Mohon tunggu...
Handoko F. Arif
Handoko F. Arif Mohon Tunggu... Konsultan - Handoko F. Arif

Suka aja mendengar dan berbagi ilmu, apalagi sambil ngopi di warkop.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Memaknai Ucapan dan Tagar #2019GantiPresiden

30 Agustus 2018   03:04 Diperbarui: 30 Agustus 2018   03:28 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena #2019GantiPresiden saat ini memang menjadi isu yang sangat hangat diperbincangkan oleh media massa, media sosial, dan forum di kalangan masyarakat. Fenomena yang awalnya hanya sebuah tagar ini berubah menjadi sebuah gerakan masyarakat yang ingin ganti presiden yang saat ini menjabat.

Tagar #2019GantiPresiden ini pertama kali digaungkan oleh politisi PKS, Mardani Ali Sera di Bulan April. Dilansir tempo.co (6 Mei 2018), Mardani Mengatakan gerakan ini diusung untuk mendidik masyarakat dalam berpolitik serta anitesis dari gerakan yang sudah bergulir yaitu 'Dua Periode'.

Saya awalnya menanggapi tagar #2019GantiPresiden dengan biasa saja. Namun, lama kelamaan tagar ini menjadi tren di masyarakat dan saya mulai tertarik melihat lebih dalam apasih kandungan makna di dalam tagar tersebut?

Menurut saya, tagar '2019 Ganti Presiden' merupakan perwujudan singkat dalam bertutur kata. Tagar ini sudah memberikan arti bahwa yang mengatakan ini memang kecewa dengan pemerintahan saat ini, sehingga kalimat yang singkat, padat, dan jelas ialah mengucapkan "2019 Ganti Presiden!".

Dengan mengucapkan kalimat diatas, kita tidak perlu basa-basi menjelaskan mengenai perekonomian bangsa ini yang kata merosot, harga bahan pokok cenderung mahal, angka kemiskinan meroket, atau apalah. Cukup katakan "2019 Ganti Presiden!" udah kelar.

Sebelumnya, tagar '2019 Ganti Presiden' sering diucapkan karena keinginan masyarakat yang resah akan banyaknya kriminalisasi ulama yang sedang terjadi. Para pendukung tagar itu sebelumnya juga menginginkan bahwa ada ulama untuk menjadi pemimpin di era 2019-2024.

Hasil dari Ijtima ulama yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) sebelumnya memberikan rekomendasi bahwa calon presiden 2019-2024 adalah Prabowo Subianto. Kemudian disusul, rekomendasi cawapres adalah Ustad Abdul Somad dan Salim Segaf Al-Jufri.

Namun, semua itu nahas. Kedua kandidat cawapres dari ijtima ulama pun gugur. Kemudian muncullah sosok Sandiaga Uno yang saat ini menjadi cawapres dari Prabowo Subianto di pemilu 2019-2024.

Maka, makna yang tagar '2019 Ganti Presiden' yang semula ialah untuk mengangkat ulama menjadi Cawapres Prabowo Subianto, berganti ke masalah klasik Indonesia yaitu perekonomian tidak stabil, dolar terus merangkak, pengangguran merajelela, dan masih banyak lain-lain.

Yang pasti, semenjak Jokowi menggandeng KH. Ma'ruf Amin, isu sara untuk menyerang petahana kian pudar. Sebab, Ma'ruf Amin merupakan salah satu ulama di Indonesia yang disegani dan ketua MUI.

Memang, saya mengakui kekuatan tagar '2019 Ganti Presiden' memang sangat hebat, dari yang awalnya hanya sebuah ucapan spontan Mardani Ali Sera di salah satu program debat di televisi, lama-kelamaan menjadi tren di masyarakat, dan gerakan aksi nyata ingin perubahan dalam lingkup ganti Presiden RI untuk periode 2019-2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun