Mohon tunggu...
Fauzi Wahyu Zamzami
Fauzi Wahyu Zamzami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia. Tertarik untuk meneliti isu-isu Diplomasi Publik, Nation Branding, dan Komunikasi Global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemuda, Pendidikan Karakter, dan Bonus Demografi di Abad ke-21

7 Mei 2020   15:38 Diperbarui: 7 Mei 2020   15:36 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan”, kalimat yang dibawakan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjadi salah satu landasan apa artinya seorang pemuda. Anies memiliki pandangan yang menunjukkan rasa percaya dirinya kepada pemuda yang selalu memiliki banyak inovasi untuk mengubah bangsa menjadi lebih baik lagi.

Percaya atau tidak, pemuda memiliki peran penting dalam setiap pembangunan serta kemajuan negara di dunia ini. Turki memiliki Erdogan yang dapat mengubah defisit kota Istanbul menjadi surplus, Rusia memiliki Lenin yang menjadi inisiator perang antara kaum kapitalis dan kaum proletar, bahkan Prancis memiliki Napoleon Bonaparte sebagai jenderal muda yang cerdik dalam mengatasi berbagai macam masalah di Paris setelah Revolusi Prancis.

Di abad ke 21 ini, Presiden Joko Widodo merencanakan sebuah pergerakan masif untuk mewujudkan “Indonesia Emas” di tahun 2045 dengan tujuan mulai adanya kesejahteraan, kemajuan, serta keunggulan dalam berbagai bidang. Tahun 2045 juga akan menjadi 100 tahunnya usia kemerdekaan Indonesia yang diteliti oleh banyak ahli bahwa masa-masa tersebut merupakan sebuah kematangan bagi negara untuk mewujudkan impian-impiannya.

Bonus demografi merupakan salah satu aspek yang mendukung Indonesia untuk mewujudkan “Indonesia Emas” di tahun 2045. Dalam ilmu ekonomi, bonus demografi diartikan fenomena penting yang dialami oleh suatu negara karena kondisi jumlah penduduknya yang dinilai bahwa usia produktif sangat besar, sedangkan usia belum produktif (di bawah 15 tahun) dan usia tidak produktif (di atas 60 tahun) sudah semakin kecil. 

Dari perkiraan usia tersebut, pemuda sangat dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia. Akan tetapi, upaya untuk mencapai target pada tahun 2045 tidak akan semudah yang dibayangkan. Hal ini karena tahun 2045 merupakan pertengahan abad ke 21 yang diteliti akan muncul banyak hal yang sulit untuk diprediksi.

Pada dasarnya, pemuda harus memanfaatkan kesempatan tersebut karena persaingan masa depan adalah tentang persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, apakah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi saja cukup?. 

Dalam Teori Pembangunan dijelaskan bahwa pembangunan kontemporer merupakan sebuah pembangunan yang sifatnya people-centered development. Artinya, kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan aktor utama dalam pembangunan, Oleh karena itu, saya merasa bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah solusi untuk mewujudkan impian Indonesia di tahun 2045 sebelum penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Megawangi berkata bahwa Pendidikan Karakter sebagai solusi dalam menjawab permasalahan negeri ini. Pendidikan karakter tidak hanya mendorong pembentukan perilaku positif anak, tetapi juga meningkatkan kualitas kognitifnya. Pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk menciptakan pemuda yang memiliki jati diri, sportif, tangguh, dan memiliki nilai spiritual serta budaya yang tinggi untuk masa depannya. Pemuda Indonesia harus menjauhkan diri dari segala perbuatan yang akan merusak jati dirinya.

Narkoba merupakan salah satu perbuatan yang telah merusak pribadi seorang pemuda. Walaupun narkoba terlihat kecil, akan tetapi narkoba mampu merusak kualitas generasi muda dalam jangka waktu yang sangat panjang. Selain narkoba, kasus bullying sudah menjadi hal yang biasa bagi kebanyakan orang yang tidak memiliki etika. Data global dari WHO (World Health Organization) pada 2018 menunjukkan bahwa masalah bunuh membunuh akibat bullying merupakan penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia 15-29 tahun.

Oleh karena itu, penulis menekankan bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi pemuda untuk memahami arti dari sebuah nilai moral yang harus dijunjung untuk menciptakan generasi muda di masa depan yang cemerlang dan gemilang. Sehingga apabila penanaman moral tersebut telah kuat dalam dirinya maka hal-hal buruk yang biasa dialami pemuda akan hilang sedikit demi sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun