Mohon tunggu...
Fauzi Miftakh
Fauzi Miftakh Mohon Tunggu... -

Seorang aktivis dan pengajar muda, ambisius, bersemangat, never surrender.. always think globally act locally.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Flashback Stories of 2011: The Incredible Trip to 6 Countries

26 Mei 2012   05:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2011 menjadi sangat spesial dalam karir hidup saya, mungkin menjadi the greatest experience ever. Baiklah, saya akan ceritakan hal apa saja yang telah saya raih sepanjang tahun 2011. Selama kurang dari setahun kebelakang saya telah mengunjungi 6 negara di dunia yaitu Azerbaijan, italia, Jerman, Turki, Malaysia dan terakhir Qatar. Mungkin saya akan ceritakan tidak secara rinci tapi saya ringkas dan lebih mengekspresikan bagian-bagian yang menarik dan penting menurut saya. Yang saya harapkan tulisan ini akan menjadi motivasi bagi sahabat-sahabat pembaca semua, bukan semata ingin pamer atau apalah itu, namun saya harap para pembaca terutama yang lebih muda bisa mengikuti atau bahkan melebihi jejak pencapaian saya. Alhamdulillahirobbilalamin. Saya rasa kalimat itu yang patut saya ucapakan hingga beribu kali atas apa yang saya raih. Dan tak lupa doa dari orang tua, keluarga, dan teman semua sangat berpengaruh dalam karir saya. Tanpa mereka mungkin saya bukan siapa-siapa. Tulisan ini saya bagi menjadi 3 bagian, karena saya rasa akan memakan cukup banyak waktu untuk menulis dan membaca seluruh tulisan sekaligus. Pada bagian pertama dan kedua saya akan ceritakan pengalaman beraroma Eropa, bagian satu Azerbaijan dan Italia, bagian dua Jerman dan Turki. Dan bagian tiga beraroma Asia yaitu Malaysia dan Qatar. Baiklah, semoga bermanfaat dan selamat membaca. PART I April 2011: The First impression is Azerbaijan Untuk pertama kalinya seumur hidup saya, di bulan ini saya bisa menginjakan kaki di tanah negara lain. Ya, memang impian saya sejak pertama masuk kuliah adalah go abroad. Setelah sempat beberapa kali gagal dalam aplikasi beasiswa dan konferensi di luar negeri akhirnya saya mendapat kesempatan berharga untuk menjadi peserta konferensi pemuda internasional di Baku, Azerbaijan. Konferensi yang bertema kan “The First Convention of Global Youth Movement for Alliance of Civilizations” yang mengumpulkan sekitar 200 lebih pemuda dari hampir 130 negara anggota PBB untuk membahas dan mendiskusikan permasalahan yang menjadi isu-isu utama UNAOC, yaitu media, pemuda, pendidikan, dan migrasi.

Sebenarnya kegiatan ini dibagi menjadi dua konferensi berbeda. Terlebih dahulu di hari pertama yaitu tanggal 7 April 2011 dan hari kedua tanggal 8 April 2011 saya mengikuti sebuah forum yeng bertema kan “World Forum on Intercultural Dialogue” yang juga dihadiri oleh 500 perwakilan dari 102 megara di seluruh dunia, kementerian budaya dari 20 negara termasuk Indonesia, perdana menteri dan pemimpin organisasi di seluruh dunia. Indonesia pada waktu itu diwakili oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata bersama Pak Wahyu dan Pak Agus sebagai delegasi nya juga salah seorang wartawan ANTARA yang juga diundang leh panitia yaitu Pak Oscar. UNAOC sendiri adalah singkatan dari United Nations Alliance of Civilizations yang merupakan salah satu organisasi PBB yang didirikan pada tahun 2005 atas inisiatif Spanyol dan Turki. Pada tanggal 26 April 2007 mantan presiden Portugal Jorge Sampaio, dipilih sebagai pemimpin UNAOC sampai sekarang. Itulah sedikit informasi tentang UNAOC , kita lanjutkan dengan cerita menarik dan penting selama kegiatan itu berlangsung. Di mulai dari proses registrasi untuk menjadi peserta dalam kegiatan tersebut tidak lah mudah. Seperti biasa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, dan akhirnya setelah menunggu beberapa minggu saya mendapat pemberitahuan melalui email bahwa saya diterima sebagai salah satu peserta. Bukan main bangga dan gembira nya saya, apalagi pada waktu itu saya sedang mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) di daerah Bungbulang Garut, satu wilayah yang terletak sangat jauh dari perkotaan. Bayangkan saja untuk mencapai kota harus ditempuh selama sekita 6 jam dengan mobil yang hanya ada satu pemberangkatan setiap harinya. Dan untuk mendapat sinyal internet pun saya harus mencari tempat yang lebih tinggi di sekita desa. Saya masih ingat sampai meminjam motor pak lurah untuk mencari sinyal yang ternyata baru saya temukan di dua desa tetangga. Benar-benar perjuangan yag melelahkan. Singkat kata tibalah hari pemberangkatan saya ke Baku Azerbaijan pada tanggal 5 April 2011. Saya sangat berterimakasih pada teman-teman KKNM 92 yang telah dengan ikhlas mengijinkan saya meninggalkan rombongan KKNM, padahal saya baru tinggal selama 1 minggu disana yang harus nya 1 bulan penuh. Saya berangkat dengan menggunakan pesawat Turkish Airlane sekitar pukul 8 malam dan sampai di Istanbul, Turki terlebih dahulu untuk transit pada pukul 07.00 waktu setempat. Setelah 2 jam menunggu saya yang bertemu dengan Pak Oscar di Istanbul, melanjutkan perjalanan ke Baku, Ibukota Azerbaijan dan sampai pada pukul 14.00 waktu Baku. Di tengah suhu yang cukup dingin yaitu 10‘C, Saya disambut oleh panitia dan juga perwakilan dari Duta Besar Indonesia di Azerbaijan bersama dengan perwakilan Kementerian Budaya dan Pariwisata yang baru saya temui di Bandara Baku, padahal saya sebenarnya satu pesawat dengan beliau-beliau. Tak lama saya diantar oleh panitia menuju hotel tempat beristirahat. Pada waktu itu saya satu mobil dengan beberapa peserta pemuda dari negara lain seperti Tamim dari India, Kaffi dari Bangladesh, Bahre dari Pakistan, Ali Haddad dari Yordania dan Maya dari Hungaria . Dan siapa sangka salah satu dari mereka menjadi salah satu sahabat saya sampai sekarang. Kami berbincang banyak sampai tiba di hotel tujuan yang lokasinya sangat dekat dengan kantor Kedutaan Besar Indonesia di Azerbaijan. Sedikit informasi tentang Azerbaijan, negara ini yang berbatasan langsung dengan laut kaspian yang terkenal itu, dipimpn oleh seorang presiden yaitu Ilham Aliyev yang merupakan anak kandung dari presiden pertama nya, Heydar Aliyev. Sepanjang pengamatan saya selama di Baku, Azerbaijan mengalami kemajuan cukup pesat dalam bidang ekonomi yang sebagian besar dihasilkan dari minyak bumi yang di ekspor ke berbagai negara termasuk Amerika dan Rusia. Azerbaijan memiliki populasi penduduk sekitar 8 juta jiwa dengan 93 % penganut muslim (2007). Oleh karena itu Azerbaijan menjadi salah satu negara penting di mata dunia saat ini. Beralih kembali pada kegiatan yang saya ikuti, pada hari pertama saya menghadiri opening ceremony di Gulustan Palace yang merupakan tempat utama bagi tamu pemerintah dalam penyelenggaraan event besar. Pembukaan yang juga dihadiri oleh presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev itu berlangsung cukup khidmat dan meriah. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi dialog bertemakan intercultural dialogue yang dibawakan oleh beberapa perwakilan setiap negara sampai berakhir pada pukul 16.00. Kami melanjutkan untuk menghadiri acara selanjutnya yaitu pertunjukan tarian dan kebudayaan Azerbaijan serta kebudayaan negara-negara di dunia yang depentaskan di salah satu gedung teather termegah di sana. Saya sangat puas dengan pertunjukan yang disuguhkan, benar-benar luar biasa. Sebagai informasi, salah satu teman saya asal Azerbaijan yang juga menjadi sahabat saya selama disana, Elmar, memberitahu bahwa tiket masuk mennton pertunjukan itu adalah sekitar 1000 manath dalam mata uang Azerbaijan, atau sekitar Rp.1.300.000,-!!!. Tujuan terakhir adalah makan malam disalah satu restoran khas Azerbaijan dan memainkan beberapa permainan untuk melepas penat seperti bowling dan bilyar. Cukup menarik bermain dengan teman dari berbagai negara.
Hari kedua yaitu tanggal 8 April 2011, seperti biasa saya mengikuti forum bertema kan intercultural dialogue namun dengan sub tema yang berbeda. Kegiatan ini saya ikuti sampai pukul 16.00 di tempat yang sama. Setelah itu para peserta pemuda mempunyai program khusus seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya yaitu persiapan untuk kegiatan “The First Convention of Global Youth Movement (GYM)” yang digelar di University of Language Azerbaijan, salah satu Universitas terbaik disana. Saya sebagai perwakilan dari organisasi pemuda Indonesia yaitu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Gugun Gumilar perwakilan dari Indonesian Youth Student Frum (IYSF)juga turut berpartisipasi dalam proses dialog dan pembuatan program kerja. Proses diskusi berjalan cukup alot sampai pukul 20.00 dan kami berlanjut ke acara selanjutnya yatiu makan malam yang dijamu langsung oleh Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev yang bertempat di salah satu bangunan baru disana. Arsitekturnya sangat indah sehingga banyak peserta yang terlebih dahulu mengambil gambar bersama di halaman gedung. Keaadaan di dalam tak kalah menakjubkan, puluhan meja bundar dan kursi tersedia dengan pelayan yang siap melayani permintaan makanan sang tamu. Suasana semakin meriah dengan iringan orchestra Azerbaijan. Alunan suara sang penyayi yang sangat menawan dan juga penampilan single saxophone benar-benar menakjubkan! Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan, saya tak bisa membayangkan berapa tiket yang harus dibayar jika saya ingin makan seperti itu dengan biaya sendiri.
Hari ketiga mungkin merupakan hari tersibuk dalam rangkaian agenda acara. Diawali dengan opening ceremony dibuka oleh Mentri pemuda dan olahraga Azerbaijan Azad Rahimov serta ketua UNAOC Jorge Sampaio rekaman video. Acara dilanjutkan dengan pembagian peserta menjadi beberapa grup untuk membahas proses serta mekanisme perekrutan keanggotaan GYM, fungsi, networking, serta pendanaan yang dirumuskan secara bersama-sama berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masing-masing peserta di organisasi nya sendiri. Proses diskusi dibagi ke dalam 4 sesi dan akan disatukan serta di rumuskan menjadi action plan keesokan harinya. Diskusi di fokuskan kepada 3 point ini tujuan Global Youth Movement for Alliance of Civillization (GYMAOC) yaitu: 1. Memobilisasi dan menguatkan organisasi pemuda dalam rangka memperkuat komitmen mereka terhadap tujuan-tujuan UNAOC. 2. Menyoroti hasil aktivitas pemuda dan elemen pendukung lainnya untuk terciptanya pemahaman lintas-budaya yang baik 3. Mendukung suara dan partisipasi pemuda di semua sektor UNAOC Seperti biasa pada malam hari diadakan malakan malam bersama, kali ini bertempat di salah satu restoran menarik lainnya juga disuguhui nyayian lokal dan artis lokal Azerbaijan.
Hari terakhir yaitu tanggal 10 April 2011 dalam konferensi ini membahas mengenai draft action plan untuk Global Youth Movement yang akan dibentuk. Kegiatan ini bertempat di aula utama salah satu hotel tempat menginap peserta yaitu Hotel Park Lane yang terletak persis di pusat kota Baku. Proses perumusan action plan berlangsung cukup menarik dan agak ‘panas’ karena beberap peserta mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai suatu point yang diajukan. Sampai pada akhirnya seluruh peserta berhasil menyelesaikan draft action plan dengan proses yang cukup lama. Kegiatan pun ditutup dengan perpisahan yang mengharukan dari setiap peserta yang harus kembali ke negara mereka masing-masing termasuk saya. Ada beberapa peserta yang menjadi sahabat saya sampai saat ini dan masih berkomunikasi seperti Alvin pahlevi mahasiswa asal inodonesia yang kuliah di Istanbul Turki, Muhammad Resul dari Irak, Abubakar dari Mali, Aqa dari Afganishtan, Suresh dari India, Ali dari Bosnia serta Elcin, Rena dan Aydan dari Azerbaizan dan masih banyak yang lainnya.
Pada hari itu juga, di sore hari nya saya dan belasan peserta lain berkeliling di sekitar pusat kota dan pantai laut kaspian yang indah. Saya dan peserta lain dipandu oleh seorang teman perempuan asal Baku, Aida. Dia sangat baik dan sabar dalam menjadi guide dadakan kami disana. Kota Baku memang sangat cantik dengan arsitek bangunan klasik dipadukan dengan arsitektur modern di beberapa bagian nya. Apalagi pada waktu itu pemerintah Azerbaijan sedang giat-giat nya membangun kota baku menjadi kota modern di dunia dengan mendirikan banyak gedung baru. Namun karena cuaca sore itu cukup dingin kami memutuskan untuk segera pulang ke hotel, makan malam dan beristirahat. Ada sebagian yang sudah harus pulang hari itu dan ada juga yang mempunyai jadwal keesokan harinya seperti saya.
Dan tibalah saya pada hari terakhir di Baku, hari ini saya punya banyak waktu luang untuk melakukan aktivitas di luar konferensi. Pagi hari saya bersama Elmar dan pacarnya Gunel mengunjungi Kedutaan Besar RI di Baku. Elmar memang sudah cukup dekat dengan staff disana karena dia adalah salah satu mahasiswa pertukaran pelajar ke Indonesia beberapa selama 6 bulan. Dan dia pun sudah lancar berbahasa Indonesia serta sering berpartisipasi di setiap aktivitas KBRI Baku. Di sana kami disambut dengan baik leh Pak Agus salah satu staff yang bekerja disana. KBRI Baku memang tidak seramai KBRI di negara Eropa lainnya karena baru saja berdiri 3 bulan sebelumnya dan masih belum mempunyai Duta Besar. Namun sudah ada berbagai aktivitas yang dilaksanakan disana.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke pusat kota untuk mengunjungi beberapa lokasi bersejarah dan menarik di Baku salah satu nya maiden tower. Kali ini saya bersama beberapa teman saya asal Afrika yaitu Siaka dari Gambia, Issac dari Kamerun dan didampingi oleh dua kakak beradik asal Azerbaijan, Aida. Tak terasa sudah hampir mendekati sore hari itu artinya saya harus bergegas ke hotel dan mempersiapkan kepulangan saya ke Jakarta. Saya berangkat menuju Bandara Internasional Ilham Aliyev dan take off pada pukul 17.00 waktu setempat. Setelah transit selama 3 jam di Istanbul saya melanjutkan perjalanan selama 9 jam ke Jakarta dan sampai dengan elamat pada pukul 20.00 WIB. May 2011: Milan Italy, a modern city with classical stories Dari semua perjalanan ke luar negeri selama tahun kemarin, mungkin perjalanan ke Italia lah yang paling menantang dan menarik. Bagaimana tidak untuk semua kebutuhan pemberangkatan dari awal sampai akhir saya kerjakan sendiri! Dari mulai pembuatan visa yang persyaratan begitu menjelimet alias rumit, pemesanan tiket pesawat, permohonan pengajuan dana ke Pemda dan instutusi, sampai berangkat dan pulang pun sendiri!! Sebenarnya tur Eropa kali ini agak berbeda dengan kunjungan ke Azerbaijan sebelumnya, karena panitia penyelenggara hanya menyediakan akomodasi, makan dan transprtasi lokal saja tanpa termasuk tiket pesawat. Alhasil saya harus terlebih dahulu mencari sponsor untuk keberangkatan saya. Setelah setidaknya berjuang kesana-kemari mengajukan permhonan dana di tngah kesibukan kuliah dan organisasi, akhirnya jumlah yang saya rasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sudah ada ditangan setelah ada kucuran dana dari Depdiknas RI, Pemda Kab.Karawang, Disbudpar Kab.Karawang, KNPI Kab.Karawang, dan Universitas Islam Negeri Bandung.
Proses pembuatan visa schengen adalah salah satu yang paling rumit demi mewujudkan impian saya pergi ke Italia. Siapa yang tidak tahu Italia? Negara di eropa yang terkenal dengan kisah romantis Romeo & Juliet, belum lagi kisah Raja Julius Caesar dengan Colessium Roma nya yang mahsyur itu. Namun setelah seluruh persyaratan saya penuhi, saya berhasil mendapat visa schengen di Kedubes Jerman untuk kunjungan ke Italia dan Jerman. Kenapa di Kedubes Jerman bukan Italia? Karena jumlah hari yang saya kunjungi di Eropa lebih banyak di Jerman ketimbang di Italia, so saya harus memproses visa di Kedubes jerman pastinya. Pada bagian selanjutnya juga akan saya ceritakan mengenai perjalanan dari Italia ke Jerman yang saya jamin sangat menarik! Singkat cerita saya telah mendapat tiket pesawat Etihad Airways sebuah maskapai dari Qatar yang cukup bagus namun cukup terjangkau bagi saya. Bayangkan untuk pemesanan hanya H-3 keberangkatan, harga tiket hanya U$ 1.050 atau sekitar Rp.9.600.000,- harga yang saya rasa cukup murah untuk ukuran keberangkatan ke Eropa, apalagi saya pulang bukan dari bandara Milan, Italia namun berpindah ke Frankfurt, Jerman. Dan akhirnya saya berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Malpensa Milan tanggal 8 Mei 2011 pada pukul 20.00 WIB dan sampai di Milan pada pukul 08.00 waktu setempat, setelah sempat transit di Abudabhi Qatar selama sekitar 2 jam. Sesampainya di bandara Malpensa Milan, saya sempat kebingungan karena tidak ada yang menjemput seperti halnya di Azerbaijan, untungnya saya sudah mempersiapkan rute perjalanan dari bandara menuju hotel tempat saya tinggal yang berjarak sekitar 30 menit. Saya sanat berterimakasih pada Aizza, teman salah satu peserta MILMUN (Milan Internasional United Nations), kegiatan yang akan saya ikuti di Milan selama 5 hari. Aizza memberikan banyak masukan untuk keberangkatan saya ke Milan. Dia memang sudah punya cukup pengalaman di Eropa karena telah tinggal di Sarajevo. Bosnia untuk kuliah master. Kebetulan kami bertemu di Milan namun sudah sempat berkomunikasi melalui internet sebelumnya. Selain Aizza, satu lagi orang yang juga sangat baik membantu saya baik sebelum dan ketika berada di Milan. Dipa adalah salah satu mahasiswa di Bocconi Universiti di Milan dan juga menjadi peserta MILMUN. Di bandara malpensa Milan, saya kemudian mengikuti petunjuk untuk menaiki kereta cepat menuju Cadorna, salah satu sub distrik di Milan. Bukan main bingung nya saya pada waktu itu karena itu baru pertamakali saya menggunakan kereta cepat di Eropa, sendiri pula. Saya pun bertanya pada beberapa orang disana yang ternyata tidak semuanya paham bahasa Inggris. Ternyata saya harus membeli tiket dulu yang harganya 11 euro atau sekitar Rp.130.000,-. Setelah dapat tiket yang berbentuk koin itu saya masih bingung bagaimana cara memakainya. Saya lihat orang-orang memasukan dan mengambil sebuah tiket dari sebuah alat dekat pintu masuk, saya pun ikuti apa yang mereka lakukan, pdahal masih takut kalau apa yang saya lakukan salah dan uang Rp.130.000,- melayang begitu saja. Tapi memang begitu ternyata prosesnya, dan saya pun melanjutkan perjalanan menuju Cadorna dengan kereta cepat yang sangat nyaman. Saya melihat disekitar kereta hanya saya saja seorang asia, jadi agak malu juga sebenarnya mungkin karena pertama kali saya berada di lingkungan seperti itu. Sekitar setengah jam kemudia saya sampai di Cadorna dan ternyata saya harus melanjutkan perjalan ke Romolo dengan menggunakan kereta bawah tanah yang harganya 1 euro. Tanpa pkir panjang saya langsung naik karena takut telat menghadiri pembukaan acara yang akan dimulai pikul 10.00. Sekitar 5 menit akhirnya saya sampai di stasiun Romolo dan bergegas mencari hotel tempat saya menginap. Lagi-lagi saya kebingungan mencari letak hotel itu, dan saya bertanya pada orang-orang disekitar. Lagi-lagi bahasa jadi kendala, orang Italia tidak semua pandai berbahaa Inggris, usut punya usut mereka lebih bangga berbahasa lokal dari pada bahasa lain seperti halnya Prancis dan Jerman. Mungkin hanya golongan tertentu saja yang bisa berbahasa Inggris. Setelah berhasil menemukan hotel nya saya bergegas menuju lokasi kegiatan yaitu di Boccony University, universitas terbesar di Milan. Jarak nya cukup dekat dari hotel saya menginap, saya bahkan sering jalan kaki dengan Aizza baik berangkat atau pulang dari lokasi kegiatan kalau memang tidak sedang terburu-buru. Saya lebih suka berjalan kaki disana karena tentu saja bisa menikmaati keindahan dan suasana kota Milan secara langsung serta menemukan berbagai hal menarik lainnya seperti bangunan yang unik dan tempat nongkrong atau makan bagi anak muda untuk mencicipi makanan khas italia seperti pizza dan spageti.
Sedikit informasi tentang transprtasi di Italia, bus merupakan salah satu yang sering digunakan selain trem dan kereta. Ketiga transportasi itu mempunyai tariff yang sama yaitu 1 euro untuk seluruh rute dengan batas pemakain 1, 5 jam. Apabila melwati batas tersebut maka penumpang harus membeli tiket baru. Lebih enak lagi bagi yang sudah punya kartu transportasi karena sisten pembayaran tidak perlu membeli tiket tinggal menggunakan kartu saja dan akan dikalkulasikan tagihan dalam kartunya. Benar-benar membuat penumpang nyaman apabila dibandingkan dengan kondisi transportasi di Indonesia mungkin masih sangat jauh. Satu lagi yang membuat saya kagum adalah tidak ada konektur atau supir yang menagih tiket, semua penumpang seperti sudah taat pada aturan karena mereka tetap membeli tiket walau tak pernah ada yang menagih. Tapi memang denda yang diberikan sangat besar kalau sampai ketahuan tidak membeli tiket yaitu sebesar 40 euro! Atau sekitar Rp. 450.000,-! Bahkan bagi anda seorang turis dari negara lain anda akan mendapat blacklist dari pemerintah Italia apabila ketahuan 3 kali tidak membayar tiket alias tidak diijinkan masuk negara Italia lagi!
Untuk di Milan sendiri saya akan mengikuti kegiatan Milan Model United Nations (MILMUN), sebuah simulasi model sidang PBB yang diikuti oleh mahasiswa yang tertarik pada isu-isu dunia. MUN sendiri sebenarnya diselenggarakan diberbagai negara, setelah Harvard University di New York Amerika menyelenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1920, Universitas di negara-negara lain pun turut serta menyelenggarakan hal serupa, bahkan sekarang sudah ada puluhan MUN di seluruh dunia termasuk Indonesia. Namun hanya ada satu MUN yang benar-benar diselenggarakan oleh PBB yaitu Global MUN yang biasanya mendelegasikan peserta terbaik dari MUN yang telah di selenggarakan sebelumnya. Apa yang dibahas di MUN adalah mengenai proses diplmasi, lobi, negosiasi antar negara peserta PBB yang diperankan oleh mahasiswa sebagai diplomat atau penentu kebijakan negara nya masing-masing. Setiap peserta tidak diperbolehkan memerankan negara nya masing-masing dan harus memerenkan negara lain untuk memahami kondisi suatu negara lain agar jalannya MUN menjadi lebih menarik.
Pada MILMUN saya harus memerankan menjadi Pemerintah Korea Selatan yang pada sidang PBB tersebut membahas dua isu yaitu censhorship media dan human trafficking. Tentu saja saya harus melakukan penelitian dan searching mengenai kebijakan Pemerintah Korea Selatan dalam isu-isu tersebut dan mempelajari hubungan diplomasi Korea dengan dengan negara lain. Disana juga dibagi kedalam beberapa Council atau dewan tergantung Panitia penyelenggara membuat nya kedalam berapa grup. Di MILMUN terdapat 5 Council yaitu Security Council, yang menjadi favorit dalam setiap MUN, General Assembly, Human Right Council, Economic and Social Council dan European Union Council. Saya sendiri termasuk ke dalam Human Right Council. Setiap Council dipimpin oleh 2 orang Chair yang juga telah dipilih melalui seleksi dan harus sudah punya pengalaman MUN yang cukup. Dan tentu saja ada Secretary General yang sekarang diduduki oleh Ban-Ki Moon sebagai pemimpin utama PBB yang juga diperankan oleh seseorang yang sudah matang dalam hal MUN ini.
Keseluruhan pengetahuan tersebut mungkin bukan sesuatu yang asing bagi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, tapi bagi saya ini jelas merupakan hal baru karena saya belum pernah mempelajari pengetahuan itu di perkuliahan mengingat saya dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Namun sedikit demi sedikit saya dengan mempelajari secara otodidak saya bisa memahami dan mampu berpartisipasi dengan cukup baik dalam rangkaian kegiatan sampai selesai diakhiri dengan kesimpulan atau draft resolusi mengenai isu-isu yang telah dibahas dan di diskusikan selama 5 hari lamanya. Biasanya ada voting untuk menyetujui suatu draft yang dibuat oleh satu atau beberapa negara yang bekerjasama juga disponsori leh negara lain. Hasil dari draft resolusi itu akan diajukan ke Secretary General. Serangkaian proses yang sangat rumit memang karena diakui konferensi MUN merupakan konfrensi paling membosan kan karena hampir seluruh kegiatan berfokus pada diskusi dan berdebat! Walaupun begitu ada beberapa sesi hiburan dan relaksasi di sela-sela kepenatan itu seperti makan malam bersama di beberapa restoran di sekitar Milan dan free time dimana peserta bebas melakukan kegiatan apapun. Between a long story of Duomo and Football Pada kesempatan itu lah saya dan Aizza juga Dipa meyempatkan mengunjungi beberapa tempat menarik di Milan, walaupun harus mengeluarkan kocek untuk tiket kereta namun itu tdak sberapa dengan pengalaman mengagumkan selama berada disana. Pertama saya mengunjungi pusat kota di Duomo dimana disana terdapat Cathedral Duomo yang sangat megah di kelilingi oleh patung-patung bersejarah dikombinasikan dengan bangunan modern dan klasik yang berdiri kokoh. Suatu pemandangan yang luar biasa yang tak dapat saya gambarkan pada waktu itu. Halaman di depan cathedral yang sangat luas sering digunakan masyarakat Milan untuk menyelenggarakan suatu event besar seperti kampanye, konser music dan yag paling menarik adalah perayaan club sepakbola terkenal di Milan dan Italia yaitu AC.Milan dan Inter Milan apabila mereka meraih sebuah trofi.
Beruntung ketika saya berkunjung kesana, ada satu pertandingan sepakbola big match di stadion utama Guiseppe Meazza antara Inter Milan melawan AS Roma, club sepakbola ibukota. Saya yang jauh-jauh hari memang sudah merencanakan menonton secara langsung sama sekali tidak melewatkan kesempatan emas itu. Kapan lagi menonton pertandingan klub besar eropa langsung di stadion di Italia!! Seperti mimpi saja karena saya adalah penggemar sepakbola sejak kecil dan kecintaan saya terhadap Italia dan sepakbola sangat besar. Setelah berkonsultasi dengan beberapa teman asal Italia akhirnya saya berangkat juga diantar oleh Dipa yang memang sudah hafal rute di kota Milan. Yang saya khawatirkan adalah harga tiket yang mahal, namun untungnya masih ada beberapa tiket regular tersisa dan kami bisa mendapat dengan harga relative murah yaitu 10 euro atau sekitar Rp.125.000,-, bila dibanndingkan dengan tiket diatasnya dari mulai 20-100 euro!! Disana juga saya sempat bertemu dengan beberapa orang dari suatu perusahaan swasta asal Indonesia yaitu Indonesian Trade Promotion Center (ITCP) yang mengembangkan bisnis nya di kantornya di Milan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan RI. Perusahaan tersebut berfokus pada bidang aksesoris, furniture dan perlengkapan lain termasuk juga makanan yang berciri khas adat Indonesia. Saya memang direkomendasikan untuk menemui Ibu Indah sebagai saah satu pimpinan disana oleh Pak Musyrifun Lajawa, beliau adalah Duta Besar Indonesia untuk Italia. Saya mengenal beliau sudah cukup lama sebelum berkunjung ke Milan walau hanya berkomunikasi melalui email saja. Namun sayang saya tidak bisa bertemu beliau karena beliau harus bertugas di Roma sedang saya di Milan dan tidak dapat berkunjung ke Roma pula karena keterbatasan waktu. Dan yang paling unik adalah ketika saya pertama kali diterima menjadi peserta MILMUN saya langsung mencari orang Indonesia yang tinggal di Milan, beberapa yang saya temui adalah Dipa dan Mbak Riska. Pada awalnya saya hanya sekedar bertanya mengenai kondisi kota Milan dengan mbak Riska, namun siapa sangka ternyata mbak Riska adalah salah satu staff dan teman dari Ibu Indah di ITCP dan dia pun ternyata juga kenal dengan Pak Musrifun!! Benar-benar suatu kebetulan yang unik. Namun lagi-lagi saya tidak bisa bertemu dengan mbak Riska karena dia sedang sibuk-sibuk nya mempersiapkan pernikahan dengan seorang lelaki asal Italia pada waktu itu. Padahal saya sangat ingin bertemu sekali dengan dia dan Pak Musrifun yang telah membantu saya sebelum keberangkatan ke Milan. Saya sangat berterimakasih pada mereka terlebih saya diberi uang saku yang lumayan besar pada waktu itu. Memang saya sangat membutuhkan uang itu untuk menambah ongkos ke Jerman memakai pesawat pada tanggal 14 Mei nanti. Akhirnya saya harus meninggalkan Milan setelah MILMUN berakhir pada tanggal 13 Mei 2011. Kota modern yang dijuluki pusat fashion Eropa yang menyuguhkan pesona mengagumkan. Atmosphere kota klasik juga masih tercium dari bangunan-bangunan lama yang masih berdiri kokoh. Antusia sepakbola yang kental menambah gegap gempita Milan sebagai kota besar yang patut di kunjungi leh para turis asing. Saya juga akan merindukan beberapa teman saya yang saya temui disana seperti Aizza, Dipa, Mbak Gadis yang merupakan utusan dari Kemenlu RI, Alia peremupuan yang saya anggap sangat berani dan mandiri karena dia berangkat sendiri dari Jakarta ke Milan, juga teman-teman UGM Deka, Nyoman, Gusti dan Farah banyak waktu yang telah kita habiskan disana bersama. Dan pastinya Gianpiero Aufiero, si ketua pelaksana MILMUN yang dengan baik nya membantu dan melayani kebutuhan saya. Dan menjelang keberangkatan ke Berlin Jerman, stelah saya mendapatkan tiket melalui pemesanan online dengan menggumakan pesawat Easy Jet seharga 110 euro, ternyata saya harus melewati satu fase menyulitkan. Setelah check out dari hotel sekitar jam 18.00, tadinya saya akan langsung menuju penginapan mbak Gadis dan yang lain karena hotel saya hanya dibooking sampai tanggal 13 saja, alhasil saya harus menginap di tempat lain. Namun bukan nya tempat penginapan yang saya temukan malah bus yang saya naiki salah dan menuju ke tempat lain yang saya tidak tau dimana tempatnya. Berjam-jam saya dan Aizza berjalan-jalan dan menanyakan lokasi tersebut kepada orang-orang dengan masih menggunakan setelan formal jas lengkap karena masih belum sempat mengganti pakaian setelah usai acara ditambah dengan membawa tas koper yang berat nya minta ampun, namun tak ditemukan juga. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Duomo saja karena tempat itu yang paling gampang untuk dituju dan juga saya dengar teman-teman MILMUN sedang mengadakan makan malam di salah satu café disana. Ketika sampai disana ternyata suasana nya begitu ramai karena sedang ada kampanye pemilu salah satu calon perdana menteri Italia yang akan menggantikan Silvio Berlusconi yang sudah terlanjur dibenci sebagian rakyatnya. Saya tetap tidak bisa menemukan café yang dimaksud karena jumlahnya sangat banyak, dan tidak bisa menelpon pula karena tak ada pulsa lokal yang kami punya. Akhirnya kami hanya bisa menunggu sampai kami bisa melihat slah satu dari mereka keluar dari kafe. Malang memang sampai jam 01.00 larut malam dan suasan sudah sangat sepi kami hanya diam di sana sambil sesekali mengambil gambar. Yang kami bingungkan adalah dimana kami bisa beristirahat untuk malam itu sedangkan besok saya harus segera berangkat ke Berlin. Saya bahkan sempat mencari hotel murah untuk kami menginap semalam walau budjet tidak cukup banyak, tapi tidak ada hotel yang saya harapkan kebanyakan bertarif mahal. Dan ketika saya sudah pasrah saya sekitar jam 2 malam saya melihat rombingan yang seperti nya saya kenal, dan ternyata meraka adalah Deka dan kawan-kawan yang baru saja selesai berpesta di salah satu kafe tersebut. Langsung saja kami diajak menuju tempat mereka menginap dan beristirahat dengan tenang.
Keesokan harinya rombongan teman-teman lain berangkat lebih dulu karena mempunyai jadwal pesawat lebih pagi disbanding saya. Dan saya pun meninggalkan penginapan agak siangan menuju Bandara malpensa dengan menaiki kereta bawah tanah. Setelah sampai di bandara dan berhasil check in akhirnya saya meninggalkan Milan dan berangkat menuju Berlin untuk mengarungi petualangan selanjutya di Jerman dengan tujuan utama Ilmenau serta beberapa kota lain di sana, dan syang pasti akan menyuguhkan petulangan yang lebih seru dan menyenangkan!! Sampai jumpa di Jerman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun