Mohon tunggu...
Fauzi Miftakh
Fauzi Miftakh Mohon Tunggu... -

Seorang aktivis dan pengajar muda, ambisius, bersemangat, never surrender.. always think globally act locally.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Setahun yang lalu di Jerman: Ilmenau, kota kecil sejuta kisah.

2 Juni 2012   08:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 2050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krämerbrücke Thuringia Day atau kunjungan ke beberapa kota dan tempat di kawasan Thuringia yang bersejarah dan klasik, bahkan telah menjadi warisan budaya yang diakui oleh UNESCO. Ada empat pilihan dalam kegiatan ini yaitu Weimar, Eisnach, Erfurt dan hiking ke gunung tertinggi di Ilmenau yaitu kickelhahn (German for roster) atau ayam jago yang juga ditemukan di lambang Ilmenau. Saya sendiri kebagian “jatah” ke Erfurt karena saya datang terlambat sedangkan pendaftaran ke lokasi lain telah penuh sebelumnya. Setelah sebelumnya saya sempat transit di Erfurt dalam perjalanan dari Berlin ke Ilmenau, untuk kedua kalinya saya menginjakan kaki disana namun sekarang untuk jangka waktu yang cukup lama. Pemberangkatan dimulai pukul 10 Pagi menggunakan kereta dari Statiun Ilmenau dan ditempuh selama sekitar 1 jam. Dalam rombongan grup saya tergabung juga dengan beberapa teman asal Indonesia yang kebetulan perempuan semua yaitu Candini Candanila, Mia Amelia, Rizky Fauzia, Putri Olivia dan Agnes Ellita.

Severi Kirche

Daya tarik Erfurt terletak pada jalanan kecilnya demgan banyak pedestrian di sekitar kota dipadukan dengan keindahan bangunan klasik dan tua serta jembatan yang dibawahnya mengalir sungai yang rapid an bersih membuat Erfurt menyimpan keindahan eksotis tersendiri belum lagi lahan hijau menambah tatanan kota menjadi lebih segar. Perjalanan di Erfurt dilewati dengan kunjungan ke beberapa bangunan bersejarah yang dipandu oleh official tour guide kota tersebut, dengan antusias sang ibu menjelaskan secara detail histori dari tiap bangunan disana seperti Dom atau cathedral besar dan Severi Kirche. Tak kalah menarik adalah Krämerbrücke yaitu jembatan dengan pemukiman rumah di atas nya yang menjadi pusat perhatian di sana. Juga Augustinerkloster semacam biara tempat dimana Martin Luther tinggal serta Old Synagogue yaitu tempat ibadah Yahudi tertua di Eropa yan masih berdiri dan sekarang menjadi museum yang mempunyai koleksi perhiasan dan benda-benda bersejarah Yahudi. Namun sayang saya tidak sempat masuk ke dalam museum tersebut.

Doner yummmy!!!

Setelah tur selesai tak lupa kami melanjutkan dengan jalan-jalan santai serta menikmati makanan khas disana. Es krim sepertinya cemilan yang pas disana karena matahari disana begitu terik. Lumayan hanya dengan 0,5 euro sudah bisa dapat eskrim yang enak. Juga kami cicipi makanan Turki yang gurih dan pedas. Doner tetap menjadi pilihan utama disamping banyak pilihan lainnya. Selama berada di Jerman doner adalah makanan favorit tak hanya buat saya tapi hampir seluruh peserta asal Indonesia karena rasa nya yang enak dan cocok untuk lidah asia. Selain itu makanan ini juga halal dan tidak mengandung babi seperti kebanyakan makanan lain di Jerman. Paduan daging kalkun atau sapi dan sayuran segar dibungkus dengan roti empuk dengan bumbu yang pas membuat selera makan kami tidak berkurang walau tanpa nasi, karena sangat sekali menemukan nasi disana. Satu cerita menarik adalah ketika suatu malam saya dan teman – teman asal Indonesia pernah mengadakan masak bersama di salah satu flat host teman saya. Disana kami masak masakan Indonesia seperti nasi goring, bakwan, pisang goring dan lain-lain. Malam itu kerinduan saya untnuk mencicipi nasi dan makanan khas Indonesia lainnya terobati setelah beberapa minggu tak kunjung mendapatkannya. Hal itu mungkin terkihat aneh oleh orang-orang Jerman karena biasanya hanya ada pesta barbeque atau manggang daging dan minum bir disana, tidak ada yang namanya masak nasi goring atau bakwan hahaha. Dan yang tak kalah favorit tentu saja cokelat Jerman yang khas. Hampir semua teman memborong berbagai macam coklat untuk dibawa ke Indonesia sebagai oleh-oleh, sampai-sampai satu koper besar penuh terisi coklat!!

Medieval festival Kegiatan hari berikutnya adalah “medieval festival” pada tanggal 20 mei 2011 dimana peserta diajak untuk menyelami kehidupan pada masa zaman kegelapan dari kebebasan di Eropa). Pada acara tersebut, pengunjung yang datang seolah-olah dibawa ke masa dimana pada saat itu terjadi modernisasi di satu sisi, tetapi di sisi lain kebebasan yang sebenarnya masih menjadi mimpi yang tidak bisa terwujud bagi kebanyakan orang. Sesuai dengan realitas sejarah, pada festival ini saya melihat banyak sekali tukang-tukang yang mendemonstrasikan barang-barang kerajinan khas, seperti: pembiakan lebah (beekeeping), barang-barang tembikar, pandai besi, atau bahkan seni kaca (glass art). Tidak ketinggalan, musik abad pertengahan juga ikut menghibur pengunjung yang datang ke festival ini. Adapun band musik yang ikut meramaikan acara adalah Feuertanz dan PurPur. Lebih lanjut lagi, pertunjukkan bela diri dan “fire-eaters” juga membuat pengunjung merasa terhibur. From the Roster of Ilemenau to the Colosal of Berlin This is not the end, but it’s beginning!!
Erfurt at night Sepertinya kita sudah sampai pada hari terakhir petualangan di Ilmenau, pada tanggal 22 Mei semua pesert berkumpul di aula utama jam 8 sore untuk closing ceremony yang berlangsung sangat meriah dan mengharukan kaerna semua peserta akan berpisah dan kembali ke negara masing-masing. Diawali dengan kata penutup dari Rektor Universitas Teknik Ilmenau, acara kemudian disambung dengan penampilan dari tiap grup baik itu menyanyi, dansa, puisi dan lain sebagainya. Semua orang bersalaman, berpelukan, berfoto dan memanfaatkan momen terakhir untuk bertemu karena mungkin tak ada kesempatan kedua untuk bertemu mengingat mereka terpisah ribuan kilometer jauh nya. Saya pun meninggalkan Ilemanu pada pukul 11 malam dan bergegas menuju stasiun Ilmenau karena sudah memesan tiket perjalanan ke Berlin untuk mengunjungi salah satu teman dan menjelajahi Berlin sesuai yang sudah direncanakan sebelumnya dengan beberapa teman sebelumnya. Setelah berpamitan dengan Christoph, Enrico dan Tobias yang mengantarkan saya sampai statsion, saya akhirnya berangkat dengan teman saya yaitu Raffi, Faisal, Dipa dan Kusmawan.
Big Berlin Dom
Handsome guys!! Sekali lagi saya harus transit di Erfurt sekitar jam 3 pagi dan menunggu kereta selanjutnya dating. Saya pun menghabiskan waktu berjalan-jalan dan mengambil foto dari beberapa sudut Erfurt yang indah di malam hari bersama Raffi sang fotografer sedangkan yang lain menunggu dan bertiduran di stasiun. Inilah yang saya sebut serunya backpackeran di negeri orang, penuh tantangan dan mengesankan. Mungkin tidak semua orang bisa merasakan bagaimana tidur di stasiun kereta, berjalan-jalan sendiri di kota asing, mencari rute-rute perjalanan sendiri, numpang tidur di rumah orang, makan makanan aneh, bertemu orang-orang asing dan baru, kesasar jalan dan tantangan lain yang masih banyak lagi. Memang cukup melelahkan namun semua itu akan mempunai kesan mendalam dan tak akan bisa dilupakan seumur hidup. Dan tentunya hal itu akan membuat kita semakin mandiri dan dewasa dalam mengarungi kehidupan karena hal itu mengajarkan perjuangan dan kesederhanaan yang menuntut manusia untuk terus berfikir dan fokus walau dalam tekanan dan kesulitan sekalipun.

Reichstagh Baiklah, singkat kata setelah menempuh jarak yang cukup jauh dan sempat nyasar, saya dan rombongan sampai di flat nya salah satu teman nya rafi yang asli orang Berlin pada jam 2 Siang. Samuel namaya, saya disambut dengan baik, lagi-lagi dia sangat ramah bahkan menawarkan untuk menginap walaupun kami berjumlah cukup banyak. Di lantai flat tersebut terdapat 3 kamar, dua kamar lainnya diiisi oleh 2 teman lainnya. Sore harinya saya diajak Sam berkeliling kota Berlin dan mengunjungi tempat-tempat mengagumkan di Berlin. Saya sangat terkesan sekali dengan kemahsyuran kota Berlin yang mempunyai sejarah yang melegenda dengan Nazi-nya pada masa perang dunia ke II. Berlin kota yang ramai tapi tidak terlalu padat seperti Frankfurt atau Munich. Bangunan – bangunan di Berlin juga masih di dominasi bangunan klasik dan tua namun masih terlihat kokoh dan elegan dari setiap sisi.

Reichstag

Euro Sign
Bradenburg Tor Yang paling membuat saya tercengang adalah Berlin Dom yang berukuran “raksasa”, gereja terbesar di Berlin yang sempat menjadi pusat ibadah umat protestan di Berlin. Juga Bradenburg Tor yaitu gerbang yang menjadi simbol kemenangan kota Berlin, Reichstagh yaitu bangunan yang didirikan untuk rumah Reichstag, parlemen Kekaisaran Jerman. Dan tentu saja tembok Berlin, walaupun tembok itu sudah ditiadakan namun nilai-historikal bangunan tersebut masih bisa dirasakan sampai sekarang. Saya sempat berdiri di tengah-tengah perbatasan Jerman Barat dan Jerman Timur pada waktu itu dan merasakan kegetiran suasana perang pada masa lampau. Salah satu yang unk dan menarik adalah festival akhir pecan yang biasa diselenggarakan di Berlin yang bertempat di salah satu lapangan yang sangat luas dimana ratusan bahkan mungkin ribuan anak muda berkumpul menghabiskan akhir pecan dengan berkumpul menkmati indahnya pemandangan kota Berlin, minum, bernyanyi, dansa, bermain bola, bersepeda, berfoto atau hanya sekedar berbincang dengan alas tikar. Suasana pada sore hari itu sangat meriah dan ramai. Keesokan harinya tanggal 24 saya sudah harus menuju Frankfurt menuju Bandara international Frankfurt setelah sebelumnya menginap terlebih dahulu di rumah salah satu dosen Universitas Paramadina yang sedang melanjutkan studi S3 di Berlin. Beliau menjemeput saya dan Faisal di Stasiun Berlin . Sebelumya Dipa sudah lebih dulu berangkat karena akan melakukan perjalanan pulang pada hari itu ke Indonesia, sedangkan Raffi masih tinggal di Berlin bersama Samuel. Memang semua peserta punya tujuan yang berbeda setalah usainya kegiatan ISWI, beberapa dari mereka ada yang langsung menuju Indonesia namun banyak pula dari mereka yang melanjutkan perjalanan ke negara-negara tetangga lain seperti Prancis, Austria, Hungaria, Belanda dan Belgia karena negara-negara tersebut punya visa yang sama. Namun saying saya tidak sempat berkunjung ke negara lain karena keterbatasan waktu padahal saya sangat ngebget untuk melihat menar Eiffel secara langsung di Paris.

Di Frankfurt sendiri saya hanya tinggal satu hari di rumah Pak Suratno bersama Faisal, saya kenal beliau dari Faisal. Beliau sangat baik bahkan memepersilahkan untk datang kapan saja ke rumah nya yang sederhana di Berlin. Beliau tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Beliau juga aktif sebagai pengurus NU di jerman yang kebetulan mempunai kesamaan visi dengan saya. Disana saya hanya sempat berjalan-jalan sebentar menikmati kemegahan kota Frankfurt yang lebih modern bi bandingkan Berlin. Banyak terdapat gedung modern yang menjulang tinggi dan menjadi kota tersibuk di Jerman bersama Munich dan Berlin. Salah satu yang menarik adalah Euro sign yaitu bangunan tinggi berberntuk mata uang euro yang melambangkan potensi keuangan Eropa yang cukup tinggi di Frankfurt dimana disana terdapat Bank sentral Eropa.

It's not the end!! but it's just beginning. Sepertinya saya harus meninggalkan Frankfurt dan Jerman keesokan harinya. Tanggal 25 Mei 2011 adalah jadwal kepulangan saya ke Indonesia, dan dengan pengalaman luar basa yang saya dapat selama 2 minggu di Jerman, saya rasa akan sulit untuk melupakan momen-momen itu. Namun saya yakin suatu saat saya akan kembali kesana suatu saat nanti! Good bye Jerman! Dan pesawat Etihad pun take off jam 11 siang dan transit di Abudhabi jam 2.30 pagi. Dari sana saya take off ke Jakarta bersama dengan rombongan TKI dan TKW yang bekerja disana. Bisa dibayangkan betapa ramai nya keadaan di dalam pesawat :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun