Mohon tunggu...
Cecep AS. Fauzi
Cecep AS. Fauzi Mohon Tunggu... Lainnya - Listen, Read and Learn

Menyukai Musik,Olahraga (sepakbola), dan Karya Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang-orang Kalap

14 Juli 2013   22:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:33 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syukurlah, saat itu acara berjalan dengan lancar. Pak Ipin telah bersumpah atas nama Allah  dan Rasul-Nya,bahwa ia bukanlah seorang tukang teluh seperti yang dituduhkan warga selama ini.

Pengaruhnya memang cukup terasa, setelah sumpah diucapkan Pak Ipin di depan warga, suasana desa kami berangsur kembali seperti sedia kala, bahkan orang-orang yang namanya sempat disebut pernah mengalami kelumpuhan terlihat sehat wal afiat dan baik baik saja.

Tiga bulan berlalu, tiba-tiba suasana desa kembali memanas dengan isu yang masih sama, katanya ada lagi beberapa penduduk desa yang tiba-tiba tidak bisa berjalan alias lumpuh, terutama mereka yang terang-terangan mencurigai Pak Ipin, begitu katanya.

Masih kuat dalam benakku kejadian itu, hari itu skitar ba'da Dzhuhur, sekitar 30 orang laki-laki warga desa  berjalan dengan terburu-buru di depan rumahku dan mengarah ke tempat tinggal Pak Ipin. Tidak ada terlihat Pak Haji Aceng, Pak Apung, atau pun Pak RT dan Pak RW dalam rombongan itu. Hanya saja ketika itu Abah dan Ema melarangku untuk keluar rumah, begitu juga pada kakak perempuanku.

Aku tak tahu apa sesungguhnya apa yang akan terjadi, hingga saat aku melihat rombongan warga tadi kembali melintas di depan rumahku sambil menggelandang Pak Ipin yang kelihatannya sudah baka belur. Ya Allah...aku sempat emlihat (lebih tepatnya mengintip dari balik jendela) bagaimana Pak Ipin dihujani pukulan dan tendangan, hingga ketika tepat beberapa meter dari depan rumahku Pak Ipin jatuh tersungkur. Aku masih sempat mendengar beliau menyebutkan "Allahu Akbar...Allahu Akbar..." tetapi itu tak menghentikan deraan pukulan di tubuhnya, sampai akhirnya suara Pak Ipin tidak terdengar lagi, dan segerombolan warga yang seperti kesetanan itu lambat laun mulai meredakan siksaan mereka.

Dari arah berlawanan aku melihat Pak Haji Aceng dan Pak Apung berlari tergopoh-gopoh mengahampiri orang-orang itu yang kini sudah mematung mengelilingi tubuh Pak Ipin yang tersungkur di tanah. Sesampainya Pak Haji Aceng dan Pak Apung, tanpa ada yang memerintah orang-orang itu memberi jalan pada Pak Haji Aceng dan Pak Apung, kemudian terlihat Pak Haji berjongkok mendekat ke arah Pak Ipin. Beliau mengeleng-geleng kepalanya dan terdengar mengatakan... "Astaghfirullahaladziem...Innalillahi wa inna ilaihi raajiun...", suasan hening dengan serta merta menyertai cuaca mendung di siang itu. Di dalam rumah aku pun bergumam mengikuti kata-kata Pak Haji   "Astaghfirullahaladziem...Innalillahi wa inna ilaihi raajiun..." , hingga saat itu aku masih ingat betul aku mengucapkan kata-kata itu sambil memeluk lutut...dan mataku basah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun