi penurunan tajam pada ekspor migas dan non-migas. Begitupun dengan Impor yang turun 2,71% dan terjadi penurunan tajam pada buah-buahan seperti apel dan anggur. Hal tersebut salah satunya dikarenakan China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar bagi Indonesia.
Kedua, peningkatan kapasitas investasi langsung (foreign direct investment) dari China ke Indonesia diprediksi akan menurun. Apabila dilihat pada tahun 2019, China menempati urutan kedua setelah Singapura dalam hal investasi langsung sebesar 4,74 Miliar.
Kemudian, dari segi peningkatan kontribusi investasi China ke Indonesia meningkat 2,15% pada 2015 menjadi 16,82% pada 2019. Ketiga, tekanan wisatawan pada sektor pariwisata. Kunjungan turis China ke Indonesia merupakan kunjungan terbanyak ketiga setelah Malaysia dan Singapura. Bahkan pada bulan desember 2019 jumlahnya mencapai 154,2 juta.Â